"Mama mau ke kota dulu, yah." Elis mengusap lembut puncak kepala Rahwana. "Kamu baik-baik di rumah. Nanti Mama beliin banyak mainan buat kamu."
"Iya, Mama."
"Jangan deket-deket sama Bisu. Nanti kamu ketularan."
"Iya, Mama."
Rahwana mengantar Elis sampai mobil yang dikendarainya menghilang bersama debu-debu jalanan beterbangan. Tak pakai tunggu lagi Rahwana kembali masuk, mengambil buah-buahan dari kamarnya untuk dibawa ke kamar Nabila.
Anak itu tahu tidak ada yang mau repot-repot membawakan makanan buat Nabila. Kalaupun ada pasti Elis akan memarahinya. Karenanya pasti sejak kemarin dia belum makan atau minum sesuatu.
"Kamu ternyata penyakitan beneran," kata Rahwana apa adanya. "Kata Mama kalau deket-deket kamu, nanti aku juga kena. Tapi aku enggak takut sakit makanya aku bawain makanan."
Nabila makan terburu-buru saking laparnya.
"Karena aku udah bawain makanan, kamu udah mau kan ngomong sama aku? Coba sebutin nama kamu," pinta Rahwana karena dari kemarin penasaran.
Nabila menggeleng.
"Bukan geleng-geleng. Nama kamu. Nama kamu siapa?" Rahwana pikir dia terlalu bodoh untuk mengerti jadi ia menekan kalimatnya.
"Nih, aku kasih contoh." Rahwana menunjuk dirinya sendiri. "Nama aku Rahwana. Makanya aku dipanggil Rahwana. Nama kamu siapa? Bukan Bisu kan? Atau nama kamu beneran Bisu?"
Nabila ternyata mengangguk.
Anak itu sudah tidak peduli siapa namanya. Tidak ada juga yang memanggil namanya di tempat ini. Kalau ia tidak dipanggil Anak Sialan, Anak Haram, Anak Pelacur, maka ia adalah si Bisu.
Rahwana mendengkus. "Enggak asik."
Kesal pada Nabila, Rahwana beranjak pergi. Tapi setelah seharian ia sendirian dan menderita oleh demam tinggi, Nabila berharap Rahwana bisa sedikit lebih lama. Nabila kesepian sendirian.
Secara spontan Nabila memegang tangan Rahwana, ingin meminta dia kembali.
Bersamaan dengan pintu kamar Nabila terbuka.
"Tuan Muda?" Fina menatap anak tuannya terkejut.
Rahwana lebih-lebih lagi terkejut. Dia buru-buru menarik tangannya dari Nabila, namun terlambat karena Fina sudah melihat.
"Dasar kuman!" teriak Fina murka. "Berani banget kamu megang-megang Tuan Muda! Kalo Tuan Muda ketularan penyakit, kamu mau tanggung jawab?!"
"Aku enggak ketularan!" bantah Rahwana panik.
Walau pada akhirnya sia-sia.
"Tuan Muda, Nyonya Elis udah ngelarang Tuan Muda ke sini tapi ternyata Tuan Muda suka diem-diem ketemu dia. Atau jangan-jangan dia yang maksa Tuan Muda?"
"Enggak! Aku enggak dipaksa siapa-siapa! Aku enggak takut sakit makanya di sini!"
Tapi Fina tidak percaya. "Emang dasar keturunan pelacur," cercanya pada Nabila.
Fina memegang tangan Rahwana. "Tuan Muda ikut saya dulu. Harus mandi yang bersih habis itu siap-siap saya aduin."
Rahwana berdecak kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tahu Elis pasti akan tetap marah.
"Fina, aku enggak bakal sakit! Aku enggak ketularan penyakit jadi jangan kasih tau Mama yah?"
"Enggak boleh, Tuan Muda! Walaupun enggak ketularan, Tuan Muda udah nakal karena enggak dengerin kata Nyonya Elis." Fina terus menariknya dan memandikan Rahwana dengan banyak air.
Tentu saja Fina tahu Nabila tidak penyakitan, tapi Fina mau Rahwana merasa begitu jadi Fina menyirami badan tuan mudanya itu seolah-olah mengusir kuman yang banyak.
"Dia itu anak pelacur, bukan levelnya Tuan Muda deket-deket. Tuan Muda enggak mikirin perasaan Nyonya gimana? Kasian Mbak Sakura kalau Tuan Muda malah baik sama anak orang jahat."
Rahwana berdecak sebal.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Lia
boleh minta visual Fina thor????
mau tak kirimi santet online.. 😈😈😈😈
2023-10-19
2