Adrian dan Leya sama-sama terdiam melihat kepergian Yarra begitu saja. Leya sangat malu sekarang, tapi tidak mungkin mengharapkan kata maaf secara terbuka! Jadi dia hanya bisa berpura-pura.
"Sepertinya aku terlalu banyak bicara sehingga menganggu Nona tadi."
Suasana menjadi sedikit canggung, "Ya ... tapi jangan dimasukkan ke hati, tadi itu dia hanya tidak mood."
Entah Adrian menyadari atau tidak, tapi itu terdengar seperti pembelaan, membuat Leya semakin tidak nyaman.
"Maaf Pak, ini pertama kalinya saya melihat Nona tadi, apa keluarganya Bapak?" Leya memberanikan diri bertanya. Selain kesal dia sangat penasaran, lagipula bukankah lebih baik mengenal medan, pikirnya.
Ada cukup waktu bagi Adrian sebelum menjawab. Tak bisa dipungkiri, dia tidak senang saat ditanyai diluar pekerjaan. Selain baginya itu terdengar seperti ikut campur, di satu sisi dia bingung memperkenalkan Yarra sebagai siapanya.
"Mm, ya! dia keluarga saya." Jawab Adrian seolah tak punya pilihan. Tidak banyak yang tahu soal statusnya yang pernah menikah. Selain itu terjadi sangat dulu sekali, pernikahan itu mendadak dan hanya dihadiri keluarga. Belum lagi usia pernikahan yang hanya setahun. Seperti aib saja, pikirnya.
"Oh begitu ya Pak!" Walaupun sempat tidak senang, tak bisa dipungkiri Leya merasa tenang sekarang.
"Kalau begitu saya akan menunggu---"
"Tidak perlu. Kamu kembali saja sekarang. Masih ada sejam sebelum rapat kan? saya akan pergi sendiri."
Leya membuang nafas kasar. Selalu saja seperti ini. Padahal dia datang, dengan harapan bisa pergi berdua bersama Adrian dari rumahnya.
Selama ini jika mereka berpergian, akan selalu ada sopir! belum lagi Leya yang harus duduk di depan, benar-benar terbatas interaksinya dengan Adrian. "Ah, baiklah kalau begitu saya permisi dulu Pak."
Tapi pada akhirnya dia hanya seorang bawahan, Leya pun menunduk memberi salam, sebelum akhirnya mundur dengan langkah yang berat.
Adrian yang melihat kepergian sekretarisnya itu, segera bergegas masuk menemui Yarra. Dia masih pada rencana awal, yakni membuat aturan untuk wanita itu.
Melewati kolam, para pelayan yang dihukum mencoba memanggil dirinya. Tapi entah perasaan apa ini, sehingga Adrian merasa tidak berdaya untuk membantu mereka. Rasanya jika dia membantu mereka, akan ada pertengkaran dengan Yarra. Sementara dia sedang tidak ingin beradu dengan wanita itu.
•••
Yarra yang baru saja mau masuk ke kamar mandi dengan pakaian yang telah dilepas, dan hanya berbungkus jubah mandi, terhenti dengan pintu yang tiba-tiba dibuka.
"Maling teriak maling, mesum teriak mesum. Apa sudah benar pepatah-ku?" tanya Yarra, sambil membuat pose di depan pintu kamar mandi.
Adrian sangat malu sekarang. Salahnya karena membuka pintu tanpa mengetuk. Lagi pula siapa yang menyangka, kalau wanita itu akan pergi mandi. Tapi Adrian mencoba tidak gentar, meski kedua telinganya sangat panas.
"Dengar baik ... aku tidaklah mesum, aku datang untuk berbicara denganmu dan memperjelas---"
"Memperjelas apa hah? kalau mau bicara tentang kejelasan, harusnya kau datang beberapa menit lebih awal. Maka kau tidak hanya berbicara dengan jelas, tapi juga melihat jelas keseluruhan diriku."
Kata-kata Yarra sangat bersayap dan semakin bengkok maknanya, mana kala dia mulai menarik sedikit keatas jubah di pahanya.
"He-hey ka-kau dasar ...." Adrian menunjuk kearah Yarra dengan tidak percaya. Kata-katanya tidak selesai dan tergantung di udara, manakala melihat Yarra mendekatinya.
Dimata Adrian saat ini Yarra terlihat menakutkan. Usia telah menambah daya tarik wanita itu, dan kecantikannya seperti anggur, tapi kepribadiannya yang tidak tahu malu lah yang paling menakuti Adrian sekarang.
"Ke-kenapa kau mendekat? mundur sekarang! jangan dekati aku!"
Melihat Yarra yang hanya tersenyum dan terus berjalan ke arahnya, Adrian pun tanpa sadar mundur. Seperti sebuah hipnotis, ketika dia mundur, tanpa dia sadari lagi, dia sudah keluar dari kamar. PANG.
Suara pintu ditutup keras, mengembalikan kesadaran Adrian. "Aaa-apa ... YAAARRRAAA!"
Tuan Jun yang mendengar teriakan Tuannya, menggeleng kasihan. "Baru pagi pertama Mantan Nyonya disini, tapi Tuan dan Nyonya besar sudah dibuat stres. Kasihan."
•••
Adrian yang belum punya kesempatan bicara dengan Yarra, akhirnya pergi ke Kantor. Tapi untung saja mood buruknya segera membaik di kantor.
Berkat penerimaannya terhadap sang mantan istri, kini dia bisa memiliki sebuah lokasi rebutan, yang digemborkan sebagai tempat pembangunan Ibukota baru.
Ya, persaingan untuk kepemilikan lahan di daerah itu sangatlah sulit. Setelah hampir enam bulan, dia akhirnya bisa mendapatkan itu, melalui Edgar. Tunangan mantan istrinya.
Dia dan Edgar juga bukan orang asing, hanya memang tidak dekat. Pengacara terbaik itu, cukup dekat dengan pemerintah, sehingga memudahkan pelobian-nya.
"Hah, ternyata tidak sia-sia menampung nenek lampir itu."
Leya yang juga turut senang dengan berita itu, mencoba membawakan teh. Biasanya dalam suasana hati baik, Adrian tidak pernah menolak. "Ini Pak, minumlah ... kerja keras anda terbayarkan." Puji Leya dengan senyum lembutnya.
Tapi Adrian tidak berpikir seperti itu, dia masih teringat dengan keberadaan Yarra. Kalau bukan karena wanita itu kehilangan ingatan, dan memaksa datang ke tempatnya ... Adrian tidak yakin dia akan memiliki kesempatan ini. Mengingat banyaknya saingan, sampai pembeli asal luar negeri.
"Tidak ini bukan karena ku!"
Leya terkejut, untuk pertama kalinya Adrian seolah nampak ingin berbicara dengannya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Leya memancing pembicaraan ..., "benarkah? kalau itu bukan anda! lalu siapa?"
Adrian tanpa sadar menarik sudut bibirnya, membuat Leya semakin terpesona. Ya, siapa yang tidak akan terpesona dengan Adrian. Seorang Bos diusia matang. Rupawan, cerdas dan berkarisma, semua ada padanya.
"Kalau kau ingat wanita tadi pagi, di rumahku. Itu semua karena dia."
Leya memang sudah mendengar sendiri bahwa wanita itu adalah saudara Bos-nya. Namun melihat Adrian tertawa sambil mengingat wanita itu, Leya menjadi tidak nyaman.
"Wah dia pasti sangat hebat, sehingga bisa membantu Anda mendapatkan lahan itu."
Adrian jelas saja, langsung tertawa. Yarra tidak ada hebat-hebatnya sama sekali, yang ada wanita itu hanya membuatnya sakit kepala. Tapi karena tidak mungkin bagi Adrian untuk menjelaskan segalanya, dia hanya mengangguk. "Ya kau benar! dia hebat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ulfia azza
wow...woow novelmu buat ak senyum2 thor.makasih.moga tambah rame lagi pembacanya
2023-11-14
2