BAB 16

Tidak ingin terlalu malu di bawah pandangan mata karyawannya, Adrian akhirnya mencoba membawa masuk Yarra dengan baik-baik.

"Kalau begitu ayo masuk," dia mengajak.

Yarra sebenarnya sangat ingin menggandeng tangan pria itu di depan orang lain. Namun mengingat kejadian tadi pagi, dimana Adrian membuat jari kakinya terantuk, lalu mencoba menolak bekal yang dimasaknya! aura negatif segera meliputi Yarra.

Melihat wanita itu menatapnya dengan garang, firasat Adrian tidak baik. Berpikir, sebaiknya membawa Yarra segera pergi.

"Yarra, ayo?" kali ini Adrian memberi tangannya, tapi sudah cukup lama di udara, Yarra belum bereaksi.

...

"Astaga, apa aku bermimpi? Bos kita terlihat memohon pada keponakannya! luar biasa."

"Uh, ya ... dia keras diluar tapi lembut di dalam."

Leya yang mendengar pujian itu, tapi melihat pandangan di depannya dibuat tidak nyaman.

...

Melihat Adrian yang tangannya sudah gemetar dengan berbagai perasaan, Yarra menarik sudut bibirnya. Dia menaruh tangannya, tapi ....

Bunyi gemerincing mengambil alih.

Semua yang disana melihat dengan jelas, alih-alih memberi tangan kepada Bos mereka! sang keponakan memberi kunci mobil, seolah Bos mereka adalah supir.

Wajah Adrian mengeras seketika. Dia kembali menyesali keputusannya, membiarkan wanita ini kembali dalam hidupnya.

"Paman! ayo!"

Adrian hampir jatuh, karena marah. Panggilan Paman, sekarang benar-benar menggerogoti harga dirinya.

Yarra melangkah masuk lebih dulu, menunggu Adrian di belakang. Dia sudah sangat dekat dengan para karyawan, dan hendak menaiki tangga ketika Adrian tiba-tiba memepetnya.

"Eh, apa yang kau lakukan! kau bisa menginjak sepatuku."

Tapi Adrian tidak bereaksi, meski dia sudah kesal sekali. Kalau tidak diingatnya bahwa Yarra dengan rok pendeknya akan menaiki tangga, sungguh dia tidak ingin repot-repot merapat padanya.

Melihat wajah keras Adrian, Yarra mencibir. Tapi begitu dia tidak mengatakan apapun. Malah dengan entengnya, menyapa para pegawai.

"Halo semuanya?"

"HALO!" Jawab mereka serentak.

"Perkenalkan aku Yarra Arden, aku---"

"BUBAR SEMUANYA!!!"

Mendengar itu semua karyawan pun berhamburan. Adrian baru saja menemukan caranya. Jika dia tidak bisa mengendalikan Yarra, maka dia bisa mengendalikan pegawainya.

Yarra menyentak kakinya, "Kenapa kau membubarkan mereka?"

Tapi Adrian dengan berkacak pinggang menatap Yarra, dia sudah sangat kesal. "Lalu kau? apa maksudmu dengan datang seperti ini? memakai mobilku dan memperkenalkan diri dengan nama keluargaku!"

Yarra memutar bola matanya, "Yang terahkir aku lupa."

"Lupa! Lupa! Lupa!" Adrian menoel dahi Yarra berulangkali. "... kau masih muda tapi selalu menggunakan lupa sebagai banyak alasan."

Yarra tidak berbohong, untuk sesaat tadi dia benar-benar lupa.

"Ayo! sekarang cepat pergi. Aku menerimamu di rumah, bukan di kantor. Jadi jangan coba-coba berkeliaran di sekitar urusan pekerjaanku!"

Yarra menarik kembali tangannya, yang hendak ditarik pergi Adrian.

"Tidak. Aku sungguh-sungguh, aku datang untuk urusan pekerjaan."

•••

Leya hanya bisa mengikuti mata pada wanita yang ikut bersama Adrian. Dia sudah cukup kesal, semenjak hari pertama mereka bertemu. Hari ini dia lebih kesal lagi. Tapi begitu, dia bisa apa selain menyediakan teh.

"Leya! kenapa kau membawa teh, tanpa bertanya! dia tidak menyukai itu. Ambilkan susu."

Yarra yang sedang duduk memangku kaki, memperhatikan perubahan kasar di wajah sekretaris yang bernama Leya itu. Sebagai seorang pemuja selama bertahun-tahun, dia bisa melihat seseorang dengan niat yang sama dalam satu kali pandangan.

Dan Yarra yakin sekali, Leya menyukai Adrian. 'Tapi itu tidak mungkin selama aku disini!' monolog Yarra pada dirinya sendiri.

"Eh maaf pak, tapi susunya sudah habis."

Adrian yang sedang menatap berkas, teralihkan mendengar itu. Dia menurunkan kacamatanya menatap Leya, "Lalu? apa itu urusanku?"

"Eh tidak! Tidak Pak!" Leya gelagapan. Pernah ada dua kali kasus seperti ini, tapi tidak sekalipun Adrian mempermasalahkan hal itu. Tapi sekarang, ....

"Ceroboh!" Yarra tidak menyembunyikan niatnya sama sekali, saat mengatai Leya. Dia bahkan menatap Leya tepat ke dalam matanya.

Wajah Leya memerah menahan marah, tapi dalam situasi seperti ini dia hanya bisa menunduk. "Maaf, maafkan kecerobohan saya. Saya akan pergi menyediakan-nya lagi."

Leya berucap dengan pilu, berharap menuai belas kasihan Adrian. Tapi jangankan belas kasihan, pria itu bahkan tidak menatapnya sama sekali.

"Paman?"

Adrian mengangkat kepala, "Ada apa lagi?" ketusnya.

"Kemari dan berikan sapu tangan di jas mu. Sekretaris-mu hampir menangis, dan terus-menerus menatapmu. Aku pikir dia menginginkan sapu tangan milikmu."

"Ti-tidak!" Leya menggeleng kepalanya kuat. Kenapa dia menginginkan sapu tangan? Yarra jelas adalah tukang fitnah yang handal.

"Nona, tolong jangan mengatakan hal seperti itu." Leya mencoba membalikkan situasi ... tapi sayang itu tidak sebaik penguasaan suasana oleh Yarra.

"Kalau begitu aku minta maaf. Kau hampir menangis dan menatap Bosmu, jadi kupikir kau membutuhkan sesuatu darinya."

Leya dan Yarra saling menatap, sebelum Yarra bicara lagi, "Jadi, kapan kau akan membawakan aku susu?"

Leya menarik nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku akan kembali." Dia menunduk sebelum pergi.

Setelah kepergian Leya, barulah Adrian berbicara pada Yarra. Tapi sebelum itu, dia membuka beberapa kerah atasnya yang membuat sesak. Tidak membutuhkan firasat, Adrian yakin pembicaraan mereka akan berlangsung mengesalkan.

"Berhentilah mengulur waktu, katakan apa yang membuatmu kesini?"

Yarra baru mau membuka mulutnya, tapi diingatkan Adrian. "Sebaiknya itu hal yang penting!"

"Cih, dasar angkuh. Aku membawa beberapa dokumen dari Edgar. Silahkan lihat dan print sendiri."

Adrian mengerutkan dahi, "Edgar?"

Yarra tidak menjawab, tapi malah berdiri berkeliling ruangan. Adrian membaca berkas itu, dan bukan sesuatu yang penting-penting sekali. Jadi tanpa sadar dia keluar dari website itu.

"Kau sangat kompak dengan tunangan mu itu rupanya, berkas yang tidak terlalu penting, diantar olehmu secara langsung! ckck."

"Benarkah?" Yarra memikirkan ini dengan serius, "Apa Edgar kehabisan hal untuk dilakukan?"

Adrian terkekeh. "Jika tunangan-mu itu tidak punya hal untuk dilakukan, suruh datang saja kepadaku! aku akan memberinya pekerjan!"

Menatap layar ponsel Yarra, Adrian tanpa sadar ingin membuka galeri foto. Melihat Yarra yang sedang menatap keluar jendela, dia memberanikan diri, membuka galeri Yarra. 'Mari lihat, bukti cinta mereka!' pikir Adrian. Tapi apa ini? kenapa dia tidak menemukan foto Yarra dan Edgar sama sekali?

Tidak puas dengan rasa penasarannya, Adrian beralih pada chatting mereka dan .... "Tidak apa, lihat saja."

Adrian hampir melompat, terkejut dengan Yarra yang tiba-tiba sudah di belakangnya. Tapi belum juga melakukan pergerakan, Yarra sudah melingkarkan tangannya dari belakang.

Dia berbisik tepat di belakang telinga, "Aku juga tidak tahu, kenapa aku tidak memiliki apapun yang menghubungkan antara aku dan Edgar. Kami bahkan tidak memiliki foto."

Mendengar ini, telinga Adrian memerah. Dia merasa seseorang baru saja membaca niatnya secara terbuka. Mau mengelak, tapi terlambat. Dia dikejutkan dengan kecupan di telinganya.

"Aku benci sekretaris mu!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!