BAB 14

Melihat wajah bahagia Rosa, insting Yarra memberitahunya ada sesuatu yang salah.

"Ma, eh ... Kanjeng Ratu, mari makan."

Dengan suasana hati yang sangat baik, Rosa tidak berniat membuat masalah sekarang. Lagipula kan malu! masa mau makan masakan orang, terus marah-marah pada orangnya. Tapi begitu, tidak berarti dia akan menjawab atau mencoba berbicara pada Yarra tentunya.

Yarra sudah mencoba menyenangkan hati Rosa, tapi wanita paruh baya itu bahkan tidak memandangnya sama sekali, tapi masih makan makanannya. Ini membuatnya sangat kesal sekali. 

Beruntung tak lama kemudian, Adrian turun. 

"Adrian, ayo makan dulu! sebentar lagi juga sudah mau makan siang."

Adrian menggeleng, "Tidak! Mama saja, aku terburu-buru."

Adrian sudah hendak melangkah pergi, sebelum ditahan Yarra. "Tunggu sebentar!" Dia segera berlari ke belakang, dan kembali dengan membuat kejutan ditangannya.

"Apa itu?"

"Aku tahu kau terburu-buru, jadi aku sudah menyiapkan bekal untukmu."

Adrian menatap tempat makanan itu dengan tak karuan. Tapi dia teringat oleh ucapan Ibunya, bahwa mereka berdua tidak seharusnya terlalu dekat! dan perhatian-perhatian seperti ini tidak seharusnya ada.

"Maaf, aku tak bisa." Tolak Adrian dingin. Dia sudah beberapa langkah melewati Yarra, sebelum dihentikan oleh panggilan Ibunya.

"ADRIAN!" 

'Apa lagi yang salah?' pikir Adrian. Perlahan dia berbalik takut-takut, dari nada panggilan Rosa, dia tahu bahwa dia sedang dimarahi sekarang, "Ada apa Ma?"

Rosa berdiri dari kursi makannya, dan mengambil bekal di tangan Yarra. 

"Apa kau bodoh atau bagaimana? sudah di beri makan, tapi tidak mau ambil juga. Ini!!!"

Rosa menaruh makanan itu di telapak tangan Adrian dengan ketus. "Ta-taapi Ma, bukannya Mama sendiri yang bilang---"

"Sudah! Cepat pergi sana."

Adrian masih menatap tak habis pikir.

"Sudah pergi sana!" Rosa mendorong Adrian pergi. Untuk sesaat, para pelayan yang melihat itu semua menundukan kepala. 

Kesan dingin dan angkuh milik Tuan mereka, seolah tidak berguna di dekat Ibu dan mantan Istrinya. Tuan Jun, selaku kepala pelayan ... hanya bisa menggelengkan kepala, melihat tempat makanan berwarna merah muda itu.

Adrian tidak mengerti dan tidak akan mengerti. Rosa bukan seperti Ibu pembenci dalam cerita-cerita yang tidak masuk akal. Kalau seseorang mencoba memperhatikan Putranya, dia tidak akan menolak. Meski niat baik itu datang dari orang yang dia benci, seperti Yarra.

"Wah, Kanjeng Ratu, terimakasih yah."

Mendengar ini dari Yarra,  mood swing  Rosa kembali lagi. "Awas saja kau dekat-dekat dengan Putraku. Aku tidak akan melepaskan dirimu. Mengerti?"

Yarra mengangguk mengerti. Baginya terdengar seperti, ... selama dia bisa dekat kembali dengan Adrian, maka Ibu pria itu tidak akan membiarkan dia bersama pria lain, selain putranya sendiri.

Kesalahpahaman jelas terjadi disini.

•••

Selesai makan-makan enak, Rosa meninggalkan rumah Adrian. "Oh, astaga! Penyihir itu benar-benar tahu cara memasak." Puji Rosa, yang hanya ingin dia lakukan di belakang.

Waktu siang hari ini, kini akan di pakainya untuk bermain mahjong bersama teman-temannya. Ketika dia akhirnya sampai di klub mahjong, dia sudah disambut teman-temannya. 

Tapi, entah kesialan apa ... baru saja berapa melangkah menaiki tangga, kakinya tiba-tiba terpelintir. "AAAHHH!"

Teman-temannya yang melihat itu dari dalam, juga sedikit kaget. Tapi untung saja sebuah tangan menangkapnya tepat waktu.

"Nyonya Besar, apa anda baik-baik saja?"

Rosa menyapu dadanya penuh ucapan syukur.

"Oh astaga hampir saja!" Dia menatap wajah cantik yang cukup dikenalnya beberapa tahun ini. "Terimakasih banyak Leya, hampir saja saya jatuh tadi. Hu,... terimakasih banyak."

"Iya, bukan apa-apa Nyonya. Saya tadi tidak sengaja melihat anda, jadi berniat menyapa, tidak menyangka akan ada situasi seperti tadi."

"Ya, ya, terimakasih sekali lagi. Oh, dan kau mau kemana?"

"Saya mau ke dalam, untuk meminta tanda tangan seorang klien di sana."

Rosa mengangguk mengerti. Klub mahjong ini, terdapat banyak sekali orang tua kaya uang menghabiskan masa tua mereka.

"Ya sudah ayo kita masuk bersama."

Leya mengangguk dengan senyuman. Dia juga tidak melepaskan sebelah tangan Rosa, membiarkan Ibu Bosnya itu memegang tangannya untuk keseimbangan.

Di jalan masuk itu, terjadi perbincangan kecil di antara mereka, termasuk ..., "Iya, Pak Adrian datang terlambat, jadi meeting-nya ditunda."

Memikirkan keterlambatan Adrian, Rosa kembali teringat mantan menantu penyihir dirumah Putranya. "Ya, dia sedikit sibuk, karena ada orang yang menganggu kenyamanan rumahnya."

Mendengar ini Leya tentu saja dipenuhi rasa penasaran. Dia menebak-nebak, bahwa itu mungkin saja wanita yang di katakan sebagai sepupu Bos-nya.

Leya masih ingin bertanya, tapi dia harus terhenti karena mereka akhirnya sudah masuk.

"Jeng Rosa baik-baik saja?" tanya seorang wanita gemuk yang flamboyan, dari tiga mereka disitu.

"Untung saja ada gadis cantik ini tadi." Sambung yang lainnya.

Leya sebagai yang dibicarakan hanya bisa memberi salam penuh hormat. Rosa juga baru saja mendaratkan bokongnya di kursi, ketika dia sudah ditodong dengan ucapan-ucapan mereka. "Cantik sekali kamu, siapa namanya?"

"Ah, saya Leya."

"Wah, Leya bisa kali ya ... jadi menantu kamu Jeng Ros, benar nggak sih?"

Rosa tertawa canggung, "Bicara apa kalian ini? jangan membuat Leya tidak nyaman. Dia itu adalah sekretaris anak saya."

Mendengar ini, teman-temannya yang suka seperti ular beludak di belakang, kembali bicara. "Loh, pas sekali dong. Artinya dia sudah cukup kenal Adrian. Benar tidak?"

"Benar!" Sambung yang lainnya seolah seru.

Mendengar ini semua Leya bersemu merah. Sulit untuk tidak terbang, ketika yang orang lain bicarakan dan harapkan untuknya, adalah sesuatu yang paling dia inginkan di hati.

Tapi Rosa yang mendengar itu semua jelas tidak terima. Bukannya dia pemilih atau bagaimana, tapi sama seperti Ibu kebanyakan dia tidak suka basic Leya yang menurutnya sedikit lebih rendah. 

Bukan rendah terhadap keluarganya, tapi rendah terhadap Yarra. Bagaimanapun, mantan menantunya yang gila dan kurangajar itu adalah seorang desainer dan pemilik bisnis, jadi sadar tidak sadar, Rosa menginginkan seseorang yang lebih dari Yarra. Belum lagi dia juga ingin seseorang yang bisa memasak.

Dia tidak ingin wanita itu akan datang dan mengejeknya satu hari nanti.

Rosa suruh cukup masam hanya dengan membayangkan itu semua. Sementara sekarang, ... bukannya dia tidak tahu terima kasih, tapi dia semakin masam karena Leya tidak pergi juga. Membuat perbincangan di antara mereka tidak pada tempatnya.

"Leya, bukannya kau bilang ada pekerjaan tadi?"

Leya yang sudah mendudukkan dirinya segera berdiri kaget. "Ah, iya ... aku permisi dulu semuanya." Leya masih menunduk, memberi salam sebelum pergi.

Dia merasa malu, karena duduk dengan Nyonya-nyonya besar, tanpa disadari. Namun begitu, dia sekarang seolah menemukan jalan ke puncak. "Ya, aku bisa mendekati pak Adrian, melalui Ibunya." Tekad Leya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!