Wajah Ustad Yunus seketika memerah, apa yang diucapkan Papi Yohan dia tahu maksudnya.
"Maaf, Pi. Tapi sepertinya saya nggak perlu pakai tissue magic segala deh," tolak Ustad Yunus dengan malu-malu, kemudian memberikan kembali benda itu kepada Papi Yohan. Hanya saja sang mertua tak mau menerima, malah menggelengkan kepala.
"Papi tau ... pasti kamu kuat di ranjang. Bukan maksud Papi meremehkanmu, Boy. Cuma nggak ada salahnya kamu menyimpan benda itu, karena Papi yakin ... pasti kamu akan membutuhkannya."
"Udah, Boy, terima aja. Lagian wajar juga kok ... laki-laki menyimpan benda seperti itu. Apalagi laki-laki yang sudah beristri. Ya anggap saja itu sebagai hadiah dari Papi mertua," ucap Mami Soora menimpali.
"Ya sudah, saya terima. Terima kasih Pi, Mi." Karena merasa tidak enak, akhirnya Ustad Yunus menerimanya.
Benda itu pun langsung dia kantongi, sebelum dirinya melangkah keluar dari kamar rawat sang mertua.
"Semoga saja Yumna dan si Boy belah duren ya, Mi," ucap Papi Yohan penuh harap.
"Amin, Pi," sahut Mami Soora.
*
*
Ustad Yunus masuk ke dalam mobil Roni, saat pria itu membukakan pintu untuknya. Dan di dalam mobil ternyata sudah ada Yumna, yang duduk dibelakang di sampingnya.
"Mas Boy kok lama? Ngobrol apa di dalam sama Papi dan Mami?" tanya Yumna penasaran. Tapi wajah masamnya tidak dapat dia tutupi, karena memang dia kesal menunggu Ustad Yunus yang cukup lama masuk mobil.
"Enggak ngobrolin apa-apa kok, Dek. Papi cuma ngasih saya hadiah."
"Hadiah?!" Mata Yumna sudah membulat sempurna, dan juga memanas. Tentu dia sangat tidak ikhlas, mengetahui pria itu diberikan hadiah. Apalagi jika hadiahnya mahal. "Apa hadiahnya?"
"Ini, Dek." Ustad Yunus merogoh kantong celananya, lalu memberikan kotak tissue magic tersebut.
"Ini apaan, Mas?" Yumna mengambil, lalu membacanya. Tapi dia terlihat masih bingung dengan benda itu. "Tissue magic?! Buat apa tissue magic, Mas?"
"Nanti saja saya akan beritahu, kalau kita sudah sampai tujuan. Soalnya malu, Dek, ada Pak Roni."
"Ngapain malu? Memang aib?"
"Bukan sih." Ustad Yunus menggeleng. "Cuma malu aja. Kalau kamu penasaran coba aja buka, barang kali ada kertas petunjuk kegunaannya."
"Nanti—"
"Maaf," potong Roni cepat, lalu menyalakan mesin mobilnya. "Ini Nona dan Ustad Yunus sudah diberitahu oleh Pak Yohan, kan, kalau saya akan mengantar kalian ke hotel?"
"Sudah, Pak. Ayok sekarang kita hotel,“ sahut Ustad Yunus.
"Oke, Tad." Roni mengangguk, kemudian langsung mengemudi.
Yumna seketika menelan ludahnya dengan kasar. Mendadak seluruh tubuhnya pun menjadi menegang, ditambah detak jantungnya terasa berdebar tak karuan.
'Ah enggak! Tuhan ... aku nggak mau belah duren sama Mas Boy,' batin Yumna yang mulai gelisah. Dia pun langsung berpikir keras, untuk mendapatkan sebuah ide. 'Ayok Yumna berpikirlah. Bagaimana caranya supaya aku dan Mas Boy nggak jadi belah duren, tapi tanpa perlu membuatnya sakit hati. Karena bisa-bisa aku kena semprot Papi dan Mami.'
"Oh ya, Nona Yumna. Ini hape Anda, Bu Soora menitipkannya kepada saya." Roni memutar kepalanya, lalu mengulurkan benda pipih itu ke tangan Yumna.
Sudah 3 hari Yumna tidak pegang hape, dan baru kali ini dia bisa memegangnya.
Ting~
Ting~
Baru saja mengaktifkan data, tapi sudah ada dua chat masuk dari Mami Soora yang dikirim 5 menit yang lalu.
Gegas, Yumna pun membacanya.
[Mulai hari ini kamu sudah Mami izinkan pegang hape. Tapi nomormu sudah Mami ganti, yang artinya nggak ada satupun orang yang tau nomormu, Yum.]
[Tapi kamu tenang saja, karena nomor kontakmu masih lengkap. Terkecuali nomornya Glenn ... karena Mami sudah menghapus dan maaf juga, kalau Mami terpaksa meriset hapemu, Yum. Supaya nggak ada lagi jejak dari Glenn. Dan kamu juga jangan coba-coba untuk menghubungi atau memberikan nomor barumu kepadanya.]
"Ish! Mami nyebelin!" geram Yumna pelan, tapi mampu didengar oleh Ustad Yunus.
Pria itu juga melihat dengan jelas jika Yumna meremmas ujung bajunya erat, terlihat sangat emosi sekali.
"Maaf ... tapi kamu sebenarnya kenapa, sih, Dek?" Ustad Yunus akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, sebab lama-lama dia penasaran juga dengan perubahan sikap Yumna yang mendadak itu.
Namun dia masih berpikir positif, mungkin alasan perempuan itu marah karena memang dia sedang ada pikiran. Dan siapa tahu setelah cerita—dia dapat membantunya.
"Oh enggak kok, Mas," kilah Yumna berbohong, lalu mengulas senyum terpaksa sambil menoleh ke arah Ustad Yunus.
"Enggak kenapa-kenapa kok kamu kelihatan marah, Dek? Bahkan sejak tadi pas Mami dan Papi meminta kita pulang."
"Aku bukan marah kok, Mas. Cuma aku hanya kesel aja ... soalnya Mami dan Papi suka maksa orangnya, kalau aku nggak mau menurutinya." Yumna menjelaskannya dengan suara lembut, supaya Ustad Yunus percaya.
"Jadi kamu beneren nggak mau pulang bareng saya ya, Dek? Eeemmm kalau begitu, kita mending balik saja ke rumah sakit. Nggak masalah kok ... Kalau kita menginap di rumah sakit."
"Enggak usah, Mas," bantah Yumna dengan gelengan kepala. "Kita pulang saja. Tadi itu aku mikirnya Mas Boy capek, mangkanya aku nggak mau pulang. Eh ternyata Mas Boy nggak capek."
"Oh ... jadi karena itu." Ustad Yunus menghela napas lega. Lantas tersenyum sembari mengulurkan tangannya ke arah Yumna dan mengusap lembut pucuk rambutnya "Ternyata kamu perhatian banget sama saya ya, Dek, terima kasih."
Perempuan itu sedikit tersentak, tapi dia diam saja meskipun sejujurnya sangat risih.
"Sama-sama, Mas."
'Ih kenapa pakai ngelus-ngelus rambut segala, sih? Memang kamu pikir aku ini kucing?' omelnya dalam hati. Dan tak lama ada notifikasi lagi chat masuk, tapi kali ini dari Papi Yohan.
[Pokoknya Papi nggak mau, ya, kalau kamu sampai menolak Boy saat dia ingin mengajakmu belah duren. Apalagi dengan menggunakan kata-kata kasar. Pokoknya mulai sekarang, kamu harus berubah dan harus menghormatinya sebagai suamimu!]
[Iya! Papi dan Mami nggak usah bewel deh, dan sudah cukup mengirimkanku chat hari ini!] Yumna membalasnya dengan penuh kekesalan di dalam dada. Segera dia pun mematikan ponselnya. Sebab tak mau mendapatkan chat lagi dari ke dua orang tuanya.
*
*
*
Ceklek~
Sebuah pintu kamar hotel perlahan dibuka oleh Roni, pria itu mengantar mereka sampai kamar hotel dan juga membawakan pakaian ganti di dalam koper, yang tentu atas perintah majikannya.
"Silahkan masuk Nona, Ustad," ajak Roni yang sudah melangkah masuk lebih dulu untuk menaruh koper ke dalam.
"Ayok, Dek," ajak Ustad Yunus dan senang ragu Yumna pun melangkah masuk bersamanya.
Sorotan mata perempuan itu langsung berkeliling, memerhatikan ruangan kamar itu yang dihias seperti sebuah kamar pengantin. Banyak sekali lilin-lilin aroma terapi yang menyala di beberapa sudut, juga kelopak bunga mawar yang bertaburan di atas kasur.
'Kenapa sih, Papi ini selalu berlebihan kepada si Boy. Padahal nggak perlu pakai dihias seperti ini. Lagian siapa juga yang mau belah duren? Ih nggak, ya!' batin Yumna.
"Kalau begitu saya permisi ya, Nona, Ustad. Kalau ada perlu apa-apa kalian bisa menghubungi saya, karena saya akan standby di bawah. Assalamualaikum," ucap Roni lalu memberikan kunci hotel ke tangan Ustad Yunus.
"Walaikum salam, terima kasih Pak Roni."
"Sama-sama Ustad." Roni tersenyum, kemudian melangkah keluar dan menutup pintu.
Sekarang, hanya ada Yumna dan Ustad Yunus yang ada di dalam ruangan itu. Sungguh, jantung Yumna benar-benar sudah tidak terkontrol.
Terus berdebar kencang dan tubuhnya pun ikut menegang, apalagi saat tangan kanannya tiba-tiba tersentuh oleh tangan orang lain.
"Dek."
"Akh!" Yumna langsung tersentak di posisinya, lalu mundur beberapa langkah dengan tubuh yang terlihat sudah gemetar.
"Kamu kenapa, Dek?" tanya Ustad Yunus heran. Bisa-bisanya dia sekaget itu, padahal Ustad Yunus hanya memanggil dan menyentuh tangannya sebentar.
"Mas mau apa?!" Yumna terlihat terkejut saat pria yang sekarang sudah menjadi suaminya melangkah mendekatinya. Kembali dia melangkah mundur untuk menghindar. "Jangan dekat-dekat, Mas!" cegahnya dengan wajah ketakutan.
...Alah Yumna, lebay amat sih🥴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
wajarlah kalau Yumna nolak masih grogi 😄
2023-10-31
1
Winie Na Budi
ealah si Yumna pkek acara ogah ogahan,entar udah tau rasanya kurang " 🤣🤣
2023-10-31
0
fee2
yumna gitu besok malah yumna duluan yang pengen...
2023-10-31
0