2. Harga diriku

"Om Yohan?!" seru Ustad Yunus dengan keterkejutannya. Kedua matanya itu membulat sempurna.

Pria berumur 55 tahun itu adalah pria yang pernah Ustad Yunus tolong pasca dia tertabrak mobil dan mengalami kekurangan darah.

Sekarang, pria itu jadi muridnya yang akan dia bimbing untuk memperdalam Islam. Sebab Papi Yohan sendiri beragama Kristen sejak lahir.

Mereka juga bisa dibilang sangat akrab, malahan—Papi Yohan sendiri pernah secara terang-terangan menginginkannya untuk menjadi menantunya.

Hanya saja, Ustad Yunus selalu menolak. Selain dirinya menghargai hubungannya dengan Naya, dia juga tak memiliki perasaan kepada Yumna—anak dari Om Yohan.

Ustad Yunus saat ini berusia 37. Dia sendiri mendapatkan gelar Ustad saat dirinya dinyatakan lulus pada salah satu pondok pesantren ternama yang dia naungi selama 15 tahun.

Mendiang Abinya, meminta supaya dia meneruskan pekerjaannya setelah dia lulus untuk menjadi marbot masjid. Dan sama sekali Ustad Yunus tak keberatan. Sebab selain halal, pekerjaan itu juga terlihat sangat mulia karena merawat rumah Allah.

Selain menjadi Ustad dan seorang marbot, Ustad Yunus juga sering diundang oleh beberapa orang yang mengalami masalah seperti kesurupan atau sakit akibat gangguan jin dan makhluk halus.

Meskipun belum sepenuhnya ahli, tapi sedikit-sedikit Ustad Yunus mengerti karena pernah diajari oleh Pak Kiainya dulu ketika masih dipondok.

"Kau siapa, hah? Berani sekali mendorongku?!" teriak Ayah Cakra tak terima, matanya kini melotot tajam kepada Papi Yohan.

"Maaf, maafkan Om Yohan, Pak!" seru Ustad Yunus yang langsung menarik tangan Papi Yohan, saat melihat dimana pria itu sedikit lagi akan makin dekat dengan Ayah Cakra.

Ustad Yunus tak mau membuat keributan di restoran orang, terlebih dia juga tak mengerti alasan Papi Yohan yang tiba-tiba datang dan langsung marah-marah.

"CK! Dasar!" decak Ayah Cakra, lantas berlalu keluar dari restoran dengan wajah masam.

"Om kok tiba-tiba datang dan main dorong Pak Cakra, sih? Nggak boleh, Om," tegur Ustad Yunus sembari terduduk lesu.

"Tadi Om nggak sengaja lihat kalau dia menunjuk wajahmu sambil melotot. Menurut Om itu sangat nggak sopan. Jadi wajar dong ... kalau Om marah?" Papi Yohan dengan santainya duduk pada bekas bokongnya Ayah Cakra. "Sebenarnya dia itu siapa, sih, Boy? Dan kamu juga kenapa? Seperti ada masalah."

"Dia itu Pak Cakra, Ayahnya Naya."

"Ooohh ... jadi calon mertuamu, ya? Tapi kok kelihatan galak banget. Nggak cocok kayaknya jadi mertuamu, Boy."

"Dia sudah bukan lagi jadi calon mertua saya, Om," keluh Ustad Yunus dengan raut sedih.

"Lho ... kok bisa? Kenapa?" tanyanya dengan kepo. Namun asli, hatinya sangat berbunga-bunga sekali mendengar hal itu.

"Dia nggak merestui saya, Om."

"Alasannya?"

"Karena saya hanya marbot masjid, yang memiliki gaji nggak seberapa. Dia berpikir kalau saya nggak mungkin bisa membahagiakan Naya," jawab Ustad Yunus pelan.

Papi Yohan pun menggeserkan posisi duduknya untuk lebih dekat kepada Ustad Yunus, lalu dia pun merangkul bahunya sembari mengusap punggung. Mencoba menenangkan kegundahan di hati pria itu.

"Apa saya terlihat nggak tau diri, ya, Om?"

"Enggak tau diri gimana?" tanya Papi Yohan bingung.

"Ya nggak tau diri, karena udah mengajak Naya ta'aruf. Pak Cakra juga bilang harusnya ... saya itu melihat latar belakang dari perempuan yang akan diajak ta'aruf. Bukan langsung melakukannya begini." Mengingat kembali penghinaan yang Ayah Cakra lakukan, hati Ustad Yunus bak teriris. Wajahnya pun kini menjadi muram seketika.

"Enggaklah, Boy." Papi Yohan menggeleng. "Masa hanya karena kamu mengajak perempuan ta'aruf ... kamu jadi terlihat nggak tau diri. Udah nggak usah dipikirkan, dengan apa yang Pak Cakra ucapkan. Kamu nggak salah disini. Anggap saja semua yang terjadi pertanda kalau kamu dan Naya nggak berjodoh. Lagian masih ada Yumna juga yang menunggumu. Iya, kan?"

Papi Yohan tak akan membiarkan ada celah sedikitpun, nama Yumna harus dia kaitkan supaya Ustad Yunus kini mau menjadi menantunya.

"Saya sepertinya harus pulang sekarang, Om." Ustad Yunus tiba-tiba berdiri lalu memanggil pelayan restoran untuk membayar minumannya.

"Kok pulang?" Papi Yohan ikut berdiri dan langsung memegang tangan Ustad Yunus. "Mending kita pergi mancing, Boy. Siapa tau dengan pergi memancing ... hatimu akan menjadi sedikit lebih baik. Om tau dan ngerti ... apa yang kamu rasakan kok. Kita 'kan sehati dan satu aliran darah. Benar, kan?" Kedua alis matanya naik turun.

"Saya butuh waktu sendiri dulu untuk menenangkan diri, Om. Maaf ... saya duluan, ya, assalamualaikum."

"Walaikum salam."

Papi Yohan melambaikan tangan dan menatap punggung Ustad Yunus yang kini sudah menghilang dibalik pintu restoran.

"Kasihan si Boy ...," gumamnya sambil menghela napas. Tapi didetik berikutnya, Papi Yohan justru tersenyum dan langsung lompat-lompat. "Ah tapi ada bagusnya juga. Ini tandanya rencanaku yang sedang mendekatkan Yumna dengan si Boy akan segera berhasil sedikit lagi."

Secara tidak langsung, Papi Yohan saat ini sedang menari-nari di atas penderitaan Ustad Yunus.

"Aaakkkhhhhh!"

"Astaghfirullah!!"

Sedang asiknya melompat tanpa beban, Papi Yohan pun dikejutkan oleh beberapa wanita yang menjerit, bahkan ada juga yang beristigfar.

Ada apa? Kenapa?

Itulah hal yang dipikirkannya saat ini. Sangking penasarannya, dia juga langsung menatap sekitar. Takutnya apa yang para wanita itu lakukan karena adanya musibah mendadak di restoran.

Tapi ternyata tidak ada apa-apa. Semuanya aman dan tak ada salah satu diantara mereka yang berlari pergi dengan panik. Hanya saja herannya di sini—hampir semua wanita di restoran menutup matanya.

"Astaga Bapak! Bapak ini waras nggak, sih?!" Seorang pria bertubuh gempal tiba-tiba berteriak dan berlari menghampirinya.

"Apa maksudmu?!" Papi Yohan mengerutkan keningnya bingung.

Pria itu segera membungkuk untuk memungut sebuah kain yang terjatuh tepat pada kedua kaki Papi Yohan, lalu segera menariknya ke atas. "Sarung Bapak melorot! Ditambah nggak pakai dalamann udah gitu kulitnya ngelupas lagi, apa Bapak nggak malu, ya?" geramnya marah.

Papi Yohan sontak terbelalak. Tentu dia kaget dan jujur saja apa yang terjadi diluar kuasanya. Karena dia sendiri tak ingat kapan sarungnya turun. "Ya ampun harga diriku!"

Buru-buru, Papi Yohan keluar dari restoran sambil memegang erat sarungnya. Benar-benar dia sangat malu, dan menggerutuki dirinya sendiri yang ceroboh.

"Bisa-bisanya aku lompat-lompat sedangkan posisi pakai sarung. Mana ngikatnya juga asal, karena aku sendiri belum terlalu bisa," keluhnya lalu masuk ke dalam mobil.

Alasan Papi Yohan memakai sarung tanpa dalaman karena dia baru disunat dua hari yang lalu. Dan tongkatnya pun saat ini masih basah.

"Oh ya, mending sekarang aku pikirkan ide selanjutnya ... supaya si Boy dan Yumna cepat bersatu. Aku telepon Mami dulu deh." Papi Yohan seketika mendapatkan sebuah ide, tapi akan didiskusikan kepada istrinya terlebih dahulu karena dia ikut andil juga dalam hal ini.

^^^Bersambung.....^^^

Terpopuler

Comments

Ana

Ana

😂😂😂😂🤭🤭

2024-05-14

1

Carlina Carlina

Carlina Carlina

🤦🤦🤦😂😂😂😂😂

2024-01-04

0

Pisces97

Pisces97

awas saja ustadz Yunus dapat jodoh malah menjodohkan lagi anaknya Naya gk rela 😏

2024-01-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tau diri itu penting
2 2. Harga diriku
3 3. Pergi dari rumah
4 4. Melamar Ustad Yunus
5 5. Umi merestui
6 6. Virus Tekotok
7 7. Bisa membuat kematian
8 8. Kamu harus pilih
9 9. Maafkan aku
10 10. Aku ingin menikah!
11 11. Pengantin
12 12. Kalian berdua sama saja!
13 13. 100 ribu
14 14. ijab kabul
15 15. Cium Mas Boy
16 16. Tissue magic
17 17. Jangan dekat-dekat
18 18. Aku takut sama Mas Boy
19 19. Kasihan si Boynya
20 20. Dosa tau
21 21. Ingin mereka saling mencintai
22 22. Laki-laki yang harus digoda
23 23. Tinggal bareng mertua
24 24. Dasar mes*m!
25 25. Ah sial!
26 26. Gagal deh rencanaku
27 27. Terlihat begitu menawan
28 28. Dia suamiku!
29 29. Mereka makin ngelunjak!
30 30. Berani sekali kau menyentuh suamiku!
31 31. Nanti masuk angin
32 32. Ingin cepat memilikimu seutuhnya
33 33. Aku mau ikut
34 34. Ada gila-gilanya
35 35. Pesta resepsi
36 36. Kau merebut calon istriku!
37 37. Apakah pria tadi begitu penting di hidupmu?
38 38. Hiduplah dengan masing-masing
39 39. Kupikir Yumna benar-benar mencintaiku
40 40. "Aku nggak tahan banget, Mas."
41 41. Saling menyatu
42 42. Ditinggal pergi
43 43. Sepertinya dia pacar baru
44 44. Mas kenapa, sih??
45 45. Kau boleh merebutnya
46 46. Bingung sama tingkahmu
47 47. Ternyata sesakit ini
48 48. Masih sangat mencintainya
49 49. Sial*n si Naya!!
50 50. Pergi dari sini
51 51. Harusnya hanya aku satu-satunya
52 52. Ingin bicara berdua
53 53. Aku sudah nggak peduli
54 54. Ingin mengangkatnya jadi anak
55 55. Sebuah keputusan
56 56. Aku akan membuktikannya (END)
57 Pengumuman!!
58 Meraih Kembali Cinta Suamiku
Episodes

Updated 58 Episodes

1
1. Tau diri itu penting
2
2. Harga diriku
3
3. Pergi dari rumah
4
4. Melamar Ustad Yunus
5
5. Umi merestui
6
6. Virus Tekotok
7
7. Bisa membuat kematian
8
8. Kamu harus pilih
9
9. Maafkan aku
10
10. Aku ingin menikah!
11
11. Pengantin
12
12. Kalian berdua sama saja!
13
13. 100 ribu
14
14. ijab kabul
15
15. Cium Mas Boy
16
16. Tissue magic
17
17. Jangan dekat-dekat
18
18. Aku takut sama Mas Boy
19
19. Kasihan si Boynya
20
20. Dosa tau
21
21. Ingin mereka saling mencintai
22
22. Laki-laki yang harus digoda
23
23. Tinggal bareng mertua
24
24. Dasar mes*m!
25
25. Ah sial!
26
26. Gagal deh rencanaku
27
27. Terlihat begitu menawan
28
28. Dia suamiku!
29
29. Mereka makin ngelunjak!
30
30. Berani sekali kau menyentuh suamiku!
31
31. Nanti masuk angin
32
32. Ingin cepat memilikimu seutuhnya
33
33. Aku mau ikut
34
34. Ada gila-gilanya
35
35. Pesta resepsi
36
36. Kau merebut calon istriku!
37
37. Apakah pria tadi begitu penting di hidupmu?
38
38. Hiduplah dengan masing-masing
39
39. Kupikir Yumna benar-benar mencintaiku
40
40. "Aku nggak tahan banget, Mas."
41
41. Saling menyatu
42
42. Ditinggal pergi
43
43. Sepertinya dia pacar baru
44
44. Mas kenapa, sih??
45
45. Kau boleh merebutnya
46
46. Bingung sama tingkahmu
47
47. Ternyata sesakit ini
48
48. Masih sangat mencintainya
49
49. Sial*n si Naya!!
50
50. Pergi dari sini
51
51. Harusnya hanya aku satu-satunya
52
52. Ingin bicara berdua
53
53. Aku sudah nggak peduli
54
54. Ingin mengangkatnya jadi anak
55
55. Sebuah keputusan
56
56. Aku akan membuktikannya (END)
57
Pengumuman!!
58
Meraih Kembali Cinta Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!