Selama seminggu belakangan Nabila sudah berusaha untuk mengurangi pukulan yang diberikan padanya, tapi karena tubuh kecilnya belum terbiasa, Nabila masih harus menerima pukulan yang dilakukan atas dasar hukuman dari kesalahan.
Malam sudah larut, setelah semua pekerjaan berakhir. Nabila selalu jadi yang paling terakhir tidur, tentu saja jika ia sudah selesai mengisi gentong dengan air dari sumur, mencuci semua piring, wajan, ember dan apa pun itu yang dipakai membuat makan malam, merebus air karena di sini tidak ada galon, lalu memisahkan cucian untuk besok dikerjakan pagi-pagi.
Hanya butuh waktu setengah bulan kurang, tangan halus Nabila kini kasar, kering, dan memiliki banyak bekas luka.
Tidak ada obat yang diberikan untuknya. Karena jika Elis melihat luka Nabila, itu cuma membuatnya mendelik kesal atau jijik.
Malam ini Nabila lagi-lagi punya luka baru. Tangannya terkena minyak panas tadi dan terasa sangat perih hingga ia membawa semangkuk kecil air ke kamar, merendam tangannya demi meredam rasa perih.
"Bisu."
Nabila menoleh, menemukan Rahwana diam-diam masuk ke kamarnya, lagi.
"Tangan kamu kenapa?" tanya anak itu.
Cuma dia satu-satunya di tempat ini yang masih mengajak Nabila bicara walau hanya sesekali.
Nabila mengangkat tangannya, menunjukkan luka merah di sana tanpa bicara.
"Kalo ditanya kamu jawabnya pake mulut. Kalo enggak kamu nanti dipanggil Bisu terus."
Nabila menunduk sedih. Ia sendiri tidak tahu kenapa mulutnya kaku.
"Udahlah, terserah kamu." Rahwana meletakkan sesuatu di lantai. "Nih, permen dari kota."
Nabila langsung mengambilnya, memasukkan itu ke mulutnya. Rasa manisnya membuat Nabila tersenyum.
Rahwana mengamati senyum di wajah manis anak itu.
"Aku enggak ngerti kenapa Mama bilang kamu penyakitan." Rahwana mengerjap. "Mama sama Papa kamu orang jahat yah?"
Nabila mengangguk. Pukulan keras di tubuhnya telah mengacaukan banyak hal dalam otak anak itu. Sekarang Nabila sudah meyakini bahwa ia punya Papa dan Mama yang sangat jahat hingga Nabila sendiri tidak bisa mengingat bagaimana rupa mereka.
Lagipula kalau ia ingat tubuhnya pasti akan dipukuli lagi.
"Kamu pasti penyakitan karena Mama Papa kamu jahat. Kalo kamu udah lama tinggal di sini kamu enggak bakal penyakitan lagi."
Nabila tertegun.
Kepalanya langsung bergerak-gerak cepat menggeleng.
Tidak mau. Ia tidak mau tinggal di sini lama-lama.
"Tapi kalo kamu pergi, Mama bakal pukul kamu. Kalo kemarin besi, mungkin nanti besi panas."
Otak Nabila langsung membayangkan bagaimana rasanya ia dipukuli besi panas. Rasa perih akibat minyak di tangannya mendukung imajinasi itu hingga mendadak Nabila menangis.
Bahkan tangisannya sudah tanpa suara.
Anak itu terlalu takut mengeluarkan suara dan memberi alasan bagi Elis memukulnya lagi.
*
Esok hari, Nabila tidak menyangka bahwa ia akan jatuh sakit. Tubuh anak itu panas membara saat ia justru merasa kedinginan.
Apalagi fakta bahwa Nabila cuma tidur telentang di atas selembar tikar, tanpa bantal apalagi selimut, membuatnya merasa semakin sakit.
Ada ingatan samar di kepalanya. Sebuah bayangan yang ditutupi kabut ketakutan saat ia berada dalam kondisi sama, namun juga berbeda.
Di bayangan itu, Nabila merasakan sebuah tangan besar nan hangat menyentuh keningnya. Sentuhan yang seolah-olah mengangkat semua rasa sakit Nabila.
"Pegang tangan Papa," ucapnya samar-samar. "Papa ambil sakitnya Bila yah? Papa kuat jadi enggak bakal sakit. Biar Papa yang gantiin Bila."
Nabila membuka matanya. Menemukan kenyataan bahwa tidak ada yang memegang tangannya apalagi bersedia mengambil rasa sakitnya.
Yang ia temukan justru tatapan kesal Fina sambil melempar sebuah kain.
"Anak kecil nyusahin. Kerjaanmu tuh banyak, bukannya dikerjain malah ngeles sakit."
Nabila merasakan air matanya panas mengalir sampai ke telinga, namun ia tak bisa bersuara apa-apa.
Setelah berselimut tipis dari kain bekas yang diberikan, Nabila berusaha unruk tidur namun kepalanya yang sakit, demamnya yang tinggi dan gigil tubuhnya membuat itu terasa sulit.
Tidak ada siapa pun yang bisa menyelamatkan Nabila saat ia tersiksa di tempat itu sendiri.
*
nulis ini beneran sambil nangis perih 😭😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Fitri ainin Ainin
udah tau tapi bukn certa ssedih ini palagi korbannya anak kecil,nyesek tau meski hanya cerita
2024-02-07
0
Nay Chan
jangan trlalu sedih napa ceritanya😢😢😢
2023-10-22
1