"Adrian! Adrian! Adrian!"
Dalam tidurnya Adrian mengerutkan dahi. Awalnya dia berpikir itu mimpi, tapi gema teriakan itu terlalu jelas untuk menjadi mimpi.
Bunyi gorden yang diseret, serta sinar matahari yang menggapai matanya, Adrian akhirnya sadar penuh. Dia bangun dengan rasa kaget, apalagi mendapati Yarra yang sudah berdiri di depan lemarinya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Apalagi! tentu saja menyiapkan pakaian mu!"
Alis Adrian bertemu, "Tidak perlu. aku sudah melakukannya selama tujuh tahun ini sendirian. Tidak membutuhkan bantuan orang lain."
"Benarkah? padahal aku melakukan ini untuk membantumu yang sudah terlambat. Satu hal yang tidak cocok denganmu sama sekali."
Mendengar ini, Adrian sedikit lambat mengerti. Dia berbalik dan mengambil jam di samping meja, hanya untuk menemukan bahwa ini sudah jam, "Astaga kenapa sudah jam begini! Oh god!"
Adrian cepat-cepat turun dari tempat tidur, dan mulai mengambil beberapa hal di meja kerjanya. Dia tidak menyangka, dia akan terlambat seperti ini! hal yang bukan gayanya. Kalau dipikir-pikir dengan benar, bukankah ini adalah karena Yarra? Ya, dia dibuat tidak bisa tidur oleh wanita itu. "Ya, ini semua salahnya!" Gumam Adrian tak terlalu jelas.
Dia berbalik dan menatap Yarra yang sedang bersenandung kecil, memilih pakaian yang akan dikenakannya.
"Ah, yang ini saja." Yarra menunjukkan baju pilihannya pada Adrian. Tapi tak direspon seperti yang diharapkan. "... ada apa handsome? kenapa kau terlihat begitu tertekan?"
Bayangan kekesalannya semalam, naik kembali ke permukaan, membuat Adrian menjadi kesal. "Keluar kau dari sini, dan jangan lakukan hal seperti ini lagi! aku tidak membutuhkan apapun darimu."
Adrian menarik tangan Yarra. Tapi tidak hanya, tidak mau keluar, Yarra menaruh semua beban badannya kebelakang, membuat Adrian kesulitan menariknya.
"Jangan seperti anak kecil!"
"Siapa yang anak kecil hah? memangnya benar kau tidak mendapatkan apapun dariku? bagaimana dengan tanah pembangunan itu?"
"Itu kudapatkan dari tunangan mu, bukan dirimu. Cepat keluar." Karena terlanjur kesal, tarikan yang pelan itu, ditambahkan Adrian kekuatan. Lalu, "AKKKKHHHH!!"
Adrian terdiam menatap Yarra yang melompat-lompat memegang jari kakinya.
"KURANG AJAR! KAMPRET! AUHHH ...."
"A-apa, ada apa?"
"Apanya yang apa? kau membuat jari manis ku terantuk di kursi." PAK.
Adrian semakin tidak percaya dibuat. Pertama dia dibuat terkejut dengan kemampuan Yarra yang dalam mengeluarkan kata-kata kasar. Sungguh, jangankan mengeluarkan kata-kata kasar, wanita itu bahkan jarang sekali untuk marah. Tapi sekarang?
Dia sudah di maki, di marahi, dan bahkan di tendang di bokong dengan tidak pelan. "Ka-aku menendang ku?" tanya Adrian syok.
Tapi Yarra bahkan lebih ganas lagi dengan kedua tangan di pinggang, "Apa kau lupa, aku adalah utusan terbaik sekolah untuk Taekwondo."
Adrian mundur perlahan, bertanya-tanya siapa wanita yang sebenernya dia nikahi delapan tahun yang lalu. Tapi dia makan belum pulih dari syoknya, ketika suara Rosa terdengar. "Adrian? Putraku!"
Adrian hendak turun, sebelum ditahan Yarra di kerah lehernya. "Kau mau kemana?"
"Mau kemana apa? kau tidak mendengar Mama ada dibawah!"
"ADRIAAAANN, KENAPA KAU TIDAK KE KANTOR?"
Mendengar pertanyaan itu dan suara yang semakin dekat, Yarra segera mendorong Adrian ke kamar mandi. "Bersiaplah! Ibumu sangat rewel."
Ya, sebagai mantan menantu ... Yarra sangat mengenal Ibu Adrian. Walau baik, sesekali dia bisa sangat bawel dan menyakiti kepala.
KLEK.
Rosa membuka pintu dan menemukan Yarra yang sedang mengatur tempat tidur.
"Hey perempuan! apa yang kau lakukan di kamar anakku!"
Yarra tersenyum, dia masih harus sedikit menjaga sikap di depan Rosa. "Eh, Mama ... ini Yarra sedang membersihkan tempat tidur."
"Mama! Mama! kau bukan anak atau menantuku. Kau tidak bisa memanggilku Mama sesuka hatimu."
Yarra memutar matanya, serius berpikir. "Lalu aku harus panggil apa?"
"KANJENG RATU!" Ucap Rossa menunjuk dirinya sendiri. Dia sangat kesal sampai mengucapkan hal itu, tidak menyangka akan menjadi boomerang di masa depan.
"Baiklah, Kanjeng Ratu."
Untuk sesaat Rosa kesal, tapi tetap membiarkan. Toh, hanya mereka berdua disini.
"Kau hanya tamu disini, tidak sepantasnya masuk ke kamar Putraku."
"Jika anda adalah Kanjeng Ratu, maka putramu adalah Pangeran. Pangeran tidak boleh menyiapkan segala sesuatu sendiri bukan?" Kata Yarra sambil menunjuk pakaian yang sudah dia siapkan dengan wajah sumringah.
Untuk sesaat, otak Yarra benar-benar korslet, begitu juga dengan Rosa yang dengan cepat memanas.
•••
Di dalam kamar mandi, Adrian mengusap wajahnya. Dari semua hal yang ditakutkan untuk kedua orang itu bicarakan, tidak menyangka itu akan menjadi masalah konyol seperti itu. Belum lagi Ibunya, benar-benar bawel dengan tidak mau berhenti mengomel.
Tidak tahan lagi, dia akhirnya keluar.
"Adrian? kenapa kamu membiarkan perempuan ini keluar masuk kamarmu seenaknya?"
"Ma, tenanglah!"
"Apanya yang tenang. Kalian bukan lagi pasangan menikah, dan tidak pantas untuk berada dalam satu ruangan seperti ini. Belum lagi, dia adalah tunangan orang lain." Tunjuk Rosa pada Yarra.
Adrian awalnya keluar untuk membela Yarra yang sedikit terpojok dari tadi. Namun setelah diingatkan oleh Rosa, dia teringat kembali.
"Ya, Mama benar. Yarra kau keluarlah!"
Yarra berdecak kesal, dia melewati Rosa tapi masih sempat menggoda wanita paruh baya itu.
"Aku akan membuat ikan kakap kuah! Yang Mulia Kanjeng Ratu, ditunggu dibawah."
Rosa ingin menjambak rambut Yarra, tapi mendengar ikan kakap kuah dia terdiam. Bagaimana dia harus menjelaskan, bahwa masakan anak mantunya adalah yang paling pas untuk lehernya yang merupakan penyembah kenikmatan.
Melihat Yarra yang akhirnya pergi, Adrian mencoba menenangkan Rosa. "Ma, jangan bertengkar lagi dengan Yarra. Dia disini hanya sementara."
"Iya, dia bisa disini. Tapi bukan di kamarmu juga kan?"
"Ma ayolah, ---"
"Apanya yang ayolah? lihat dirimu! menampung mantan istrimu atas permintaan tunangannya. Seperti tidak ada harga diri saja. Kalau memang ini hanya bantuan, kau juga seharusnya melanjutkan hidupmu dengan baik. Dengan memiliki seseorang misalnya! ... supaya perempuan itu, tidak sembarangan masuk ke kamarmu."
Cukup lama Adrian terdiam, tapi entah kenapa semua yang dikatakan Ibunya terdengar benar. Ya, Yarra tidak seharusnya kesana-kemari di dalam kamarnya, begitu juga dalam hidupnya. Seperti yang Adrian renungi semalam, seharusnya ada batasan di antara mereka.
"Mm, Ya!"
Rosa mengangkat kepalanya kaget, "Apanya yang Ya?"
"Ya, Mama benar. Aku seharusnya tidak sendiri."
"Uh ...," Rosa menutup mulut tak percaya. "Apa kau serius?" Rosa dibuat takut dan tidak percaya. Selama ini, jika membicarakan wanita, kekasih atau perjodohan, akan menjadi masalah untuk Adrian karena dia tidak suka. Tapi sekarang, anak itu sendiri yang setuju.
"Ya, aku serius. Tapi jangan lakukan terburu-buru atau hanya kesal." Itu adalah jenis pemberian izin pada Ibunya, jika Ibunya mencarikan jodoh,
Mendengar ini, Rosa berjingkat kesenangan. Walau dia kesal pada Yarra, rasanya tidak rugi sekali membiarkan wanita itu membuka pikiran Adrian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments