BAB 7

Adrian kembali kerumah dengan wajah bahagia. Tidak tahu dirumah ada keramaian yang akan mengejutkannya.

"A-apa ini semua?" katanya tak habis pikir. Di depan sana, ada mobil ekpedisi yang menurunkan banyak barang, yang menyebabkan mobilnya tidak bisa menyandar di depan pintu utama.

"Tuan?"

"Tidak apa disini saja," kata Adrian. Dia kemudian turun dengan perasaan tidak rela. Biasanya hanya tinggal melangkah masuk, kini dia harus berjalan lumayan terlebih dahulu.

Dengan menggertakan gigi menahan kesal, dia melangkah hanya untuk ditegur seorang agen pengangkat barang. "Hey Pak! kalau jalan lihat-lihat dong! saya bawa berat ini."

Adrian benar-benar kehilangan kata-katanya. Dia melangkah lagi dengan lebih kesal, untuk menabrak sebuah manekin. "Pak, hati-hati! Kalau barangnya rusak kami bisa dipecat." Ucapan bernada tinggi itu memutus kesabaran seorang Adrian. "SUDAH CUKUP! HENTIKAN"

Teriakan itu menghentikan kegiatan para pekerja. Dengan dua tangan di pinggang, dia menjadi perhatian para pegawai ekspedisi itu.

Tapi baru juga mau membuka mulut, perhatian telah diambil alih dengan tepuk tangan seseorang. "HALO! LAKUKAN DENGAN CEPAT! KALIAN TIDAK DIBAYAR UNTUK BERDIAM DIRI. COME'ON!"

Adrian yang melihat Yarra ber-komando, mengerti siapa dalang disini. 

"Tapi Bu, Bapak itu bilang hentikan!" tunjuk salah seorang kepada Adrian.

Yarra yang melihat Adrian, menaikan kedua tangannya di pinggang. "Astaga Adrian, kau ini apa-apaan sih ...."

"Aku?" Adrian melongo tak percaya! Bisa-bisanya dia di salahkan, untuk hal yang merenggut kenyamanan-nya di rumahnya sendiri. "Yarra kau---"

Yarra bertepuk tangan lagi, memberi komando. "Lakukan dengan cepat! aku tidak punya waktu. Aku yang membayar kalian untuk ini."

Mendengar itu semua, para pekerja kembali melakukan pekerjaan mereka, seolah tidak pernah melihat Adrian.

Gemelatuk gigi Adrian terdengar, dia sangat kesal sekarang. Dia melangkah mendekati Yarra, lalu menarik tangan wanita itu menjauh dari situ. "Apa yang kau lakukan? berani-beraninya kau mendatangkan semua barang ini, tanpa bertanya lebih dahulu!"

Tapi harapan Adrian, tak sesuai respon Yarra sama sekali. Dia hanya tersenyum, "Sudahlah Ad, itu semua adalah keperluan pekerjaanku. Aku hanya menumpang tinggal disini, sudah cukup makan gratis. Tidak mungkin meminta uangmu juga kan?"

Yarra berkias untuk melembutkan hati Adrian.

"Tetap saja ini tidak benar. Bagaimana kau bisa melakukan ini tanpa meminta persetujuan ku?"

"Adrian Arden, aku hanya memakai garasi belakang, bukan dalam rumahmu! jadi tidak bisakah kau melembut sedikit?"

Adrian mengusap wajahnya lelah, tapi baru juga usapan itu turun dia terkejut dengan Yarra yang sudah sangat dekat dengannya.

"Kau pasti sangat lelah bukan?"

"Apa yang kau lakukan!" Tepis Adrian, pada tangan Yarra yang sudah di bahunya.

Tapi seolah tak peduli, Yarra kembali meraih kedua bahu itu dan memberikan sedikit tekanan di sana. Adrian yang tadinya menolak, tiba-tiba dibuat diam saja. Harus diakuinya, bahkan setelah delapan tahun pijatan Yarra masih sama baiknya.

"Aku bisa memijat bahumu ... lenganmu ... kakimu ...," Setiap kata yang diucapkan Yarra sangat pelan dan lembut, sehingga mengirim getaran aneh. 

Dan benar saja, "aku juga bisa memijat kemanapun licin minyak itu membawa. Ditempat, dimanapun yang kau inginkan atau bahkan paling kau butuhkan."

Adrian menghentak tangan Yarra kaget, mana kala tangan wanita itu sudah ada di Duan telinganya. Membuat wajah Adrian memerah. "Kau ini!"

"Ayo makan! atau bagaimana kalau makan diluar?"

"Diluar? untuk apa?"

"Edgar memberitahuku sesuatu."

Mendengar itu barulah Adrian teringat. Dia dengan cepat mengembangkan senyum, menghilangkan kekesalan hatinya.

"Ya kau benar! sedikit tidak pantas. Tapi terima kasih kepada Dewa yang mengirimu kesini." Saking senangnya Adrian sampai mengacak rambut Yarra, membuat wanita itu kesal.

"Jadi bagaimana? apa kita keluar saja?"

Adrian mengangguk mantap. Sedikit alkohol seharusnya tidak masalah, pikir Adrian.

Meninggalkan para pekerja pada Tuan Jun, keduanya pergi bersama. Benar-benar bersama tanpa Pak Supir.

Di sepanjang jalan mereka tidak banyak bicara, masing-masing terlarut dalam pikiran mereka. Hingga tak terasa, mereka pun sampai di Resto and Bar. "Kau yakin kita akan di sini saja?"

"Entah, hanya ini tempat yang aku tahu." Jujur Adrian. Dia bukanlah anak muda yang suka menongkrong dengan teman-teman. Bahkan pada saat masa mudanya, dia sendiri harus bekerja sangat keras untuk perusahaan, belum lagi dia sudah menikah dan harus menghadapi kerumitan rumah tangga keduanya.

"Baiklah!" Setuju Yarra, dan akhirnya mereka berdua masuk.

"Selamat malam Tuan dan Nyonya, apa sudah membuat reservasi?" Sapa seorang pelayan.

Sangat kaku bagi Adrian, tapi tidak bagi Yarra. "Ah, kami belum membuatnya. Tapi jika ada meja khusus yang kosong, kami ingin itu saja."

"Sebentar ..., untungnya ada dua lagi yang kosong. Mari ikut, biar saya antarkan."

Keduanya pun ikut masuk, pada meja VIP yang dibatasi kaca dengan tempat lain. Memesan beberapa hidangan laut, dengan alkohol tentunya.

"Kenapa kau minum alkohol?"

Adrian membuka jasnya, "Ingin santai saja. Rasanya sudah lama sekali, saat aku tidak makan di luar seperti ini. Sebenarnya kadang juga makan diluar, tapi hampir semua karena pekerjaan."

"Kalau begitu sebulan kedepannya, mari lebih sering bersantai diluar."

Adrian menggeleng, "Tidak perlu. Untuk apa pula bersantai diluar sering-sering!"

"Ya kau benar. Mari bersantai di kamar saja lebih sering."

Dengan mata memicing Adrian menatap Yarra, "Kau pasti belajar bicara seperti itu dari Edgar itu kan? ckckck ... kalian akan menjadi pasangan mesum."

Mendengar ini Yarra tertawa. Sebenarnya dia sudah seperti ini semenjak awal. Tapi perbedaannya, dulu dia sangat ingin tampil baik dan sempurna di depan Adrian. Berpikir pria tidak suka wanita agresif dan suka merayu, karena akan tampak murahan.

Tapi kini tidak lagi! Yarra memilih menjadi dirinya sendiri, tidak peduli di depan siapapun.

Sementara Adrian yang membicarakan Edgar, akhirnya teringat jua untuk menghubungi pria itu. Tak tanggung-tanggung, dia menghubungi Edgar melalui panggilan video call.

"Ada apa?"

Adrian terkekeh dengan suara berat Edgar yang jelas tidak bersemangat. Dia yang tadinya duduk di depan Yarra, berpindah duduk di sebelah Yarra.

"Lihat! aku mengajak tunangan mu untuk makan malam merayakan ini semua. Hahaha ...." Jika orang mendengar ini, mereka akan berpikir Adrian mengejek Edgar. Tapi itu tidak salah, karena memang itulah tujuannya saat ini. Kalau ada yang salah disini, itu Edgar menurut Adrian. Bagaimana bisa pria itu begitu naif, dengan membiarkan Yarra tinggal dengannya.

"Yarra, say hallo kepada tunangan mu!"

Adrian mengarahkan layar kearah Yarra, membuat mereka saling tidak enak. Kesel dengan perbuatan Adrian, Yarra membalikkan situasi.

"Sudah matikan saja panggilan itu. Edgar sangat lelah setelah berolahraga lewat video denganku tadi."

Baik Edgar dan Adrian sama-sama terdiam mendengar itu. Tapi Edgar dengan cepat menguasai situasi.

"Sayang, jangan membicarakan hal pribadi kita di depan orang lain."

Sementara Adrian yang mendengar pembicaraan mesum antar pasangan itu menjadi kesal, tanpa aba-aba panggilan langsung di putus. TET.

"Kenapa kau mematikan panggilan dengan tidak sopan begitu?"

Adrian memajukan wajahnya, semakin dekat dengan Yarra. "Memangnya apa alasanku untuk sopan pada tunangan mantan Istriku."

Tapi itu hanya mengundang tawa Yarra saja, "Jadi tadi kau bicara dengan tunangan mantan Istrimu? bukan dengan Pengacara yang membantu pelobian-mu?

Mendengar ini barulah Adrian tersadar. Dia pasti tampak seperti mantan yang kesal. Sial, pikirnya.

Terpopuler

Comments

Yudi Gunawan

Yudi Gunawan

mantap Thor lah lanjut Khan

2023-11-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!