Masa kurungan Nabila adalah sepuluh hari, persis pada hari setelah pernikahan Fina berakhir. Hal pertama yang Nabila lakukan ketika keluar adalah membersihkan sisa-sisa pesta sendirian karena semua orang lelah.
Nabila menyapu bunga-bunga yang berserakan, menggulung tikar-tikar, menarik kursi-kursi, bolak-balik masuk membawa bantal, berbagai hal yang ternyata sangat melelahkan. Selama ini Nabila sudah melakukan banyak pekerjaan berat, tapi membersihkan sisa-sisa pesta ternyata lebih berat lagi.
Tak bisa menahannya, Nabila tersandung, menjatuhkan piring-piring begitu saja. Mereka bukan piring kaca, yang mana itu patut disyukuri. Tapi suara berisiknya tidak bisa dibantah hingga Elis keluar dari rumah.
"Kamu lagi." Elis menatapnya penuh kebencian seakan-akan dia berharap tidak melihatnya lagi.
Nabila buru-buru memunguti piring. Memaksa tangannya yang pegal untuk bergerak daripada nanti ia dipukul. Namun di tengah usahanya, Elis menarik rambut Nabila, otomatis menbuat piring-piring kembali jatuh.
"Ini apa?" desis Elis sambil memegang sari yang diberikan oleh Rahwana. "Kamu dapet dari mana?!"
Nabila terbelalak melihatnya. Saat ia mengira itu adalah pemberian Om Baik Hati, Nabila tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri, merampas sari itu untuk didekap erat-erat.
Tidak akan ia berikan. Memeluk sari ini saat tidur adalah satu-satunya penenang Nabila sekarang.
Tapi semua itu hanya kesalahpahaman Nabila. Sari ini tidak diberikan oleh Zayn, melainkan diambil diam-diam oleh Rahwana. Sari milik adik dari pengantin laki-laki yang Rahwana curi agar Nabila memakai baju baru juga.
"Bagus kamu yah! Emang dasar anak pencuri!" Elis menyeret telinga Nabila seketika. "Sini kamu! Mentang-mentang udah lama saya enggak mukul kamu, sekarang udah lupa lagi rasanya!"
Keributan dari suara Elis mengusik orang-orang rumah. Semua orang, termasuk keluarga dari pihak laki-laki yang menginap langsung turun, begitu juga orang rumah, termasuk Rahwana.
Saat mereka semua turun dan melihat Elis memukuli Nabila, pemilik sari itu menunjuk ke tangan Nabila.
"Baju aku," katanya polos. "Ibu, itu baju aku. Kok sama dia?"
Elis memukuli Nabila sambil terus berusaha merebut sarinya. "Sini balikin! Kamu emang pencuri yah! Ini bukan punya kamu!"
Di ujung sana, Rahwana menelan ludahnya, pucat pasi ketakutan. Anak itu tidak tahu. Pikirnya kalau ia mengambil satu baju dari banyaknya baju yang ada, tidak ada yang bakal sadar.
Nabila terus berusaha melindungi sari itu. Tidak peduli bagaimana orang berkata, Nabila yakin ini pemberian Om Baik Hati. Karena itu ia rela dipukuli asal bisa tetap memilikinya.
Hanya Om Baik Hati yang bisa mengobati rasa sakitnya. Nabila tidak akan melepaskannya.
"Kamu!" Elis sudah terlalu geram. Tamparan melayang ke wajah Nabila, disusul jambakan keras yang mencabut banyak rambutnya. "DASAR ANAK PELACUR!"
Fina di samping suaminya tersenyum sinis. "Dia memang pencuri," jelasnya dengan aksen Tamil pada keluarga suaminya. "Mamanya dulu ngerebut suami anaknya Nyonya Elis, sampe-sampe Non Sakura bunuh diri. Dia anak pembawa sial."
Keluarga suaminya langsung menatap Nabila jijik.
Kadang-kadang dunia memang setidakadil itu. Meski sudah jelas yang berdosa adalah orang tuanya, mereka tetap memberikan tatapan mencela pada anak itu seakan-akan dialah penyebab semua dosanya.
Adil atau tidak adil, manusia lebih suka menilai daripada berpikir logis.
"Aku udah enggak mau bajunya lagi, Bu." Adik suaminya Fina berucap jijik. "Udah dipegang dia."
Tapi meski pemiliknya melepas kepemilikan, Nabila pada akhirnya dipukuli keras-keras.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments