Ustad Yunus seketika menghentikan langkahnya. Sungguh, dia tak ada niat apa-apa seperti apa yang dipikirkan oleh Yumna sekarang. Perempuan itu ketakutan sendiri atas pemikirannya sendiri.
"Kamu ini sebenarnya kenapa sih, Dek? Kamu ada masalah apa?" tanyanya dengan kening yang mengerenyit.
"Aku enggak ada masalah apa-apa kok, Mas," jawab Yumna dengan gugup. Keringat diwajahnya sudah bercucuran. "Ak-aku cuma pengen pipis, ya ... aku ingin pipis dulu, Mas!"
Buru-buru Yumna berlari masuk ke dalam kamar mandi, lalu mengunci pintunya dengan rapat. Menurutnya itu tempat yang paling aman saat ini.
"Ah sial!! Aku takut banget!!" Yumna langsung duduk di kloset sembari mengusap kasar wajahnya, dan menetralkan debaran jantung yang sejak tadi terus menganggunya. "Ya Tuhan ... tolong biarkan aku menghilang dari dunia ini untuk sekarang saja! Aku takut sama Mas Boy!"
Ustad Yunus perlahan duduk di atas kasur, lalu menggaruk rambut kepalanya yang mendadak gatal. Sikap Yumna benar-benar membuatnya bingung.
"Sebenarnya dia kenapa, sih? Tapi kalau ditanya, selalu jawabnya nggak kenapa-kenapa. Aku jadi bingung sendiri."
Dia pun termangu, mencoba memikirkan dan menebak-nebak.
'Tapi wajahnya terlihat seperti takut sama aku. Apa mungkin aku sudah membuatnya nggak nyaman?! Tapi perasaan ... aku nggak ngapain-ngapin deh. Dan apa yang buat dia nggak nyaman?'
Nyatanya meskipun terus dipikirkan, Ustad Yunus tak menemukan jawabannya. Hingga tak terasa, sudah satu jam lebih Yumna berada di dalam kamar mandi. Suara gemericik air pun sudah hilang sejak setengah jam yang lalu, tapi perempuan itu tak kunjung keluar dari sana.
Merasa khawatir, Ustad Yunus pun memutuskan untuk mengetuk pintu kamar mandi.
Tok! Tok! Tok!
"Dek! Apa kamu baik-baik saja di dalam kamar mandi?!" tanyanya sedikit keras, sebab takut perempuan itu tak dapat mendengarnya. "Dek ... kalau kamu ada masalah, ayok cerita sama saya! Cepat keluar, Dek! Nanti kamu masuk angin!"
Beberapa menit mengetuk pintu, akhirnya pintu itu pun dibuka oleh Yumna. Terlihat wajah perempuan itu begitu pucat dan basah sekali.
"Kamu sakit, Dek? Kok pucat wajahmu?" Tangan Ustad Yunus langsung terulur, hendak menyentuh pipi Yumna. Namun melihat perempuan itu memundurkan langkahnya, dia pun akhirnya tidak jadi. "Maafkan saya, Dek, kalau misalkan saya sudah membuatmu nggak nyaman," ucapnya dengan suara lembut. Ustad Yunus tersenyum sembari memandangi wajah Yumna yang terus menunduk saat keluar dari kamar mandi.
"Memang Mas itu membuat aku engak— aaahh maksudku, aku enggak sakit kok, Mas." Yumna langsung meralat ucapannya, hampir saja dia keceplosan mengatakan pria itu memang membuatnya tidak nyaman. "Mas nggak perlu khawatir, aku memang baik-baik saja. Cu-cuma ...."
"Cuma apa?" tanya Ustad Yunus cepat.
"Cu-cuma aku mau minta maaf sama Mas Boy," jawabnya dengan suara gugup. Lagi-lagi jantungnya kembali berdebar kencang.
"Minta maaf untuk apa, Dek?"
"Aku sebenarnya sedang datang bulan, Mas. Jadi kita sepertinya nggak bisa belah duren malam ini." Yumna langsung menatap wajah Ustad Yunus dengan takut-takut.
Padahal dia sangat membenci pria di depannya, tapi bisa-bisanya malam ini Ustad Yunus terlihat menakutkan baginya.
"Astaghfirullah, Dek." Ustad Yunus langsung beristigfar sambil menepuk jidatnya. Tapi tak lama kemudian dia pun terkekeh. Sebab merasa lucu dengan tingkah Yumna apalagi dengan permintaan maafnya. "Saya pikir kamu kenapa. Ternyata kamu sejak tadi gugup karena kamu takut, ya? Takut saya ajak belah duren sedangkan kamu sedang datang bulan?"
"Iya." Yumna mengangguk pelan dengan tebakan suaminya. Tapi yang sebenarnya dia tidak benar-benar datang bulan, itu hanya ide yang tiba-tiba muncul untuk bisa meloloskan diri malam ini. "Maaf ya, Mas?"
"Enggak masalah, Dek," jawab Ustad Yunus yang terlihat mengerti. "Kamu nggak perlu berlebihan begitu apalagi sampai ketakutan. Ya kalau memang belum bisa sekarang ... kan masih ada hari-hari esok. Jadi santai saja, saya juga nggak akan memaksa kalau memang kamu belum siap."
"Serius, Mas?" Ada kelegaan sedikit di dalam hati Yumna. Dia juga senang sekali mendengar jawaban dari suaminya.
"Serius, Dek." Ustad Yunus mengangguk. "Saya mengerti kok ... ini pasti pengalamanmu yang pertama. Dan sama kok, Dek, ini juga pengalaman yang pertama bagi saya. Jadi kita bisa saling mengerti satu sama lain," tambahnya dengan penuh pengertian, kemudian melangkah menuju pintu. Tapi saat hendak membuka pintu, gerakannya seketika terhenti mendengar Yumna bicara.
"Terus Mas sekarang mau ke mana? Apa Mas ingin kita pulang dari hotel, karena nggak jadi belah duren?"
Ustad Yunus menoleh, lalu tersenyum. "Enggak, Dek. Saya ingin keluar sebentar untuk membelikan kamu pembalut, pasti kamu sedang membutuhkannya sekarang, kan?"
......Orang mah suruh buka celana dulu Om Boy, jangan langsung percaya 🙈🙄......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Eva Karmita
yaaahh gagal belah duren nya 😤😏😂 , jangan percaya ustad Yumna bohong tu , itu cuma alasannya aja buat gagalin acara belah duren nya 😂😂😂😂😂
2023-10-31
1
Anik Trisubekti
Suami siapa itu yang perhatian banget😄
2023-10-31
0
fee2
ustadz terlalu baik seh... lama2 yumna meleleh tuh di perhatikan terus...
2023-10-31
0