Kini mereka para pelayan itu berdiri di tepi kolam. Kepala pelayan yang melihat itu dari kejauhan sedikit bingung, bertanya-tanya siapa yang bos sebenarnya?
Para pelayan berdiri berjejer, di depan mereka ada Mantan Nyonya, dan disampingnya ada Tuan Besar Adrian, yang berdiri seperti pengawal. "Tuan kan bisa duduk! kalau dia berdiri benar-benar terlihat seperti penjaga Nyonya saja."
"Tuan, am-ampuni kami," kata seorang diantara mereka.
Tapi Adrian tidak berkutik. Perkataan mereka mengenai anak, mengiris hati Adrian. Tapi begitu, dia cukup senang karena Yarra memutuskan langsung menampar pelayan itu. Padahal dulu, dia terlihat rapuh.
Adrian bahkan belum membalas, tapi Yarra langsung mengambil alih. "Berlutut!"
Mereka sontak berhadapan satu sama lain, "Nona, maafkan kami ...,"
"Berlututlah kalau masih ingin bekerja."
Para pelayan itu saling berpandangan dan tak rela, namun memutuskan untuk tetap berlutut.
"Nah, berlututlah selama tiga jam!"
Jangankan para pelayan, Adrian pun sontak menatap Yarra. Dia ingin memprotes, tapi juga tidak ingin berdebat, di depan para pelayan.
"Ayo, Ad ...."
Yarra menggandeng tangan Adrian menjauh, sebab para pelayan mulai memohon. Tapi dia tidak ingin mengubah apapun.
Sesampainya di dalam, Adrian segera berbalik, "Yarra, kau ini kenapa? berlutut selama tiga jam? tidakkah itu terlalu kejam?"
"Tentu saja tidak! Mereka itu pelayan dan seharusnya mengetahui tempat mereka. Memangnya mereka di gaji untuk mengkritik majikan mereka?"
"Mereka melakukan itu karena tidak tahu! lagipula majikan mereka itu aku, bukan kau!"
Kepala Yarra langsung terangkat menatap Adrian, yang tingginya jauh diatas dirinya. Adrian yang ditatap seperti itu, tiba-tiba merasa tidak nyaman, dia menggaruk tengkuk mencoba mengalihkan keadaan.
"Aku mengatakan itu karena mereka membicarakan anak. Aku mungkin orang asing, tapi calon bayi kita saat itu, seharusnya tidak."
Ada getaran dalam suara Yarra. Tiba-tiba, dia tidak bisa mengontrol emosinya, dan kesulitan untuk bernafas .... "Yarra?" Panggil Adrian.
"Yarra! Hey! Hey ...," Adrian mulai panik kala wanita itu mulai memegang dadanya, dengan mata memerah.
"TUAN JUN!! PELAYAN!!" Adrian langsung berteriak karena khawatir, mana kala Yarra mulai terbatuk.
"Tu-tuan?"
"Cepat ambilkan air dan siapkan mobil!" Satu-satunya dipikiran Adrian, yakni membawa Yarra ke Rumah Sakit.
"Yarra ...." Tapi untungnya setelah beberapa tepukan lembut dipunggung, batuknya mulai berhenti.
"Kau tidak apa?" tanya Adrian dengan dua tangannya di pipi Yarra.
"Ini minumlah," Adrian mengambil air dari datang Tuan Jun. Tapi baru satu tegukan, air itu keluar melalui sedakan lagi, mengenai wajah Adrian.
Tuan Jun yang melihat itu, membulatkan matanya tidak percaya. Ini pertama kali dilihatnya, seseorang melakukan hal itu pada Tuannya yang terhormat.
"Maaf, maaf, aku tidak sengaja."
Adrian yang mengerti mungkin karena Yarra masih belum pulih betul dari sedakan-nya, tidak mempermasalahkan. "Tidak apa ... sudah merasa lebih baik?"
Yarra mengangguk tertunduk, itu karena dirinya tidak tahan ingin tertawa. Siapa bilang yang terahkir tadi tidak sengaja? dia sangat kesal dengan ucapan Adrian, sampai-sampai ingin menyiraminya dengan se’ember air.
BRAK.
Mereka tiba-tiba dikejutkan dengan suara benda jatuh. Adrian berbalik dan "MAMA?"
•••
Nyonya Rosa Arden, wanita yang terkenal dengan gayanya yang glamor, tidak berhenti mengipasi dirinya yang sedang kepanasan.
Lagipula, siapa yang tidak kepanasan, manakala melihat mantan istri putranya ada di rumah. Mana ini rumah pribadi, bukan bukan rumah bersama selama pernikahan.
"... jadi begitu Ma, ceritanya!"
Walaupun gaya Rosa Arden cukup mengintimidasi, tapi wanita itu berasal dari keluarga yang baik. Walaupun dia sempat marah pada kenyataan Yarra membius putranya, dan kecelakaan itu menghilangkan nyawanya cucunya. Tapi dia masih bersedia merawat Yarra, manakala saat itu dia menjadi depresi.
Keluarga mereka yang konservatif menentang perceraian, sehingga dia sampai memohon-mohon pada keduanya untuk tidak bercerai.
Tapi sekarang? Cih .... Rosa kesal sekali.
"Dahulu menikah mau berpisah, sekarang sudah bercerai malah mau bersama. Ckckck ... mana kamu sudah punya tunangan lagi, apa kata orang pada anak saya nanti!"
Adrian tidak menjawab, karena dia sudah melakukan banyak pembelaan dari tadi. Sekarang terserah Yarra pikir Adrian, untuk menghadapi Ibunya.
"Maaf Ma, jadi gimana baiknya ini?"
"Lah, kok kamu tanya saya!" Suara Rosa naik beberapa oktaf. Tapi itu tidak menakuti Yarra sama sekali. Entah efek benturannya, dia malah meracau ....
"Yah gimana baiknya, saya pisah saja sama tunangan saya, atau bikin cucu buat Mama saja?"
Beberapa detik berlalu mereka saling bertatapan bingung, hingga Rosa berteriak ....
"ADRIANNNNNNNN ...."
Pembicaraan itu tidak berlangsung baik sama sekali, Rosa sampai merajuk ingin pulang. Kesal kepada mantan anak mantunya itu.
"Lihat saja, Mama akan laporkan wanita itu pada Papamu." Kata Rosa, sebelum menaiki mobil.
Tapi Adrian tidak terlalu khawatir, karena Ayahnya adalah seorang yang baik dan bijaksana. Cukup bisa untuk mengimbangi temperamen bersinar milik Ibunya.
"Hati-hati dijalan! Aku mencintaimu Ma." Adrian mencuri ciuman di pipi, agar wanita yang melahirkannya itu tidak terlalu kesal lagi.
Dan untungnya itu berhasil, Rosa kembali dengan sedikit lebih tenang.
Melihat mobil Ibunya yang berlalu, Adrian berkacak pinggang dengan lelah. Kini dia semakin yakin, benturan di kepala Yarra harusnya sangat kuat.
Aku harus membicarakan ini dengannya, pikir Adrian. Tapi baru saja berbalik, dia sudah jatuh, karena terlonjak dengan kehadiran Yarra yang sudah dibelakangnya.
Adrian memegang dadanya, sebulan Yarra disini Adrian ragu dia masih akan hidup.
"Kau ini benar-benar ...." Kata-kata Adrian tertelan kembali, melihat wajah Yarra yang tak merasa bersalah. Melihat hal ini dia semakin kesal.
Adrian berdiri, "Mulai sekarang aku akan membuat aturan untukmu! kau tidak bisa semena-mena lagi!"
Dia telah bertekad mengambil kesempatan ini, untuk mengerjai wanita itu kedepannya. Lagipula ini rumahnya, kenapa harus dia menjadi pihak yang tersiksa, bukan sebaliknya.
"Terserah kau saja! tapi sekarang pergilah ke Kantor! aku tidak suka melihat pria bermalas-malasan di rumah."
Rahang Adrian jatuh lagi. Apa-apaan ini semua pikirnya? Ini rumahnya dan di kantor dia adalah Bosnya, kenapa sekarang dia harus di perintah oleh mantan istrinya?
Adrian yang masih terdiam di halaman, terkejut dengan mobil yang masuk tiba-tiba. Yarra juga yang baru berjalan beberapa langkah, segera berhenti dan berbalik.
"Selamat pagi Pak, maaf saya datang kemari. Ponsel anda tidak bisa dihubungi sama sekali. Sementara ada rapat sebentar lagi" Ucap seorang wanita muda cantik dengan pakaian ketatnya, yang merupakan pemilik mobil.
Memperhatikan cara wanita itu berbicara, dia pasti Sekretaris Adrian.
"Ah iya, saya baru akan ke kantor."
"Sudah kubilang sedari tadi cepatlah! tapi kau lama sekali." Timpal Yarra, yang membuat tegang otot leher Adrian.
Dia tidak percaya akan ditegur di depan bawahannya, oleh Yarra.
Sang sekretaris yang melihat Yarra tertegun, ini pertama kalinya dia melihat wanita di rumah Bos nya selain dari pada pelayan.
Namun mendengar betapa santainya wanita itu berbicara pada sang Bos, dia berpikir itu haruslah kerabat Bosnya.
Untuk sesaat dia segera menangkap kesempatan, ini saatnya untuk mencari muka di depan keluarga Pak Adrian! pikirnya.
"Halo, perkenalkan saya Leya, sekretaris Pak Adrian."
Tapi Yarra mengerut dahi tidak mengerti, "Siapa yang bertanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments