Festival

Tanggal 31 Desember, Festival Tahun Baru resmi dibuka.

Di atas pintu gerbang terpasang spanduk selamat datang untuk pengunjung festival. Ketika seseorang memasuki gerbang, maka keramaian akan menyambut mereka. Beberapa orang dengan kostum aneh berjalan mondar mandir, beberapa murid berbaris rapi di pinggir untuk menyebarkan brosur dengan suara yang melengking, dan beberapa orang juga sibuk mengurus kegiatan mereka.

Di halaman sekolah dipenuhi dengan berbagai stan, masuk ke gedung sekolah adalah beberapa permainan menarik. Di gedung aula disiapkan pertunjukan drama, akan dimulai ketika siang nanti.

Pagi hari ini, kebanyakan pengunjung masih berjalan-jalan menikmati kesibukan murid-murid yang mengatur stan-stan mereka. Tak sedikit penjual kaki lima bertengger di depan pagar sekolah mencari keuntungan dari ramainya festival.

OSIS ialah yang paling sibuk, mulai dari subuh, mereka telah tiba ke sekolah untuk memastikan tiada kesalahan selama festival berlangsung. Menyiapkan beberapa kembang api dan listrik untuk malam tahun baru, puncak acara. Panggung dibuat di tengah lapangan sekolah, diatur semeriah mungkin.

Musik diputar dengan pengeras suara mengiringi kegiatan pagi hari yang cerah ini. Semilir angin yang sejuk terus menerpa, matahari tertutup awan, cuaca yang pas untuk kegiatan diluar ruangan.

Di stan makanan kelas XI IPA 5, para murid menggunakan baju pelayan hitam putih, khusus untuk siswi ditambahkan dengan bando telinga kucing hitam. Mereka membatalkan rencana ekor kucing karena kegagalan produk di detik-detik mulainya festival.

Dion menggunakan baju putih dan celana panjang hitam, lebih cocok dianggap pekerja kantoran dibanding pelayan restoran. Dia dengan serius membungkus keripik pisang bersama lima murid lainnya. Karena mepetnya waktu persiapan, mereka tidak sempat untuk membungkus kripik yang baru digoreng tadi subuh. Beberapa murid juga mempersiapkan meja tempat jualan dan gadis-gadis telinga kelinci berdiri dibelakangnya menyapa pengunjung dengan senyum manis.

Di dalam gedung sekolah, tepatnya di kelas XI IPA 2, ruangan kelas yang berantakan kini berubah menjadi ruangan yang gelap dan penuh dengan aura yang menyeramkan. Para murid yang menggunakan kostum hantu berlalu lalang di sekitar ruangan tersebut. Mereka mengatur tempat semenyeramkan mungkin, menambahkan beberapa jaring laba-laba untuk kesan ruangan yang lama tak berpenghuni.

Di dalam ruangan rumah berhantu itu, tiga gadis berkumpul di area kosong yang belum diatur, lagi pula rumah hantu ini akan dibuka siang nanti. Gadis yang menggunakan baju hitam lebar tentu memiliki suasana hati yang terburuk, di kepalanya terdapat kain pel yang menggantung hingga membuatnya tampak konyol dibanding menakutkan.

Lila terus saja memiliki perasaan yang buruk tentang penampilannya, apalagi melihat kedua sahabatnya yang menutup mulut mereka menahan tawa. Bukan hanya itu, bahkan seisi kelas tak bisa untuk tidak mengalihkan tatapan ke arahnya ketika dia lewat.

"Ini jelas tidak adil." Ucapnya merasa teraniaya. "Put, ini tema horor. Kamu berperan sebagai nenek sihir, bukan penyihir dari film. Kenapa tampilanmu tidak mengerikan sama sekali?"

Putri terkekeh, "Apa lagi yang harus aku lakukan?"

Gina adalah siswa yang berpakaian paling normal di antara para cosplay hantu. Dia satu-satu yang menggunakan baju seragam sekolah normal di kelas XI IPA 2, membuatnya tampak tidak berada pada tempatnya. Di tangannya terdapat puluhan lembar brosur yang siap dia bagikan sebentar lagi.

Dia memperhatikan penampilan Putri dengan seksama dan mengemukakan pendapatnya. "Put, kayaknya kamu harus memakai hidung yang besar dan panjang, lalu dirias seperti nenek-nenek. La, kamu bisa rias seperti itu kan?"

Lila mengangguk, lagi pula dia tidak akan membiarkan dirinya sendirian terlihat konyol. Jika dia sangat mengerikan, maka seisi kelas harus mengerikan. Lila bertugas sebagai tukang rias hantu, dan dia memiliki banyak pikiran jahat untuk orang-orang yang menertawakannya.

Putri tertawa membayangkan dirinya memiliki hidung besar dan panjang dengan wajah penuh keriput dan mata besar. "Pasti aku akan terlihat mengerikan, apalagi jika aku berjalan dengan bungkuk."

Gina dan Lila ikut tertawa ketika membayangkan ilustrasi Putri, gadis yang memiliki wajah cerah dan ceria berubah menjadi nenek-nenek dengan wajah mengerikan dan jalan dengan posisi bungkuk. "Haha, dan pastikan ketika pengunjung datang, kamu harus menatap mereka lurus, membuat mereka semua merinding, hahaha."

Lila yang tertawa, langsung terdiam. Matanya menatap lurus ke sosok yang baru saja muncul dari pintu. Dia membuka mulutnya terpesona dan membuat Putri dan Gina ikut mengalihkan pandangan ke sosok itu, mereka berdua ikut terdiam.

"Cuci mata di pagi hari." Gumam Putri melihat sosok itu.

Gina terkekeh, "Sobatku memang tampan."

Lila, "..." Dia masih diam terpana. Air liurnya meluncur begitu saja dari mulutnya membuat Gina menampar wajahnya dengan jijik.

"Sadar oi!"

Lila buru-buru menghapus air liurnya dan terus memandang Bambang yang kini salah tingkah karena terus menjadi pusat perhatian.

Di saat orang lain terlihat menyeramkan dan konyol dengan kostum hantu mereka. Bambang membuat dirinya menjadi sangat tampan dan keren dengan kostum drakulanya. Jubah hitam membungkus tubuhnya, di bagian jubah yang terbuka, bisa dilihat kemeja putih dan celana hitam panjangnya dengan sepatu hitam pas ditubuhnya. Di tambah dengan dasi pita hitam di lehernya membuatnya elegan dan menarik di mata.

Lila berjalan ke arah Bambang tanpa sadar, dia mengeluarkan tersenyum manisnya saat berhadapan dengan Bambang. "Hai Bambang, masih ingat namaku kan?"

Bambang mengangguk otomatis, Lila selalu menanyakan hal itu hingga dia menanam nama Lila di otaknya tanpa sadar. "Lila."

Lila langsung meleleh ketika namanya disebut oleh drakula tampan itu. "Kok kamu bisa tampan sih, Bang?"

Bambang langsung salah tingkah, dia menggaruk tekuknya dengan canggung. Kata-kata Lila selalu frontal, membuatnya terpana tak dapat menemukan kalimat yang tepat untuk menjawabnya.

Gina datang ke samping Lila, dia menarik tangan Lila dan berbisik dengan nada geli. "Sebelum kamu memperhatikan penampilan Bambang, perhatikan dulu penampilanmu."

Senyum Lila langsung membeku. Kain pel yang melekat di kepalanya mengingatkan kekonyolannya. Di tambah baju hitam lebarnya dengan wajah yang sepenuhnya berwarna hijau.

Lila mundur secara teratur, membuat Bambang menatapnya dengan heran. Gadis yang tadinya menyapanya penuh semangat, kini mundur dengan wajah terpaku. Tiga langkah setelah dia mundur, dia langsung lari menggunakan pintu belakang kelas.

Gina dan Putri tertawa dengan keras, mereka ber-tos-ria, bersenang-senang di atas penderitaan Lila. Setelah puas tertawa, mereka berjalan keluar kelas untuk mencari Lila menghinanya hingga membuatnya semakin malu untuk bertemu dengan Bambang lagi. Membayangkan rencana mereka, membuat mereka terus tertawa dengan riang.

Bambang memiringkan kepalanya dengan kebingungan. Dia tidak mengerti dengan pikiran gadis-gadis, sehingga dia hanya bisa melupakannya dan pergi ke posisi yang telah ditentukan untuknya.

Untuk Lila, dia mengurung diri di toilet dengan frustasi. Menakuti setiap orang yang ditemuinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!