Festival 4 ; Kamu Cintaku

Setelah semua brosur disebar, Gina kembali ke kelas menanti ekspresi menyenangkan dari kedua sahabatnya. Sayang, mereka berdua tiada di kelas dan kata murid lain mereka pergi menuju halaman belakang dengan wajah murung.

Mendengar itu, Gina memuji Beta dalam hati. Sesuai janji, ia membeli permen kaki dua dan akan memberikan satu kepada Beta nanti. Sebelum itu, dia harus menghibur kedua sahabatnya dulu, bagaimanapun dialah alasan mereka berdua terpuruk saat ini. Mengingatnya membuat Gina terkekeh geli.

Di halaman belakang sekolah, Putri dan Lila duduk di bangku panjang dengan wajah gelap dan tak bersemangat. Wajah mereka menunjukan seolah mereka terisolasi dengan ramainya festival saat ini dan berada di tempat berbeda dari lokasi festival.

Gina menahan tawanya berjalan mendekati mereka, dia memberikan sebuah permen kaki kepada Putri.

Putri yang tengah murung, ketika melihat permen kaki di depan matanya langsung merebut tanpa melihat pemberi. Saat suasana hatinya sedang baik maupun buruk, dia selalu suka menghisap permen kaki.

Melihat permen karet di tangan Putri membuat Lila mengernyit kesal. "Kenapa cuma Putri?" Tanya Lila yang menginginkan keadilan.

Gina tertawa kecil, dia duduk di tengah-tengah keduanya, lalu mengeluarkan coklat dari sakunya untuk diberi kepada Lila. "Kan kemarin kamu tidak dapat coklat, hari ini aku kasih. Kalian berdua tidak perlu mengucapkan terima kasih."

Lila mengambil coklat dengan cepat, takut Gina berubah pikiran di detik berikutnya.

"Aku ingin ganti kostum." Gumamnya sambil membuka bungkus coklat.

Putri yang sedang menghisap permen kaki dalam diam juga berseru setuju, "Pokoknya aku harus ganti kostum segera!"

Gina pura-pura terkejut, dia mengerutkan kening menatap Putri heran. "Loh kenapa? Bukannya kamu tadi senang bangat karena menjadi menyeramkan? Kenapa sekarang berubah pikiran?"

"Senang palamu!" Putri mendengus keras. "Tadi Beni dan Dion lihat penampilanku seperti ini! Itu memalukan!"

Lila yang mendengarnya langsung menemukan sesuatu yang salah. "Tunggu dulu deh Put, aku tidak heran kalau kamu malu dengan Beni, karena kamu suka Beni. Tapi kenapa Dion? Jangan-jangan..."

Putri dengan cepat memukul kepala Lila, menghentikannya untuk menyebutkan sesuatu yang mengerikan.

"Tentu saja tidak! Hanya saja, aku juga perlu menjaga penampilanku di depan orang yang menyukaiku. Ini dinamakan harga diri." Bantah Putri.

Lila memutar matanya, "Alasan aja, kalau kamu suka sama Dion, bilang saja. Kami tidak bakal rebut, ya kan Gin."

"Hm." Gumam Gina dengan pelan.

Dia dari tadi terus berdiri untuk membagikan brosur, sehingga duduk membuat rasa malasnya timbul begitu saja. Apalagi saat sore ini, cuaca adem dengan suara musik tenang dari pengeras suara membuat kantuknya muncul.

Ini seperti dua dunia yang berbeda. Di halaman depan sekolah telah ramai orang, mulai dari murid dan guru sekolah hingga orang luar pun datang. Semakin bertambahnya waktu, halaman depan semakin dipadati dengan keramaian. Berbeda di halaman belakang sekolah, sangat sepi. Hanya ada tiga gadis yang duduk santai sambil mendengarkan keramaian dari halaman depan. Dengan tiga alasan berbeda, mereka lebih menikmati berada di halaman belakang.

Saat pukul lima, mereka bertiga kembali ke kelas sesuai instruksi dari Hasim. Mengatur kembali rumah hantu untuk membukanya kembali saat jam 7 nanti. Malam hari membuat suasana lebih mencekam dan beberapa properti ditambah. Seluruh murid kelas XI IPA 2 sangat antusias, bahkan tiga gadis yang tadinya bermalas-malasan pun kembali bersemangat, mengingat malam hari pengunjung akan semakin banyak dan biaya masuk akan ditambah dua kali lipat membuat mereka termotivasi untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak lagi. Semakin mengerikan mereka, semakin banyak keuntungan yang akan mereka dapatkan.

Setelah rumah hantu dibuka kembali, Gina satu-satunya yang tidak memiliki tugas. Dia telah menyelesaikan tugasnya lebih dulu dari yang lain, hingga dia hanya berdiri di depan kelas sendiri melihat kesibukan di sekitarnya.

Dia kembali merasa bosan, apalagi Putri dan Lila tidak ada di sekitarnya untuk berperan menjadi hantu.

Gina kemudian memilih untuk pergi ke pusat keramaian berada. Mungkin saja dia akan menemukan sesuatu yang menyenangkan di sana.

Dia berjalan keluar gedung, mengamati keramaian dan kebisingan yang berada di depannya. Halaman dan lapangan sekolah yang selalu menjadi tempat yang bersih dan kosong kini menjadi pusat keramaian membuat Gina tak dapat lagi mengenali tempat itu.

Di tengah lapangan, panggung yang meriah menarik pusat perhatian. Banyak orang berkumpul di bawah panggung menikmati acara yang diselenggarakan.

Gina juga tertarik dan pergi berjalan ke lapangan. Suara musik dengan lirik lagu yang menggunakan bahasa Korea bergema dari atas panggung. Enam gadis menggunakan pakaian kaos longgar dengan jaket yang terikat di pinggangnya menari dengan selaras dan rapi.

Para penonton bertepuk tangan mengikuti musik dan menatap penuh minat kepada enam gadis itu.

Pandangan Gina juga tertarik oleh tarian modern itu, musik yang bergema membuat Gina tanpa sadar menghentakkan kakinya lembut ke tanah berulang kali.

Setelah musik berhenti, tarian keenam gadis itupun berhenti. Tepuk tangan yang meriah dikirim sebagai apresiasi, tak sedikit pula penonton berteriak agar keenam gadis itu kembali menari.

Seorang pemuda berjalan ke panggung dengan memegang mikrofon dengan wajah antusiasnya.

"Oke, tadi pertunjukan dari Sixer. Haha, terima kasih untuk Sixer atas tariannya yang mengagumkan. Mari kita beri tepuk tangan yang meriah sekali lagi untuk Sixer!"

Sekali lagi tepuk tangan yang bergemuruh terdengar. Kelompok gadis yang disebut Sixer tersenyum cerah dan turun dari panggung dengan enggan.

Setelahnya, pemuda tadi mengangkat tangannya menghentikan suara apapun yang penonton buat. Keheningan yang panjang terdengar di sekitar lapangan.

Gina tersentak ketika tangannya ditarik oleh seseorang. Dia berbalik dan melihat seorang bocah tersenyum cerah padanya.

"Apa yang kamu lakukan disini? Mana kakakmu?" Tanya Gina dengan sedikit terkejut.

Beta senang karena dapat menemukan Gina di dalam kerumunan, senyumnya terus berkembang tanpa sadar. "Kak Ben sibuk, Kak Dion kembali buka stan. Kakak, aku sudah mengajak mereka ke rumah hantu!" Ucap Beta antusias meminta pujian.

Gina mengangguk penuh pujian, dia melepaskan tangan Beta yang menggenggam tangannya. Lalu mengusap rambut lembut Beta dengan tulus. "Bagus, aku akan memberimu permen kaki." Ucapnya sembari memberikan permen kaki yang telah dia siapkan.

Beta menatap tangannya yang kosong, namun segera diisi dengan permen kaki pemberian dari kakak yang membantunya. Dia mendongak ke atas, senyum kecil Gina membuatnya terpesona.

Suara musik kembali terdengar, kali ini seorang pemuda yang memegang gitar bernyanyi sambil memetikkan senar gitarnya. Dia menyanyikan lagu cinta yang harmonis seolah mengiringi perasaan Beta saat ini.

Suasana hati Beta berbunga-bunga, senyum tak pernah lepas dari wajahnya dan terus mengamati wajah  Gina yang sedang mengamati panggung, terlihat menikmati lagu tersebut. Tangan Gina masih di atas kepalanya, mungkin dia lupa untuk memindahkannya.

Jika itu orang lain, Beta akan marah dan membuang tangannya. Tapi ini adalah kakak yang membantunya waktu itu. Beta takut menggerakkan kepalanya, takut Gina menarik tangannya. Jika dia bisa, dia ingin memegang tangan itu dengan erat seperti tadi.

Beta melihat wajah Gina dan mengalihkan tatapan ke tangannya yang tadi menyentuh tangan dingin Gina, kini tangannya memegang permen kaki pemberian Gina. Beta tidak suka makan permen yang keras digigit, tetapi sepertinya dia akan mulai menyukai permen kaki.

Gina mengerutkan keningnya ketika berpikir, "Lagunya bagus, tadi dia bilang judulnya apa, ya?" Gumamnya pelan.

Beta mendongak, menatap Gina. "Kamu cintaku."

"...hah?" Tanya Gina terkesiap.

"Judulnya." Jawab Beta. Dengan tatapan yang serius dia mengulanginya, "Kamu cintaku."

Gina kembali mengelus kepala Beta, "Oh oke. Haha, lagunya enak didengar bukan?"

"Iya, ini lagu kesukaanku."

Gina mengangkat alisnya, dia menatap Beta dengan geli. "Bocah sepertimu suka lagu cinta seperti ini? Haha, belajar yang baik dulu, jangan main cinta-cintaan."

Beta menggelengkan kepalanya, tatapannya serius. "Kakak bagaimana?"

"Aku bagaimana apanya?" Tanya Gina heran.

"Kakak sudah main cinta-cintaan?" Tanya Beta.

Ucapan Gina tadi dikatakan murni hanya lelucon, tetapi melihat tatapan Beta yang serius membuat Gina merasa bocah ini terlalu murni. "Aku tentu saja tidak suka main cinta-cintaan. Bukannya cuma bocah-bocah sepertimu yang suka bermain-main dengan cinta?"

"Aku tidak." Tegas Beta dengan nada cemberut.

Gina mengangkat bahunya acuh tak acuh, "Ya, aku percaya." Ucapnya kosong tanpa emosi.

"Aku sungguh tidak." Ucap Beta lagi.

Gina menatap datar Beta, "Iya, kamu sungguh tidak."

"Aku benar-benar sungguh tidak." Ulang Beta yang tampak tak puas dengan jawaban datar Gina.

Gina memukul kepala Beta dengan kesal. "Terserah."

"Sakit!" Keluh Beta.

Gina tak peduli dan kembali menarik perhatiannya ke panggung.

Beta mengelus kepalanya yang sakit, dia merasa dongkol karena tangan Gina kini terpisah darinya. Tangannya gatal sekali ingin menggapai tangan dingin itu, tetapi akal sehat menghentikannya.

"Kak, siapa nama Kakak?" Tanya Beta dengan kuyu.

Gina hanya diam, perhatiannya fokus ke panggung dan suara berisik dari sekitarnya menenggelamkan pertanyaan Beta.

Beta menunggu jawaban Gina, namun tak kunjung mendapatkan respons. Mungkin Gina terlalu menikmati pertunjukan, hingga Beta hanya diam dan terus memperhatikan Gina. Dia merasa wajah Gina lebih menarik daripada acara yang ada di panggung.

"Benar kata Lila, cowok yang main gitar terlihat keren." Gumam Gina, lalu terkekeh kecil.

"Aku pintar main gitar." Ucap Beta yang menarik perhatian Gina.

"Benarkah?" Tanya Gina tak percaya.

Beta mengangguk dengan serius, membuat Gina percaya begitu saja.

"Bukankah itu berarti aku keren." Tambahnya.

Gina terkekeh, ternyata bocah ini minta dipuji. "Ya, kamu sangat keren."

Beta tersenyum cerah. Saat pulang nanti, dia akan meminta Ibu untuk membelikannya gitar. Lalu dia akan belajar memainkannya dengan giat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!