Mengabaikan kecanggungan yang terjadi, keduanya memutuskan makan malam dalam damai.
"Jadi, kau benar-benar memiliki butik mu sendiri?"
Yarra mengangguk ditengah suapan makanan penutupnya "Entah bagaimana aku membangunnya. Rasanya sangat menyedihkan, tidak bisa mengingat jerih payahmu sendiri."
Adrian mengangguk setuju. Siapapun pasti akan merasa ada yang kurang dalam hidup. "Aku yakin, kau akan segera mendapatkan ingatanmu kembali. tapi bahkan jika kau belum, atau tidak mendapatkannya lagi, kau masih harus melanjutkan hidupmu." Peringat Adrian.
Bagaimanapun dia tidak akan selalu berada di sisi wanita itu, jadi Yarra tidak boleh tergantung padanya, pikir Adrian. Walaupun dia tidak mencintai wanita itu, namun dahulu dia sudah serius dalam menjalani pernikahan mereka. Hanya tidak menyangka waktu akan membuka kebenaran.
Tapi seolah bisa membaca pikiran Adrian, Yarra berucap .... "Kadang aku berharap bahwa kau tidak perlu mengetahui apapun. Kadang aku ingin jebakan itu menjadi rahasiaku untuk selamanya. Atau paling tidak ...," ada jeda yang sulit diucapkan Yarra.
"Paling tidak apa?"
"Paling tidak, aku berharap saat kau tahu pun, kita sudah memiliki anak. Mungkin ceritanya akan berbeda dengan hari ini."
Adrian menundukkan kepalanya. Dia adalah pria yang baik dengan nilai-nilai yang baik, memikirkan kehilangan calon anaknya telah membuat Adrian sendirian selama bertahun-tahun ini.
"Aku tidak pernah punya kesempatan mengatakan ini dengan benar, tapi maafkan aku untuk penjebakan itu. Aku menyukaimu saat melihatmu untuk pertama kalinya, dan tidak pernah berubah bahkan bertahun-tahun kemudian. Hingga suatu hari aku mendengar, bahwa kau sudah memiliki kekasih dan akan menikah. Aku kehilangan akal sehatku di momen itu. Jadi jika bisa, tolong maafkan aku. Aku telah menerima hukumannya, baik delapan tahun yang lalu ataupun hari ini."
"Hari ini? kenapa hari ini?" tanya Adrian pelan.
"Karena ingatanku ada pada delapan tahun yang lalu, yang artinya perasaanku masih ada padamu. Aku di sini, dengan perasaan yang sama, dan juga situasi yang sama. Situasi dimana kau tidak mencintaiku! itulah hukumanku."
Dimasa lalu, sulit bagi mereka untuk bicara dalam ketenangan seperti ini. Tapi kini tidak lagi, mereka adalah dua orang dewasa, yang mau tidak mau harus berdamai, untuk bisa melanjutkan hidup.
"Lalu kenapa? kenapa kembali kesini?" Hal yang tidak di pahami Adrian. Jika hanya ingin meminta maaf, mereka bisa berbicara tapi kenapa kembali kesini?
Yarra menarik nafas panjang, "Aku tidak bisa tidur setiap malam. Kepalaku semakin sakit karena hal itu. Perasaanku sedikit aneh, aku merindukanmu setengah mati, tapi juga merasakan kebencian, hehee...."
Melihat tawa paksa Yarra, Adrian juga ikut tertawa pahit. Tidak mungkin, Yarra tidak membencinya ... apalagi setelah semua yang terjadi diantara mereka.
"Maafkan aku juga. Aku berharap waktu bisa diputar, sehingga kecelakaan itu tidak pernah terjadi. Namun ...," lebih sulit lagi bagi Adrian, untuk melanjutkan ucapannya.
Matanya tiba-tiba memanas mana kala membicarakan calon bayi yang tanpa sengaja telah dia hilangkan.
"Itu bukan kesalahanmu!" Adrian sedikit terkejut dengan perkataan dan pegangan tangan Yarra padanya. Tapi begitu dia tidak menarik tangannya, dia menggenggam balik tangan wanita itu dalam campur aduk emosi.
Mereka bukan lagi mantan pasangan saat ini. Mereka adalah sepasang orangtua yang kehilangan calon anak mereka. Genggaman tangan ini adalah penyaluran rasa sakit dan penderitaan satu sama lain.
"Maaf, permisi Tuan dan Nyonya. Hari ini dalam rangka peresmian anak cabang bisnis kami, diadakan adu musik secara acak di depan. Siapa tahu Tuan atau Nyonya tertarik ...."
Mendengar ini Adrian sontak menatap Yarra. Seolah mengerti maksud Adrian, Yarra segera menggeleng, "Tidak, tidak! jangan aku. Aku tidak mau."
Tapi Adrian seolah tidak mau tahu. Dia ingat betul saat Yarra masih adik kelasnya dan mengikuti lomba menyanyi, dia benar-benar memenangkannya.
"Tolong daftarkan dia,"
"Ah, Istri Bapak saja?"
Adrian dan Yarra sontak terdiam mendengar kata Istri. Pelayan yang merasakan keanehan, hendak membenarkan apa yang diucapkannya, tapi terhenti dengan peng-iyaan Adrian terlebih dahulu.
"Ya, tolong daftarkan Istri saya, Nyonya Yarra Arden."
"Ah baik Pak!"
Yarra tanpa ragu langsung melayangkan jari-jari tangannya di perut Adrian. "Kau ini apa-apaan? aku tidak mau menyanyi, aku malu."
Adrian meringis kecil dengan cubitan dari Yarra, "Pembohong, waktu disekolah kau menyanyi dengan baik dan tidak malu-malu."
Mendengar ini, Yarra menutup wajahnya dengan tangan. Biarkan Adrian tahu pikirnya, "Aku melakukan itu dengan latihan penuh, karena ingin membuatmu melihatku. Tapi sekarang tidak lagi, tolong ...."
Ada tawa kecil dan rasa malu dari Yarra, tapi tidak dengan Adrian. Dia benar-benar terkejut, benarkah Yarra sampai mengikuti lomba hanya agar dilihatnya? tapi kenapa dia tidak tahu? Adrian merasa banyak dari masa lalu, yang sepertinya tidak dia ketahui.
"Kalau begitu lakukan lagi. Buat aku melihatmu, seperti saat itu. Bedanya kali ini aku pasti melihat, tidak peduli bagus atau tidak, aku akan melihatmu."
Yarra terdiam mendengar hal itu. Entah kenapa, Adrian serasa mengatakannya dengan cara yang aneh. Tapi belum juga selesai dengan pikirannya, nama Yarra telah di panggil dan di sambut sorak sorai.
"Majulah, ayo maju."
Melihat Yarra yang enggan berdiri, Adrian menggenggam tangannya dan membawa Yarra sampai ke tangga panggung. Kebetulan Resto Bar ini berkonsep live music. Saat dilihatnya, dia tak punya pilihan, Yarra akhirnya naik.
Dari atas dilihatnya Adrian yang duduk di meja bar dekat tangga, mencoba menyemangatinya.
Dengan rasa gugup, Yarra mendekatkan bibirnya di mikrofon. "Lagu ini untuk seseorang yang khusus. Seseorang yang sangat baik, dulu ... maupun sekarang."
Adrian tahu ini untuknya, tapi mendengar Yarra menyebutnya baik, Adrian sedikit tidak nyaman.
"Satu gelas!" katanya pada Bartender, berharap agar dia lebih rileks. Tapi satu gelas berubah menjadi banyak seiring indahnya nyanyian Yarra.
Ketika akhirnya Yarra selesai, Adrian dibawah pengaruh alkohol segera berdiri. Dia bertepuk tangan paling keras dan memuji Yarra tanpa sungkan, membuat beberapa orang disekitar tertawa gemas.
Mengetahui Adrian yang sudah dibawah pengaruh alkohol, Yarra menjadi kesal. Pria itu bertindak kampungan dan memalukan, pikirnya.
"Ayo kembali, aku hanya pergi menyanyi lima menit tapi kau menghabiskan dua botol! yang benar saja."
Yarra menarik paksa Adrian yang sedikit oleng jalannya. Dia kemudian tak punya pilihan untuk segera pergi, manakala Adrian mulai bicara tak karuan, dan menempel padanya.
"Nyonya, apa kalian sudah akan pergi? tidak ingin---"
"Tidak, anggap saja itu sumbangan. Selamat atas pembuka cabang kalian, tapi kami harus pergi sekarang." Yarra melakukan pembayaran, dan segera menyeret Adrian.
Tapi Adrian tidak sepenuhnya kehilangan kesadaran. Dia hanya merasa kepalanya sedikit pusing sekarang.
Hingga akhirnya saat mereka di parkiran, sebuah motor hampir saja menabrak Yarra. Tapi beruntung, Adrian menarik cepat wanita itu, masuk dalam pelukannya. Ya, harusnya itu hanya pelukan, tapi menjadi berbeda karena Adrian tidak mampu menopang tubuhnya sendiri, mengakibatkan Yarra jatuh diatas tubuhnya
"Astaga, kau sangat lembut." Kata Adrian refleks. Mengerti apa yang dimaksudkan, Yarra segera berdiri dengan kesal, "Dasar pria mesum!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments