"Kamu dengar apa yang Mami dan Papi katakan, kan, Yum?" tanya Mami Soora.
"Iya! Mami dan Papi nggak usah bawel deh!" ketus Yumna. "Tenang aja sih!"
"Bagus!" Mami Soora tersenyum puas, lalu mengelus dagu anaknya. "Ini baru anak kesayangan Mami dan Papi."
'Cih! Kesayangan apanya? Yang ada kalian nggak sayang sama aku! Kalian lebih sayang sama si Boy!'
Setelah selesai berdandan, Yumna memutuskan untuk keluar dan duduk di kursi untuk menunggu kedatangan Ustad Yunus. Sebab di dalam kamar rawat Papinya sudah ada beberapa orang yang datang.
Belum ada sepuluh menit dia duduk, tapi orang yang dia tunggu itu kini sudah datang. Kedatangannya pun bersama Roni dan seorang wanita paruh baya yang memakai hijab berwarna merah maroon.
'Sama siapa dia datang? Apa Maminya?' tanya Yumna dalam hati.
"Lho, Nus ... kok ada pengantin? Cantik sekali," puji Umi Mae sambil tersenyum menatap Yumna. Dan entah mengapa, kedua pipi Yumna menjadi merona sekarang. Padahal kalau boleh jujur, dipuji cantik sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
'Apa dia baru pertama kali melihat perempuan cantik?' Yumna menatap lekat Umi Mae, kemudian berpindah pada Ustad Yunus yang memang sejak tadi menatap ke arahnya tanpa berkedip.
"Dia Dek Yumna, Umi," jawab Ustad Yunus.
"Wwaahhh Boy, Besan ... akhirnya kalian sampai juga!" Mami Soora yang baru saja keluar dari kamar rawat langsung antusias sekali menyambut kedatangan mereka. Bahkan dia sampai memeluk Umi Mae sembari bercipika-cipi.
"Assalamualaikum Tante," ucap Ustad Yunus yang kali ini sudah mengalihkan pandangannya dari Yumna, sebab menatap Mami Soora. "Tapi maaf ... itu Dek Yumna, kan, Tan? Kenapa kok dia jadi pengantin?" Lantas melirik lagi kepada Yumna yang masih terdiam diposisinya.
"Walaikum salam. Iya, Boy, dia Yumna. Dia jadi pengantin karena 'kan kalian akan menikah." Mami Soora langsung menghampiri Yumna, kemudian menarik tangannya hingga membuatnya berdiri. "Yumna sayang ... ini Boy lho, katanya dari tadi kamu tungguin dia. Ayok dong sapa dia dan ini Uminya, dia 'kan sebentar lagi akan jadi mertuamu."
'Jadi benar, dia Maminya si Boy?' Yumna membulatkan matanya dengan lebar, lalu menatap Umi Mae dari ujung kaki hingga kepala. Penampilannya yang memakai gamis sederhana dan senada dengan hijabnya seketika membuatnya ilfill. Benar-benar bukan seperti mertua idamannya. 'Ya Tuhan ... seperti penjual nasi uduk penampilannya. Nggak banget, mana udah tua lagi.'
"Tadi Tante ngomong apa? Menikah?" tanya Ustad Yunus.
"Iya, menikah." Mami Soora mengangguk. "Sekarang, Boy."
"Sekarang?!" Ustad Yunus membulatkan matanya dengan lebar begitu pun dengan Umi Mae. "Apa nggak terlalu terburu-buru, ya, Tan?"
"Nggak apa-apa. Lebih cepat justru lebih baik, Boy. Ayok sekarang masuk, Boy! Besan!" Mami Soora langsung menarik tangan Ustad Yunus, dan membawanya masuk.
Yumna juga hendak melangkah menyusul, tapi tangannya tiba-tiba dicekal oleh Umi Mae. Dan dia pun langsung menatapnya dengan kening yang mengerenyit.
Umi Mae memandangi wajah Yumna untuk beberapa saat, lalu dia mengulum senyum. "Benar dugaan Umi sebelumnya, ternyata kamu adalah perempuan yang sangat manis. Terima kasih ya, Nak." Cekalan tangannya kini perlahan berubah menjadi genggaman tangan.
Yumna ingin menepisnya, tapi entah mengapa rasanya berat sekali. "Terima kasih untuk apa?" tanyanya bingung.
"Untuk—"
"Bu Mae, ayok masuk!" Mami Soora tiba-tiba melongok dari pintu kamar yang terbuka sedikit.
"Oh iya, Bu." Umi Mae mengangguk, lalu menarik tangan Yumna dengan pelan. "Ayok, Nak."
Keduanya langsung masuk bersama-sama. Selain Ustad Yunus, Papi Yohan dan Mami Soora, ada Ustad Hamdan, Pak RT dan seorang penghulu juga di dalam sana.
"Assalamualaikum. Kok rame?" tanyanya bingung.
"Walaikum salam." Semua orang di sana menjawab salam. "Iya, Bu, mereka akan menjadi saksi pernikahan Ustad Yunus dan Yumna," tambah Papi Yohan.
"Umi ... Om Yohan dan Tante Soora menyarankan aku dan Dek Yumna untuk menikah siri terlebih dahulu, bagaimana ini?" Ustad Yunus bingung setelah mendengar ajakan dari calon mertuanya, jadi dia meminta pendapat pada Umi Mae.
"Lho, kenapa musti nikah siri? Kan nikah resmi juga bisa, Nak."
"Memang bedanya apa, nikah siri sama nikah resmi? Kan sama-sama menikah?" tanya Yumna yang terlihat tak mengerti.
"Menikah siri itu menikah secara agama saja, kalau nikah resmi sah secara agama dan hukum," jawab Ustad Hamdan menjelaskan.
"Untuk sekarang, mereka menikah siri saja dulu, Bu," ucap Mami Soora yang akan mulai merayu. "Karena itu permintaan langsung dari suamiku. Dan mungkin dengan melihat Yumna dan Yunus cepat menikah ... dia akan segera sembuh dari virus tekotoknya."
"Hubungannya apa, cepat menikah dengan virus tekotok, Bu?" tanya Umi Mae bingung.
"Ya 'kan suamiku sangat menginginkan Ustad Yunus menjadi menantunya. Pasti dia akan sangat senang kalau melihat mereka cepat menikah. Iya, kan, Pi?" Lalu menatap ke arah Papi Yohan, dan pria itu langsung mengangguk.
"Tapi Bu Mae tenang saja," balas Papi Yohan menimpali, lalu menatap Ustad Yunus dan Yumna silih berganti. "Karena mereka nanti juga akan menikah secara resmi setelah aku keluar dari rumah sakit. Soalnya aku juga ada rencana ingin mengadakan resepsi, jadi sekalian."
"Oh begitu ... ya sudah nggak apa-apa." Umi Mae mengangguk. Tidak sulit ternyata, dia langsung setuju. Sebab Umi Mae juga sangat ingin melihat Ustad Yunus menikah.
"Kamu sekarang ganti baju, Boy. Om sudah membelikan kamu stelan jas," pinta Papi Yohan. Dan Mami Soora pun langsung memberikan sebuah setelan jas berwarna hitam ke tangan Yunus. Lengkap dengan kemeja, dasi dan juga sepatunya.
"Tapi saya kayaknya musti pulang dulu, Om."
"Ngapain pulang dulu, Boy? Kamu ganti bajunya dikamar mandi saja. Atau kalau mau, di dalam mobil Om, ya?"
"Saya pulang bukan mau ganti baju, Om. Tapi mau ngambil cincin nikah."
"Nggak usah, Om juga udah siapkan cincin nikah untuk kalian kok."
Mami Soora langsung merogoh ke dalam tas, lalu memperlihatkan sebuah kotak cincin persegi empat berwarna merah.
Semuanya terlihat serba ada. Sebab memang Papi Yohan dan Mami Soora langsung menyiapkannya sepulang lamaran mereka diterima.
"Saya kebetulan memang sudah punya cincin nikah, Om, yang saya siapkan untuk istri saya. Jadi saya ingin ... cincin itu dipakai dihari pernikahan saya." Bukan Ustad Yunus menolak, tapi memang yang dia inginkan adalah cincin yang dia beli yang akan dipakai nanti.
Sebetulnya, cincin itu dibeli untuk dirinya dan Naya. Bahkan ukurannya pun ukuran tangan Naya.
Namun, berhubung tidak ada jodoh dengan Naya, jadi tidak masalah jika cincin itu dipakai oleh Yumna. Semoga saja nanti muat juga.
"Kamu telepon Sandi saja, Nak. Biar dia yang ambilkan. Jadi kamu nggak perlu pulang," saran Umi Mae. Sandi ini keponakan dari Ustad Yunus yang berarti cucunya Umi Mae. "Sekalian juga minta orang tua Sandi untuk datang, mereka perlu tau kamu akan menikah."
"Iya, Umi." Saran dari Uminya akan Ustad Yunus ambil, perlahan dia pun merogoh kantong celana jeans. "Oh ya, Om. Maharnya Dek Yumna sendiri apa? Nanti biar sekalian minta tolong Sandi untuk membelikannya."
"Mahar itu mas kawin, ya?" Papi Yohan berbalik tanya.
"Iya, Om." Ustad Yunus mengangguk.
"Enggak usah, Boy. Om sudah menyiapkannya, ada—"
"Mahar itu harus mempelai pria yang membelikannya, Pak," sela Pak Penghulu memberitahu.
"Oh, jadi kalau mertuanya yang belikan nggak boleh?" Papi Yohan menoleh ke arah Pak Penghulu.
"Ya kalau mertua dari pihak pria itu boleh, tapi kalau dari pihak wanita nggak boleh."
"Maharnya uang boleh nggak, Pak?"
Pak Penghulu mengangguk. "Boleh."
"Ya sudah, uang saja kalau begitu 100 ribu, Boy," jawab Papi Yohan menatap Ustad Yunus.
"APA?? 100 ribu?!" Yumna terlihat membulatkan matanya dengan mulut menganga. Baginya uang 100 ribu itu tidak ada apa-apanya. 'Parah banget Papi, masa maharku cuma 100 ribu?! Aku 'kan seorang model! Ya minimal 100 juta kek! Dasar nyebelin!' batinnya dengan jengkel sembari meremmas kebaya.
...Masih mending lah 100 ribu, daripada 10 ribu 🤣🤣...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Pisces97
gpplah yum uang 100 mending aku saja gk pakai mahar uang kok 🤭😁
hanya sebuah kalung saja 😂😂
2024-01-03
1
Eva Karmita
benar" camer idaman ini papi Yohan 😍🥰 , ngak apa seberapa pun maharnya yang penting kan sah Dimata agama 🥰🥰 , aku dulu aja cuma 20 ribu rupiah alhamdulilah awet sampai sekarang bln 11 ini udah menuju 22 tahun pernikahan sama misua 🤲🤭🤭🥰🥰🥰
2023-10-28
1
Titi lestari Tari
gpp 100rb mahar tdk boleh dipersulit kok tp lebih dr itu ya bagus , apalagi klo bisa biat buka usaha ktnya berkah 😁😁😁
dh lah yum gk usah ngedumel aja
2023-10-28
1