"Halo, bagaimana Ron?" tanya Papi Yohan yang baru saja melakukan sambungan telepon dengan asistennya yang bernama Roni.
Pria itu dari kemarin ditugaskan untuk mengawasi Yumna, supaya Papi Yohan atau pun Mami Soora tak kehilangan jejak anaknya.
"Nona Yumna tinggal di salah satu apartemen, Pak. Tapi dia datang bersama Pak Glenn, karena memang ditengah jalan pas pergi dari rumah Bapak ... mereka ketemu," jelas Roni.
"Pasti mereka janjian ya, Ron?"
"Kayaknya."
"Apa mereka tinggal di apartemen yang sama? Maksudnya, satu kamar gitu?"
"Enggak, Pak. Hanya Nona Yumna saja. Pak Glenn sendiri setelah mengantar Nona Yumna, hanya dua jam singgah terus pulang. Dan saya juga sempat melihat ada seorang kurir pengantar makanan datang sebelum dia pulang."
"Mereka berdua ngapain dua jam di apartemen, Ron?"
"Saya enggak tau, Pak."
"Kok enggak tau? Kan aku memintamu mengawasi Yumna? Gimana, sih?" Papi Yohan berdecak kesal.
"Maaf, Pak. Saya memang mengawasi semalaman hingga hari ini. Tapi saya enggak bisa melihat semua aktivitasnya, karena saya juga nggak mungkin ikut masuk."
"Pas kamu lihat si Kriwil keluar apartemen ... pas dia mau pulang, kamu sempat memperhatikan wajahnya nggak?" tanya Papi Yohan penasaran.
"Memperhatikan gimana maksudnya, Pak?" Roni berbalik tanya. Sepertinya dia bingung.
"Ya memperhatikan jika dia terlihat lelah, tapi bersemangat. Ditambah wajah dan lehernya berkeringat enggak?"
"Lelah tapi bersemangat itu maksudnya apa, ya, Pak? Maaf ... saya bingung dan sama sekali enggak mengerti dengan apa yang Bapak ucapkan."
"Maksudku, kamu memperhatikan dia dan Yumna habis wikwikk atau enggak, Ron? Masa begitu saja kamu nggak ngerti, sih?" Papi Yohan terlihat gemas sendiri. Sampai-sampai dia menggigit bantal.
"Wikwikk?!"
Lagi-lagi sepertinya Roni tidak mengerti.
"Ya ampun ... pasti wikwikk pun kamu enggak ngerti ya, Ron?" Papi Yohan berdecak sambil geleng-geleng kepala.
"Enggak, Pak. Maaf."
"Maksudku bercinta, Ron!!" geramnya yang sudah emosi.
"Ooohhh ... tapi maaf, Pak. Saya enggak tau. Dan saya juga enggak memperhatikan wajah Pak Glenn."
"Ah kau ini! Tau kamu nggak memperhatikannya buat apa kamu tanya muter-muter. Mana bilang maaf-maaf mulu lagi. Memangnya lebaran, ya?!" berangnya.
"Maaf, Pak, saya ...." Ucapan Roni belum selesai, tapi panggilannya itu sudah dimatikan secara sepihak oleh Papi Yohan.
Pria tua itu pun menonjok bantal, lalu membuang napasnya berkali-kali. "Semoga saja Yumna masih perawan hingga sekarang. Aku enggak mau kalau sampai si Boy kecewa saat nanti dia unboxing, karena aku sendiri yakin jika si Boy pasti masih perjaka ting-ting."
***
Drrrttt... Drrrttt....
Ponsel Yumna bergetar di atas nakas. Dia yang baru saja keluar dari kamar mandi segera mengambilnya, dan ternyata ada sebuah panggilan masuk dari nomor baru.
"Siapa yang telepon pagi-pagi begini?" Merasa penasaran, akhirnya Yumna pun mengangkat panggilan itu.
"Selamat pagi, apa ini dengan Nona Kim Yumna Ricardo, anak dari Pak Yohanes Ricardo?" Terdengar suara wanita dari seberang sana. Cukup asing menurut Yumna.
"Benar. Tapi ini dengan siapa, ya?"
"Saya salah satu penjaga resepsionis di sebuah rumah sakit. Ingin memberitahu kepada Anda kalau saat ini Pak Yohanes masuk rumah sakit, Nona."
"APA?! Masuk rumah sakit?!" Yumna sontak membulatkan mata, lantaran terkejut mendengarnya. "Kenapa, Bu? Apa Papiku kecelakaan?"
"Beliau tidak kecelakaan. Hanya pingsan saja dijalan, Nona, tapi dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Dan apakah Nona bisa datang ke rumah sakit? Dan ajak keluarga Nona juga? Karena saat ini ... hanya nomor Nona yang bisa saya hubungi."
"Di rumah sakit mana Papiku berada, Bu? Beritahu aku! Aku akan segera ke sana!" pinta Yumna tak sabar.
Meskipun dia masih kesal dengan Papinya, namun mendengarnya masuk rumah sakit—Yumna masih bisa panik. Apalagi saat mendengar kondisi yang mengkhawatirkan yang wanita dari seberang sana katakan.
"Rumah Sakit Sejahtera. Kebetulan Pak Yohan juga sudah berada dikamar perawatan khusus VIP dewasa nomor 303 B, Nona."
"Aku akan segera ke sana secepatnya, Bu!" Yumna lantas mematikan panggilan. Buru-buru dia pun berganti pakaian dan mengambil tasnya.
Sembari berjalan keluar apartemen, Yumna menelepon Glenn. Niatnya ingin memberitahu serta memintanya untuk mengantar, hanya saja panggilannya tidak diangkat-angkat.
"Apa Kak Glenn belum bangun, ya?" gumamnya kemudian masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka.
Melihat itu, Roni pun ikut masuk juga. Tapi dia akan berpura-pura tak sengaja melihat Yumna, padahal sebenarnya dia sejak tadi mengawasi.
"Eh, Nona Yumna kok ada di sini? Lagi ngapain?" tanyanya dengan tatapan heran.
Yumna yang tengah bermain ponsel, sedang mengetik chat yang akan dikirimkan kepada Mami Soora kini langsung terhenti dan menoleh ke arah Roni.
"Roni?!" Bola matanya pun terlihat sedikit membulat. Tampaknya dia kaget dengan kehadiran pria itu. "Kamu ngapain ada di sini? Apa jangan-jangan kamu diminta oleh Papi dan Mami untuk mengawasiku?" tuduhnya dengan tatapan curiga.
"Mengawasi untuk apa, Nona?" tanyanya dengan kening yang mengerenyit. "Saya tinggal disalah satu unit apartemen di sini, Nona," tambahnya kemudian supaya percaya.
"Jangan bohong!"
"Saya jujur. Lagian ngapain juga saya berbohong, Nona? Dan kalau pun saya diperintahkan Pak Yohan atau Bu Soora ... seperti apa yang Nona Yumna pikirkan, untuk apa juga tadi saya bertanya Nona di sini lagi ngapain."
"Ya sudah ... Kalau begitu kamu antarkan aku ke rumah sakit saja, Ron." Yumna tak mau ambil pusing, jadi dia mencoba untuk mempercayai.
"Nona sakit apa?"
"Bukan aku yang sakit. Udah sih, nggak usah bawel! Turuti saja perintahku!" serunya yang tiba-tiba sewot.
"Baik, Nona. Maafkan saya." Roni mengangguk, tapi dia terlihat sambil menghela napas.
*
*
*
Tibanya di rumah sakit, Yumna langsung menuju kamar rawat yang dimaksud oleh wanita yang meneleponnya tadi. Dan kedatangannya itu bertepatan dengan Mami Soora yang juga datang sambil tergesa-gesa.
Yumna sendiri sempat menghubungi tadi dijalan. Dan memintanya datang supaya sampainya bareng.
"Kenapa dengan Papi, Yum? Kok bisa dia dibawa ke rumah sakit?" tanya Mami Soora sambil mengatur napasnya naik turun.
"Aku kurang tau, Mi." Yumna menggelengkan kepalanya. "Tapi harusnya sih Mami yang lebih tau dariku. Kan Mami yang dari kemarin bareng sama Papi, masa Mami nggak tau ... Papi pingsan dijalan? Dan kenapa juga musti pingsan dijalan, kayak nggak ada kerjaan saja."
"Mami benar nggak tau, Yum. Mangkanya Mami kaget pas kamu beritahu. Papi itu memang dari semalam nggak pulang." Wajah Mami Soora tampak sendu dan begitu khawatir.
"Kenapa nggak pulang? Cari janda dia?"
"Sembarangan aja kamu kalau ngomong!" Mami Soora langsung mengusap kasar wajah anaknya. "Papimu itu mencarimu, Yum! Kan kamu pergi dari rumah."
"Kan aku sudah bilang, Papi dan Mami enggak perlu mencariku. Jadi ngapain ...." Ucapan Yumna seketika terhenti, saat dimana dia mendengar suara pintu yang dibuka dari kamar rawat yang dia yakini ada Papi Yohan di dalamnya.
"Apa kalian berdua keluarga dari Pak Yohanes?" tanya seorang Dokter pria yang kini menatap Yumna dan Mami Soora silih berganti. Dan keduanya langsung mengangguk cepat.
"Benar, Dok. Dan aku istrinya," jawab Mami Soora. "Ada apa dengan suamiku? Aku diberitahu kalau dia pingsan dengan kondisi yang mengkhawatirkan."
"Setengah jam yang lalu ... ada dua pria datang membawa beliau ke rumah sakit. Mereka berdua mengatakan jika menemukan Pak Yohanes yang tergeletak pingsan di depan mini market dengan mulut yang berbusa, Bu," jelas dokter itu.
"Berbusa?!" Yumna langsung membulatkan matanya. Begitu pun dengan Mami Soora.
"Apa suamiku keracunan makanan?" tanya Mami Soora.
"Beliau tidak mengalami keracunan, Bu. Tapi terkena virus."
"Virus apa? Corona?" tanya Yumna dengan jantung yang tiba-tiba berdebar kencang. "Kayaknya enggak mungkin sih, kalau virus Corona." Yumna tiba-tiba melanjutkan ucapannya sendiri. "Virus Corona 'kan udah hilang, Dok."
Dokter menggelengkan kepala. "Bukan virus Corona, Nona, tapi virus baru dan cukup langka."
"Omicorn, Dok??" tebak Yumna sekaligus bertanya. Tapi dokter itu menggeleng lagi.
"Terus virus apa, Dok?" tanya Mami Soora penasaran.
"Namanya virus tekotok, Bu."
"Tekotok?!" Kening Yumna langsung mengerenyit. Dia tampak bingung sekaligus tak percaya mendengarnya. "Kok kayak kotoran ayam, Dok, namanya?"
...Ada lagi yang kena virus🤣🤣...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Pisces97
emang ada ya Thor virus tekotok
berarti terkotok kotok ... 🤭😂😂
2024-01-02
1
Ulfah Putri
sakit perut aku baca nyaaaaaa🤣🤣🤣🤣
2023-10-28
1
Amisaroh
hadehh tu dokter bnran apa gadungan
2023-10-25
0