"Oh gitu. Bapak duduk saja dulu diluar, ya, nanti aku panggilkan Yunusnya. Soalnya daritadi dia belum keluar kamar," ucap Umi Mae.
"Siap, Bu." Roni mengangguk, kemudian duduk dikursi plastik di teras depan.
Umi Mae pun menuju kamar anaknya lagi, kemudian kembali mengetuk pintu.
Tok! Tok! Tok!
"Yunus! Buka pintunya, Nak! Itu diluar ada Pak Roni menunggu!" seru Umi Mae.
Dia pun terdiam sesaat, menunggu respon dari dalam. Dan ternyata tidak ada respon sama sekali. Karena rasa penasarannya, Umi Mae pun langsung meraih gagang pintu kamar tersebut lalu menurunkannya.
Ceklek~
Ternyata pintu itu tidak dikunci sama sekali, dan terlihat Ustad Yunus tengah membaca Al-Qur'an sambil duduk bersila di atas sajadah.
"Hhhuuuh ...." Umi Mae langsung menghela napas lega, setidaknya rasa khawatir itu kini sudah hilang karena sang anak terlihat baik-baik saja di dalam sana.
Perlahan pintu kamar itu kembali dia tutup, lantas berjalan menuju teras untuk menemui Roni.
"Pak Roni ...."
"Iya, Bu?" Roni langsung menoleh dan berdiri dari duduknya.
"Maaf, Pak. Ternyata Yunus sedang ngaji."
"Nggak apa-apa, Bu. Biar saya tunggu sampai selesai."
"Dia kalau ngaji suka lama, Pak. Dan bagusnya nggak usah ditunggu." Umi Mae tahu, menunggu adalah sesuatu yang sangat membosankan, jadi dia tidak mau nantinya Roni merasa bosan. Ditambah tidak enak juga. "Mending Bapak beritahu aku saja nama rumah sakitnya, biar nanti Yunus langsung datang ke sana setelah selesai ngaji."
"Ooohh ... ya sudah kalau begitu. Nama rumah sakitnya, Rumah Sakit Sejahtera, Bu. Dan kebetulan Pak Yohan juga sudah berada dikamar perawatan khusus VIP dewasa nomor 303 B."
Umi Mae langsung merogoh kantong gamisnya untuk mencatat. Khawatir kalau sampai lupa.
"Kalau begitu saya permisi ya, Bu. Assalamualaikum."
"Walaikum salam," jawab Umi Mae kemudian tersenyum dan masuk kembali ke dalam rumah seraya menutup pintu.
\*
\*
\*
Sampai malam, Ustad Yunus nyatanya masih betah di dalam kamar. Tanpa makan atau pun minum, karena memang mulutnya sedang tak ingin dimasukkan sesuatu.
Bukan maksud ingin mengurung diri dan menyiksa diri, hanya saja dia ingin menyendiri dulu dengan mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta.
Saat ini, pikirannya sedang kacau ditambah hatinya dirundung rasa dilema. Antara memikirkan hubungannya dengan Naya yang kandas, juga tentang lamaran dari Yumna yang sudah terlanjur diterima oleh sang Umi.
Apalagi, Naya tadi sempat meneleponnya.
"Halo, Bang. Aku punya ide untuk hubungan kita," ucap Naya dari seberang sana.
"Ide apa, Nay?"
"Bagaimana kalau kita kawin lari saja, Bang."
"Kawin lari?!" Ustad Yunus sontak terbelalak mendengarnya. "Yang benar saja kamu, Nay!" tambahnya yang merasa tak habis pikir.
"Daripada Abang nggak direstui, ya mending kita kawin lari saja. Barangkali setelah kita terlanjur menikah ... kedua orang tuaku bisa merestui."
"Enggak, Nay! Kawin lari nggak baik," tolak Ustad Yunus. "Dan saya juga nggak yakin jika dengan begitu kedua orang tuamu akan memberikan kita restu. Kalau tetap enggak bagaimana? Malah bisa saja, mereka meminta kita untuk bercerai dan bisa-bisa kamu juga akan mendapatkan murka dari Ayahmu. Saya nggak mau mengambil resiko itu, Nay."
Tidak! Bukan kawin lari yang Ustad Yunus inginkan dalam pernikahannya. Karena restu orang tua itu sangatlah penting dan bisa mendatangkan keberkahan dalam rumah tangganya.
"Terus bagaimana? Aku sendiri nggak mau hubungan kita berakhir begitu saja, Bang."
"Saya juga sebenarnya nggak mau, Nay. Tapi mau bagaimana lagi kalau sudah begini? Lebih baik kita masing-masing saja mulai sekarang. Saya juga akan mendoakan supaya kamu mendapatkan jodoh yang terbaik, dan sesuai dengan keinginan orang tuamu. Jaga dirimu baik-baik mulai sekarang, ya? Belajar yang rajin supaya kamu bisa cepat lulus kuliah. Assalamualaikum."
"Tapi, Bang ... aku—" Ucapan Naya belum selesai, tapi Ustad Yunus langsung mematikan panggilannya dan mematikan juga ponselnya.
Memang terlihat tidak sopan, tapi semua itu dilakukan karena Ustad Yunus sudah tak mau lagi mendengar Naya yang terus merengek tentang hubungannya. Sedangkan semuanya sudah berakhir.
Memang, manusia hanya bisa berencana. Tapi segala sesuatu yang terjadi pasti dari kehendak sang khalik.
Setelah obrolan dari sambungan telepon itu berakhir, Ustad Yunus pun memutuskan untuk sholat istikharah, sesudah dirinya melaksanakan sholat tahajud.
Mungkin dengan melaksanakan sholat malam, hati dan pikirannya bisa menjadi sedikit tenang. Sekalian juga dia ingin meminta sebuah petunjuk.
"Ya Allah ... jika memang Naya bukan jodohku, tolong jauhkanlah. Biarkan aku bisa melepaskannya dengan ikhlas."
"Tapi kalau memang Naya jodohku, tolong persatuan lah kami apa pun caranya."
"Dan untuk Yumna ... jujur aku sama sekali nggak ada perasaan kepadanya. Tapi karena Umi sudah terlanjur menerima lamarannya, aku jadi nggak bisa apa-apa ya, Allah. Nggak mungkin aku menolaknya, karena aku juga tau ... bagaimana rasanya ditolak. Pasti itu sangat menyakitkan. Dan aku nggak pernah mau menyakiti hati siapa pun."
Tok! Tok! Tok!
Diakhir do'anya saat sudah mengusap wajah, tiba-tiba Ustad Yunus terdengar suara ketukan pintu.
Tapi suara ketukan pintu itu seperti bukan berasal dari kamarnya, melainkan dari pintu lain dan terdengar jauh.
Berhubung sudah hampir lewat tengah malam, jadi suara-suara akan nyaring terdengar.
"Siapa yang bertamu malam-malam begini? Apa jangan-jangan maling?" Merasa penasaran, akhirnya Ustad Yunus pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu utama. "Ah tapi, kalau maling nggak mungkin mengetuk pintu. Tapi siapa kira-kira?"
Perlahan gorden jendela dia buka sedikit untuk melihat ke arah luar. Hanya saja dia tak melihat sosok siapa pun di sana, hanya saja ada sebuah mobil taksi yang terparkir di depan rumahnya.
"Kok ada mobil taksi? Mau ngapain?" Akhirnya Ustad Yunus memutuskan untuk membuka pintu rumah, tapi sebelumnya dia membuka kuncinya terlebih dahulu.
Tak lama, pintu belakang mobil taksi itu dibuka dan keluarlah seorang perempuan cantik yang mana membuat kening Ustad Yunus mengerenyit.
"Aku ingin kita menikah!" serunya yang tiba-tiba berlari dan langsung memeluk tubuh Ustad Yunus tanpa permisi.
...Ayok tebak, yang datang siapa??🤔...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Pisces97
Naya minta nikah lari emang enak apa nikah lari capek taukk 🤭🫣🤣🤣🤣
2024-01-03
1
Eva Karmita
sabar ya mas boy siapapun jodohmu semoga bisa membuat keluarga kalian bahagia 🥰🥰 dan untuk Naya semoga dapat jodoh yang terbaik juga 🤲🤲 kasihan saling mencintai tapi harus dipisahkan oleh restu orang tua 😔😔
2023-10-27
0
Titi lestari Tari
mungkinkah naya yg datang tengah malam 🤔🤔 klo yumna tk mungkin dia kan nggk mau sama yunus kan nggk mungkin bngt tiba2 datang2 meluk2 minta dinikahi lagi kaya udah dinananinu aja 😷
2023-10-27
0