"Yes!! Akhirnya Boy menjadi menantuku!!" Papi Yohan tiba-tiba saja melompat-lompat karena sangking senangnya, lalu dia langsung memeluk tubuh Ustad Yunus dengan erat.
"Papi!! Ayok duduk yang benar!" tegur Mami Soora yang terlihat panik. Hampir saja selang infusan itu terputus dari tangan suaminya. Gegas dia pun menarik tangan Papi Yohan, lalu membawanya untuk duduk ditempat semula di sampingnya.
'Lebay banget Papi. Padahal masih sakit, tapi bisa-bisanya dia lompat-lompat dengan tak tau malu begitu,' batin Yumna sambil memutar bola matanya. Malas sekali rasanya melihat tingkah Papi Yohan yang begitu konyol.
"Alhamdulillah ... kalian sudah sah menjadi pasangan suami-istri," ucap Pak Penghulu dan semua orang di sana angsung berucap syukur sambil mengusap wajahnya.
"Alhamdulillah ya, Allah."
Ustad Hamdan pun kembali memimpin do'a untuk penutupan.
'Terima kasih ya, Allah. Akhirnya aku sudah melepaskan masa lajangku, dengan menikahi seorang gadis. Meskipun bukan dengan perempuan yang aku cintai ... tapi aku berjanji, mulai detik ini aku akan belajar mencintainya hingga akhir hayatku. Dan tolong buat rumah tangga kami sebagai rumah tangga yang sakinah mawadah dan warahmah. Amin ... amin ya rabbal alamin,' ucap Ustad Yunus berdo'a dalam hati.
'Ya Allah terima kasih, akhirnya Yunus menikah. Semoga mereka berdua selalu bahagia dan tolong berikan semua keberkahanmu untuk rumah tangganya,' batin Umi Mae.
'Setelah berusaha keras ... akhirnya Boy sekarang sudah menjadi menantuku. Terima kasih ya, Allah. Terima kasih juga karena aku sudah diizinkan untuk menjadi umatmu. Aku bahagia sekali, dan rasanya aku pun sudah nggak sabar ingin cepat mendapatkan cucu dari mereka,' batin Papi Yohan.
'Semoga pernikahan mereka langgeng sampai kakek nenek ya, Allah. Dan memiliki keturunan yang banyak,' batin Mami Soora.
Ustad Yunus pun mengambil cincin pada kotak perhiasan, lalu meraih tangan Yumna dan menautkan benda itu pada jari manisnya. Dia pun langsung tersenyum, sebab cincin itu ternyata muat.
'Syukurlah kalau muat, ternyata ukuran jari perempuan mirip-mirip,' batin Ustad Yunus sambil tersenyum.
"Kok diem, Dek?" tanya Ustad Yunus dengan tatapan heran. Pasalnya Yumna terlihat diam saja seperti patung, harusnya dia mengambil satu cincin lagi pada kotak perhiasan dan berganti untuk memakaikan kepadanya.
"Cepat pasang, Yum, buat si Boy!" tegur Papi Yohan yang berbisik ditelinga Yumna.
"Ooh iya, maaf." Yumna tersentak, karena memang melamun sejak tadi. Buru-buru dia pun mengambil benda itu, kemudian memasangkan ke jari manis Ustad Yunus.
Namun, dia sendiri merasa bertanya-tanya sebab pria itu juga ternyata sudah memakai cincin yang begitu mirip modelnya seperti cincin nikah mereka. Hanya saja benda itu berada dijari tengah.
'Kok udah pakai cincin aja, dia? Tapi nggak mungkin, kan, kalau dia sudah menikah dengan orang lain?' batin Yumna.
"Yum! Kenapa bengong mulu, sih?!" Papi Yohan kembali berbisik dengan penuh penekanan. Yang dia mau sekarang Yumna mencium tangan Ustad Yunus, sebab dilihat pria itu juga seperti sudah menunggu.
Papi Yohan sendiri sering melihat proses pernikahan untuk orang-orang yang beragama muslim, jadi wajar kalau dia tahu.
"Cepat cium ...." Ucapan Papi Yohan seketika terputus begitu saja, saat sontak saja dia melihat Yumna tiba-tiba menangkup kedua pipi Ustad Yunus dan mencium bibirnya.
Cup~
Bukan hanya dia yang terkejut di sini, tapi semua orang juga. Apalagi dengan Ustad Yunus.
Buru-buru dia pun menarik tangan Yumna pada pipinya, lalu menjauhkan tubuh supaya kecupan itu terlepas. Tapi tanpa sadar, jantungnya sudah berdegup kencang. Dan bisa dibilang, ini adalah ciuman pertama Ustad Yunus.
"Dek! Kamu ngapain?!" tanyanya yang terlihat panik sendiri karena malu pada semua orang yang melihat. Kedua pipinya bahkan sudah merona.
"Kok ngapain? Kan aku cium Mas Boy tadi?" Yumna terlihat tak mengerti, dan heran mengapa Ustad Yunus bisa sekaget itu. Yang dia pikirkan bukankah berciuman sesudah menikah adalah hal yang wajar? Sebab pada beberapa pemberkatan dia sering melihat hal itu.
"Yum ... tahan dulu dong. Papi tau kamu pasti gemes sama si Boy, mangkanya—"
"Kan Papi tadi yang nyuruh aku nyium dia?“ Yumna menatap Papi Yohan dengan raut bingung. Dia ingat, tadi memang pria itu berbisik untuk memintanya mencium. "Gimana, sih?"
"Bukan nyium bibir, Yum. Maksud Papi nyium tangan."
"Ooohh nyium tangan? Bilang dong dari tadi." Yumna dengan santainya langsung meraih tangan Ustad Yunus, dia tak sadar saja jika pria itu sudah salah tingkah sekarang. Kemudian dilanjut Yumna mencium punggung tangannya.
Papi Yohan langsung menatap Ustad Yunus, memerhatikan wajah merahnya dan berharap jika pria itu akan segera mencium kening anaknya. Dan tak lama kemudian pria itu pun melakukannya, menciumnya sebentar sembari memejamkan mata.
"Terima kasih sudah mau jadi istriku, Dek," ucapnya pelan, nyaris seperti berbisik.
"Iya." Yumna hanya menjawab kata itu dengan singkat.
"Selamat ya, Nak! Umi ikut bahagia!" Umi Mae tiba-tiba memeluk Ustad Yunus sambil menangis, kemudian berganti dia memeluk tubuh Yumna. "Terima kasih sudah memilih Yunus untuk menjadi imammu, Nak. Kamu perempuan yang sangat baik dan manis sekali."
Meskipun sejujurnya tidak mau dipeluk, tapi Yumna berusaha menahan diri sebab sudah ada dua orang yang melototinya, yang tidak lain adalah kedua orang tuanya.
Kemudian yang lainnya pun ikut memberikan kata selamat dan mendoakan kepada pasangan yang baru menikah itu.
*
Setelah acara ijab kabul itu selesai, semua orang disana dilarang untuk pulang dulu, sebelum makan. Sebab Papi Yohan sudah meminta Roni untuk memesankan makanan dengan jumlah banyak, supaya bisa makan bareng.
Padahal ruangan itu adalah kamar rawat, tapi mendadak menjadi tempat hajatan.
"Mi ... boleh nggak sih aku ganti baju? Aku nggak betah kayaknya," tanya Yumna sambil memegang konde di atas kepalanya. Rasanya berat, ditambah dia pun merasa kepanasan karena belum terbiasa memakai kebaya.
"Nanti, Yum,“ jawab Mami Soora yang sedang menyuapi Papi Yohan makan. Dia juga ikut makan juga. "Kamu makan saja dulu dan habis itu kita foto-foto, kan sayang masa nggak ada momen."
"Bukannya pas ijab kabul si Roni buat rekaman video, ya? Itu 'kan sudah cukup, Mi."
"Baru video, kan fotonya belum."
"Ayok makan dulu saja, Nak," ajak Umi Mae yang duduk di sofa seorang diri, tangannya menepuk rantang makanan di atas meja. "Ini Umi tadi pagi sekalian masak sengaja untukmu. Ayok makan bareng sama Yunus."
"Tuuhh ... makan bareng sana sama si Boy, Yum. Samperin dia diluar," titah Mami Soora.
"Aku masih kenyang." Yumna mengusap perutnya. Dia sejujurnya berdusta saja, karena tidak mau makan bareng Ustad Yunus ditambah makan masakan dari Uminya. Yumna yakin betul jika masakannya pasti tidak enak. "Aku mau ke kamar mandi dulu, kepengen pipis," tambahnya kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
^^^Bersambung....^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Pisces97
awas ya yum nanti jadi bucin sama mas boy 🤭
2024-01-03
2
Evrida
sekarang g mau yum yum nanti bucin sama mas boy atau gak cemburu kalau mas boy ketemu naya , ehem pengantin baru yakin nich lama pasti jebol gawang nya😂😂😂
2023-10-30
0
Anik Trisubekti
omesh juga nih Yumna 😄
selamat ya mas Boy akhirnya ganti status
2023-10-30
0