Dalam pelajaran Sejarah, Putri menatap malas papan tulis dan menguap malas. Sebuah kertas yang telah diremukan, terlempar dan mendarat rapi di atas mejanya. Dengan lirikan, dia tahu yang melemparnya adalah Gina yang bangkunya ada di ujung paling belakang. Putri membuka kertas kusut tersebut dan membaca tulisan yang ada di atasnya. Tulisan tersebut hanyalah sebuah obrolan yang menggunakan nickname penulis di atasnya.
Lila Lagi Lapar :
Jangan percaya dengan ramalan semalam kawan-kawanku!
Gini-Gini Gina berGuna loh :
Benar, semua itu hanyalah kutukan! Kutukan.
Putri mengambil pena dan menulis di bawah catatan Gina dan Lila. Dia berpikir sejenak nickname gokil apa yang bagus dia gunakan.
Putriku bukan Putrimu :
Oh, aku percaya tuh.
Dia lebih memilih untuk percaya ramalan tersebut karena walaupun ada masalah dalam percintaannya, tapi kenyataan Beni menyukainya itu membuatnya tak bisa untuk tidak bahagia. Dia hanya perlu menyingkirkan Dion yang menghalangi kisah cintanya.
Putri meremas kembali kertas tersebut dan melemparnya ke Lila yang bangkunya berada diurutan ketiga dari depan dan dari samping kanan. Walau agak meleset sedikit, Lila mengambil kertas dan mengeluarkan penanya menulis sesuatu, lalu melemparkan kertas ke bangku paling belakang, bangku Gina
Setelah menulis balasan, Gina kembali melempar kertas ke meja Putri dengan tembakannya yang pas. Putri membuka kertas dan membaca pesan dengan seksama.
Lila Lebih Lucu :
Tidak! Semuanya bohong! Cowok gay itu bukan jodohku!
Gina Sang Kesatria :
Benar, Jodohku sudah lahir! Beni dan Dion tidak suka Putri!
Putri menatap tajam Gina yang menulis kata-kata terkutuk tersebut. Dia menulis di kertas tersebut dan melemparnya ke Lila. Lalu Lila menulis dan melemparnya ke Gina. Dan Gina kembali melemparkan kertas itu Putri.
Tuan Putri :
Bodo amat dengan Dion, yang penting Beni suka sama aku!
Lili Lala Lila :
Jangan terlalu banyak bermimpi, Put! Beni dan Dion itu tidak suka sama kamu. Mari kita bertiga melanjutkan kejombloan ini.
Ini Gina bukan Gila :
Hahaha Putri yang malang, lebih mending Dion lah daripada Beni. Lagi pula mereka berdua tidak mungkin suka sama kamu, berhenti bermimpi!
Sebelum Putri dapat menulis balasan untuk kedua sahabatnya itu, kertasnya sudah direbut oleh orang lain. Dengan kesal, Putri ingin mengambil kembali kertasnya dan hampir saja mengeluarkan kata-kata kasar. Namun, matanya segera melebar ketika dia melihat guru Sejarah menatapnya dengan sadis dibalik kacamatanya.
"Bu guru... Anu, itu... Bukan saya, Bu." Ucap Putri terbata-bata.
Guru Sejarah itu membaca kertas kusut itu dalam diam, membuat Putri, Gina, dan Lila menelan ludah kasar. "Oh, lalu siapa?"
Putri menunjuk ke arah Gina, "Gina Bu, yang lempar ke mejaku!"
Gina segera berdiri, "Bukan, Bu. Lila yang lempar duluan ke saya."
Lila juga ikut berdiri dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bu. Ini ide Putri."
Gina mengangguk membenarkan ucapan Lila, "Iya, Bu. Ini ide Putri."
Dengan marah, Putri melotot pada Lila dan Gina. "Pembohong!"
Putri menatap takut-takut pada guru Sejarah yang menatapnya mencari penjelasan.
"Apa maksud tulisan ini?" Tanya guru Sejarah itu yang mungkin kebingungan dengan pesan mereka bertiga.
Putri dengan cepat menjawab, "Jodoh Lila gay, Bu!"
Lila, "... Bu-bukan, jodoh Gina belum lahir, Bu."
Gina tidak mau kalah dan berteriak, "Dion suka sama Putri, Bu"
"Beni! Bukan Dion!"
"Dion suka mati dengan Putri, Bu!"
"Iya, Bu. Katanya Dion tidak ingin berpisah selamanya dengan Putri."
"Omong kosong."
"Kalian bertiga berhenti!" Ucap guru Sejarah itu tegas. Dia menatap Gina, Putri, dan Lila dengan tajam. "Kalian bertiga benar-benar hebat! Setelah ini jangan pulang dan bersihkan perpustakaan."
Putri, Gina, dan Lila terduduk dengan perasaan tertekan. Perpustakaan baru saja dilakukan perbaikan, hingga sangat kotor di sana. Tiada seorang murid pun yang bersedia datang ke perpustakaan sekarang dengan cuma-cuma. Hingga ini hukuman yang sangat merepotkan.
Setelah bel pulang berbunyi, mereka bertiga dengan dorong-dorongan menuju ke perpustakaan. Saling menghina dan mengejek, hingga saling memukul kepala.
Setelah sampai ke perpustakaan, buku menumpuk di atas meja menyapa mereka. Rak-rak buku yang berdebu dan penuh sarang laba-laba sudah menjerit minta dibersihkan. Dengan enggan mereka mulai membersihkan perpustakaan.
Penjaga perpustakaan melihat mereka dan mengangguk penuh pujian. Dia meletakan buku-buku ke atas meja hingga menambah tumpukan. "Setelah raknya dibersihkan, simpan buku-buku ini kembali ke rak sesuai dengan nomornya."
Putri, Gina, dan Lila bergumam malas dan tinggalah mereka bertiga di perpustakaan. Putri duduk di atas meja dengan malas. "Cuma lihat tumpukan buku-buku sudah buat aku capek. Kalian aja deh yang lanjutin."
Gina melemparkan kemoceng ke kepala Putri, "Enak aja, bersihkan sana!"
Putri melempar kemoceng ke arah Lila, "Kamu kan anak rumahan, pasti sering membersihkan. Kamu saja!"
Lila menolak dan melempar kemoceng ke Gina. Tetapi Gina malah mengangkat ponselnya dan tidak menangkap kemoceng itu hingga mendarat di kepalanya. Dia segera melotot marah kepada Lila. "Ayahku nelpon, diam dulu!"
Putri dan Lila serentak mengangguk mengerti. Gina mendengar suara Ayahnya dari ponsel dengan penuh perhatian dan menjawab seadanya.
"Apa? ... Agak lambat ... Dihukum ... Karena Putri dan Lila ... Tidak, tidak, mereka tidak sengaja merobek buku tugasku ... Cuma masalah kecil doang ... Iya, iya ... Oke ... Iyaaa ... Iyaaa Ayah! ... Um." Lalu Gina dengan kejam mematikan sambungan telepon dari ayahnya yang protektif itu.
Di hadapannya, Putri dan Lila menatap tajam dengan senjata buku di tangan mereka.
Putri dengan marah memukul buku ke kepala Gina hingga membuat Gina berseru kesakitan. "Enak ya jual nama kami?"
Lila juga memukul buku ke tangan Gina, "Sekarang bagaimana saya punya muka datang ke rumahmu?"
Gina tertawa garing dan berusaha menenangkan amarah sahabatnya. Dia berkata dengan menyedihkan, "Kalau tidak begini, aku bakal dimarah. Sekali-kali berkorbanlah demi sahabat."
Putri memukul Gina berturut-turut, "Sudah berapa banyak aku berkorban untuk kalian."
Gina dengan cekatan menghindar dan menjauh dari Lila dan Putri. "Kali ini kalian berkorban lagi, ya! Ayah sudah menunggu di depan gerbang. Semangat sahabatku!"
Dengan cepat, Gina lari keluar perpustakaan meninggalkan Lila dan Putri dengan amarah. Hingga mau tak mau Lila dan Putri kembali bekerja dengan malas.
"Woi, jodohnya gay! Kamu bersihin di sana!" Teriak Putri kesal.
Lila menatap Putri dengan tajam, "Iya, jodohnya Dion."
"..."
"..."
Akhirnya Putri dan Lila membersihkan perpustakaan dengan pasrah dan terus mengutuk Gina yang sedang bersantai-santai di kamar sambil memakan cemilan dan membaca novel. Sambil membaca novel, Gina tertawa geli memikirkan tentang Putri dan Lila yang sedang membersihkan perpustakaan. Kenyataannya, ayahnya belum menelpon hari ini karena sibuk dengan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
An
lha yang telpon tadi siapa kakak author?
2020-06-07
0
lalalisa
Keren kak ceritanya. Semangat up terus ya kakak, sudah aku like .
Mampir juga yuk kak ke karya ku
judulnya: TERJEBAK CINTA SAHABAT
2020-06-06
0
H.N Alfarin
Jd inget jaman Sma dl ketika belum ada smartphone 😍😍
2020-04-25
1