4. Melamar Ustad Yunus

"Oh iya, Papi lupa." Papi Yohan langsung tepok jidat. "Ah tapi udah tanggung mau berangkat, Mi. Kalau balik masuk rumah kayaknya males udah mah ngangkang jalannya dan ...."

Papi Yohan belum selesai bicara, tapi Mami Soora tiba-tiba turun dan berlari masuk ke dalam rumah entah mau apa. Dia juga tidak mengatakan hal apa pun.

Namun, dalam hitungan 1 menit saja—wanita itu sudah kembali serta masuk ke dalam mobil dengan menenteng sebuah kemeja batik lengan pendek. Rupanya, dia masuk untuk mengambilkan itu.

"Ini pakai cepat, Pi!" titahnya kemudian.

***

Tok! Tok! Tok!

Sekitar jam 8 malam, sebuah ketukan pintu terdengar. Umi Mae yang berada di dapur sedang mencuci piring akhirnya menunda pekerjaannya. Sebab tak enak jika membuat tamu menunggu.

Tok! Tok! Tok!

"Yaaa!! Sebentar!!" serunya yang sudah berlari menunju pintu. Seperti biasa, Umi Mae membuka gorden jendela lebih dulu sebelum akhirnya dia membuka pintu.

Ceklek~

"Selamat malam ...," sapa seorang pria dan wanita tua. Yang tidak lain adalah Papi Yohan dan Mami Soora. Keduanya sudah memakai batik couple dengan sebuah senyuman yang merekah indah dibibirnya masing-masing.

"Malam juga. Tapi maaf, Bapak dan Ibu ini siapa, ya?"

Umi Mae tampak mengerenyitkan kening. Dia pun memerhatikan dua orang di depannya dari ujung kaki hingga kepala, dengan tatapan asing. Tapi Umi Mae sudah menebak, jika mereka sepertinya orang berada.

"Namaku Yohan, Bu." Papi Yohan memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya, lalu menoleh kepada istrinya. "Dan ini istriku ... namanya Soora. Kami berdua calon besan Ibu."

"Calon besan?!" Umi Mae menyeru dengan terkejut sekaligus bingung. Dan Mami Soora pun ikut mengulurkan tangannya ke arah Umi Mae.

"Salam kenal, Bu."

"Ah salam kenal juga." Umi Mae langsung menyambut jabatan tangan Mami Soora, karena merasa tidak enak. Tapi kalau jabatan tangan Papi Yohan sendiri sudah terabaikan. "Namaku Mae. Tapi maaf, aku sama sekali enggak mengenal kalian siapa. Apa kalian salah rumah?"

"Kami nggak salah rumah kok, Bu," jawab Mami Soora sebelum jabatan tangan itu terlepas. "Kami memang mau datang ke rumah Boy. Ibu ini Uminya ...." Ucapan Mami Soora seketika terhenti, saat sang suami menyenggol lengannya.

"Maksud istriku, rumah Ustad Yunus," timpal Papi Yohan. Jangan sampai karena kebiasaan mereka yang terus memanggil dengan sebutan Boy—itu akan membuat orang-orang terdekat Ustad Yunus menjadi bingung. "Dan kami ini orang tuanya Yumna."

"Ooohh ... orang tuanya Yumna?!" Mendengar nama Yumna, ekspresi Umi Mae yang semula seperti orang yang kebingungan kini berubah menjadi sumringah. Dia pun segera melebarkan pintu rumahnya. "Kalau begitu masuk dulu saja, Pak ... Bu. Ayok," ajaknya.

"Iya, terima kasih, Bu." Papi Yohan tersenyum lepas, begitu pun dengan istrinya. Keduanya tampak senang melihat perubahan mimik wajah wanita berkerudung itu saat mendengar nama Yumna. Dia bahkan sudah sangat yakin—jika pastinya Umi Mae akan setuju.

"Silahkan duduk. Kalian mau teh apa kopi?"

Keduanya pun duduk di ruang tengah, pada sebuah sofa panjang. Tiga buah kotak yang tertumpuk jadi satu kini Papi Yohan letakan di atas meja. Sejak tadi dia memang membawanya.

"Enggak usah, Bu," tolak Mami Soora.

"Iya, enggak perlu repot-repot lah, Bu. Tapi kopi hitam juga nggak masalah. Kebetulan aku haus." Jawaban dari Papi Yohan mendapatkan cubitan pada perut oleh istrinya. Tapi pria itu hanya nyengir kuda.

"Sebentar ... aku buatkan minuman dulu ya, Bu, Pak." Umi Mae tersenyum, kemudian pamit menuju dapur.

Sepeninggalnya, Papi Yohan dan Mami Soora langsung mengamati rumah Ustad Yunus.

Ukurannya memang tak sebesar rumahnya. Dan jauh dari kata mewah. Tapi menurut mereka—cukup nyaman juga.

"Menurut Papi ... ini rumah milik orang tua si Boy, apa rumah si Boy sendiri?" tanya Mami Soora pelan, nyaris seperti berbisik.

"Dari penampakannya sih ... sepertinya ini rumah dia. Soalnya kelihatan, Mi," jawab Papi Yohan yang juga sama pelannya.

"Kelihatan dari mananya?"

"Dari suasananya. Cukup nyaman, seperti saat Papi sedang bersamanya," jawab Papi Yohan yang sudah sebucin itu kepada Ustad Yunus.

Tak lama, Umi Mae pun datang dengan membawa nampan yang berisikan dua cangkir, teh dan kopi. Ada biskuit kelapa juga yang berada di dalam toples.

"Maaf Pak, Bu, cemilannya hanya biskuit kelapa," ucap Umi Mae lalu menyajikan di atas meja, lantas setelahnya dia duduk di sofa single didekat mereka.

"Enggak apa-apa kok, Bu. Lagian kami juga orangnya nggak suka ngemil," jawab Mami Soora yang berdusta, tapi baginya ini tidak masalah.

"Ngomong-ngomong ... si Boy ... Eh, maksudku Ustad Yunus. Dia ke mana ya, Bu?" tanya Papi Yohan yang langsung meralat ucapannya. Sorotan matanya kini tertuju pada sebuah pintu kamar, yang dia yakini itu adalah kamar Ustad Yunus.

"Yunus ada di masjid, Pak," jawab Umi Mae. "Apa Bapak ingin bertemu dengannya? Nanti aku coba telepon dulu, karena dia sendiri bilang mau tidur di masjid." Umi Mae sudah bangkit dari duduk, berniat ingin pergi ke kamar untuk mengambil ponsel. Tapi semua itu urung dilakukan saat mendengar Mami Soora bicara.

"Biarkan saja dulu, Bu. Kami ingin mengobrol sama Ibu dulu."

"Oh gitu ...." Umi Mae akhirnya kembali duduk sembari menatap Mami Soora. "Baiklah."

"Enggak perlu basa basi deh ya, Bu. Langsung ke intinya saja," ucap Papi Yohan, lalu melanjutkan. "Kedatangan kami berdua yang merupakan orang tua kandung dari Yumna adalah bermaksud ingin melamar Boy. Eh maksudnya, melamar Ustad Yunus."

"Melamar?!" Umi Mae sontak terbelalak. Dia tampak terkejut bahkan sedikit terperanjat dari duduknya.

"Iya." Papi Yohan mengangguk. "Apa Ibu menolak kami?"

"Bukan menolak." Umi Mae langsung menggeleng cepat. Tapi mimik wajahnya masih terlihat syok.

"Lalu apa?"

Mami Soora langsung membuka tasnya, kemudian mengambil sekotak cincin berbentuk hati berwarna merah lalu membukanya. Tersemat sebuah cincin emas putih disana, dengan satu berlian kecil yang berada diatasnya dan dengan model untuk laki-laki. "Kami juga membawa cincin sebagai bukti kalau kami selaku orang tua dari Yumna ... mewakilkannya untuk melamar Ustad Yunus," tambahnya.

"Maaf Bapak ... Ibu. Bukan maksud hati aku menolak niat baik kalian, aku justru sangat menghargai. Tapi apakah ini nggak terbalik, ya?"

"Terbalik gimana maksudnya?" Alis mata Papi Yohan saling bertaut. Dia terlihat tak paham.

"Yunus itu 'kan laki-laki. Masa iya, Yumna melamarnya? Harusnya 'kan Yunus yang melamar Yumna. Bukankah begitu?"

Papi Yohan dan Mami Soora langsung saling menatap, dan tak lama keduanya itu saling terkekeh.

"Aahh ... benar sekali memang, apa yang Bu Mae katakan. Tapi sayangnya ... anak Ibu sendiri nggak peka, terhadap anakku," ujar Papi Yohan sambil mengusap wajahnya.

"Yumna beneran suka sama Yunus, Pak?" Meskipun dia juga yakin jika itu benar, tapi tak ada salahnya Umi Mae bertanya lebih jelas kepada orang tua Yumna.

"Iya." Papi Yohan mengangguk cepat. "Ibu bisa tanya sama anak Ibu, apakah dia dan Yumna sering mengirimkan chat atau enggak. Pasti jawabannya sering. Dan kalau misalkan Ibu bertanya mengapa Yumna enggak mau terang-terangan mengatakan suka ... itu karena dia sendiri malu."

"Yumna ini anaknya memang gengsian, Bu, kalau dia suka sama seseorang," tambah Mami Soora supaya lebih meyakinkan hati calon besannya. "Dan tugas kita sebagai orang tua hanya mendukung mereka. Iya, kan? Jadi aku minta sama Ibu untuk merestuinya, dan menerima lamaran dari Yumna."

...Mereka pembohong Umi, jangan dipercaya 🤣 usir saja mending biar pada pulang 😆...

Terpopuler

Comments

LAILATUN NI'MAH

LAILATUN NI'MAH

Meraka itu pembohong kelas kakap umi🤣🤣🤣

2024-06-21

0

Pisces97

Pisces97

papi Yohan dan mami Sora emang absurd keluarga aneh tapi daripada sama Naya lebih seru sama Yumna kan meskipun gk soleh² seperti Naya lebih suka dia deh gk munafik alias gk pura² kalem 🤭😅

2024-01-02

1

fee2

fee2

sama umi maen di Terima gak ya... tapi umi kan juga pengen cepet punya mantu...

2023-10-23

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tau diri itu penting
2 2. Harga diriku
3 3. Pergi dari rumah
4 4. Melamar Ustad Yunus
5 5. Umi merestui
6 6. Virus Tekotok
7 7. Bisa membuat kematian
8 8. Kamu harus pilih
9 9. Maafkan aku
10 10. Aku ingin menikah!
11 11. Pengantin
12 12. Kalian berdua sama saja!
13 13. 100 ribu
14 14. ijab kabul
15 15. Cium Mas Boy
16 16. Tissue magic
17 17. Jangan dekat-dekat
18 18. Aku takut sama Mas Boy
19 19. Kasihan si Boynya
20 20. Dosa tau
21 21. Ingin mereka saling mencintai
22 22. Laki-laki yang harus digoda
23 23. Tinggal bareng mertua
24 24. Dasar mes*m!
25 25. Ah sial!
26 26. Gagal deh rencanaku
27 27. Terlihat begitu menawan
28 28. Dia suamiku!
29 29. Mereka makin ngelunjak!
30 30. Berani sekali kau menyentuh suamiku!
31 31. Nanti masuk angin
32 32. Ingin cepat memilikimu seutuhnya
33 33. Aku mau ikut
34 34. Ada gila-gilanya
35 35. Pesta resepsi
36 36. Kau merebut calon istriku!
37 37. Apakah pria tadi begitu penting di hidupmu?
38 38. Hiduplah dengan masing-masing
39 39. Kupikir Yumna benar-benar mencintaiku
40 40. "Aku nggak tahan banget, Mas."
41 41. Saling menyatu
42 42. Ditinggal pergi
43 43. Sepertinya dia pacar baru
44 44. Mas kenapa, sih??
45 45. Kau boleh merebutnya
46 46. Bingung sama tingkahmu
47 47. Ternyata sesakit ini
48 48. Masih sangat mencintainya
49 49. Sial*n si Naya!!
50 50. Pergi dari sini
51 51. Harusnya hanya aku satu-satunya
52 52. Ingin bicara berdua
53 53. Aku sudah nggak peduli
54 54. Ingin mengangkatnya jadi anak
55 55. Sebuah keputusan
56 56. Aku akan membuktikannya (END)
57 Pengumuman!!
58 Meraih Kembali Cinta Suamiku
Episodes

Updated 58 Episodes

1
1. Tau diri itu penting
2
2. Harga diriku
3
3. Pergi dari rumah
4
4. Melamar Ustad Yunus
5
5. Umi merestui
6
6. Virus Tekotok
7
7. Bisa membuat kematian
8
8. Kamu harus pilih
9
9. Maafkan aku
10
10. Aku ingin menikah!
11
11. Pengantin
12
12. Kalian berdua sama saja!
13
13. 100 ribu
14
14. ijab kabul
15
15. Cium Mas Boy
16
16. Tissue magic
17
17. Jangan dekat-dekat
18
18. Aku takut sama Mas Boy
19
19. Kasihan si Boynya
20
20. Dosa tau
21
21. Ingin mereka saling mencintai
22
22. Laki-laki yang harus digoda
23
23. Tinggal bareng mertua
24
24. Dasar mes*m!
25
25. Ah sial!
26
26. Gagal deh rencanaku
27
27. Terlihat begitu menawan
28
28. Dia suamiku!
29
29. Mereka makin ngelunjak!
30
30. Berani sekali kau menyentuh suamiku!
31
31. Nanti masuk angin
32
32. Ingin cepat memilikimu seutuhnya
33
33. Aku mau ikut
34
34. Ada gila-gilanya
35
35. Pesta resepsi
36
36. Kau merebut calon istriku!
37
37. Apakah pria tadi begitu penting di hidupmu?
38
38. Hiduplah dengan masing-masing
39
39. Kupikir Yumna benar-benar mencintaiku
40
40. "Aku nggak tahan banget, Mas."
41
41. Saling menyatu
42
42. Ditinggal pergi
43
43. Sepertinya dia pacar baru
44
44. Mas kenapa, sih??
45
45. Kau boleh merebutnya
46
46. Bingung sama tingkahmu
47
47. Ternyata sesakit ini
48
48. Masih sangat mencintainya
49
49. Sial*n si Naya!!
50
50. Pergi dari sini
51
51. Harusnya hanya aku satu-satunya
52
52. Ingin bicara berdua
53
53. Aku sudah nggak peduli
54
54. Ingin mengangkatnya jadi anak
55
55. Sebuah keputusan
56
56. Aku akan membuktikannya (END)
57
Pengumuman!!
58
Meraih Kembali Cinta Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!