"Nabila di tempat terpencil," ucap Olivia setelah seminggu penuh melakukan pencarian bersama timnya. "Tempat yang enggak ada CCTV, enggak ada kamera, kemungkinan bahkan enggak ada jaringan."
Abimanyu mengepal tangannya kuat-kuat. Ia rasanya ingin mengacak-acak dunia ini untuk menemukan putrinya tapi tentu saja ia tidak bisa melakukan itu.
"Kalo gitu fokusin pencarian ke hutan-hutan sama gunung." Abimanyu menoleh pada bawahannya. "Kirim beberapa juga ke laut. Peta lokasinya bakal Abirama kirimin ke HP kalian."
Rendi baru akan berkata siap saat Olivia menahannya.
"Gue belum bilang sisanya," kata perempuan itu. "Maksud gue kemungkinan dia ada di tempat terpencil, enggak ada jaringan ... sudut bumi entah di mana."
Abimanyu merasa nyawanya tercabut. "Maksud lo Bila mungkin udah di luar negeri?"
"Setengah negara itu bagian Mahardika kan? Setengahnya lagi Narendra. Kalo lo jadi mereka, lo mau nyembunyiin anak yang bakal dicari sama tentara negara di kandangnya sendiri? Itu goblok namanya."
Rose menopang dagu. "Banyu."
Adik Abimanyu yang juga tampak kosong itu bahkan menjawab Rose tanpa semangat. "Ya?" Lalu dia mengerjap, seakan tersadar. "Iya, Princess?"
"Panggil perempuan itu," kata Rose.
"Perempuan? Rara maksudnya?"
"Ibunya Bila sakit," timpal Abimanyu. "Jangan ngelibatin dia dulu."
Rose tertawa. "Aku tidak menyuruh Ranaya datang. Maksudku perempuan itu." Rose mengerling. "Wanita yang bersembunyi di belakangmu."
Banyu tersentak tapi seketika mengerti. Perempuan yang Rose maksud adalah Kisa.
Di sisi meja, Olivia yang menangkap maksud perkataan Rose ikut tertegun. Detik itu juga Olivia tersadar.
"Ah, jadi gitu." Olivia menutup wajahnya ketakutan. "Dendamnya Sakura yang lo bilang bisa mikir? Tapi kalo ngelibatin Kisa lagi berarti kemungkinan musuhnya Faksi Anti-Mahardika?"
Abirama tercengang. "Bukannya FAM udah bubar habis tragedi dulu? Mereka udah dinyatain hilang setelah dipukul mundur sama Narendra, kan?"
"Kamu memang anaknya Abimanyu. Kebodohanmu dan dia sama saja." Rose tertawa geli. "Tidak seperti orang bodoh macam kalian, orang pintar itu tahu cara bersabar. Mau memakan waktu bertahun-tahun, selama tujuannya tercapai, dia akan menunggu waktu yang tepat."
Perempuan yang kini menyandang gelar sebagai Perdana Menteri itu beranjak dari kursi kebesarannya. Berjalan menuju jendela yang langsung menyuguhkan pemandangan taman istana negara.
"Tujuannya sangat jelas sampai aku mau tertawa kencang." Rose melirik Abimanyu yang nampaknya sudah menyadari jelas semua ini. "Berkhianat pada negara sebagai ganti anakmu. Kira-kira apa pilihanmu, Abimanyu?"
Tentu saja kalau dia memiliki berkhianat, dia dan keluarganya akan dieksekusi massal.
"Rose."
"Hm?"
Abimanyu mengeraskan rahang. "Enggak lucu."
".... Tentu saja." Rose tersenyum kecil. "Aku tidak melucu."
Hanya karena Rose tersenyum, bukan berarti ia melucu.
"Olivia, pastikan untuk menemukan anak itu bahkan di lubang cacing sekalipun. Nama baik perdana menteri kalian dipertaruhkan kalau seeorang anak pun tidak sanggup ditemukan."
Abimanyu menutup wajahnya, berusaha menenangkan diri walaupun rasa takut melingkupi dadanya.
Bila-nya. Nabila-nya tersayang. Di mana dan sedang apa dia? Dia pasti marah pada Abimanyu karena tidak datang menolongnya.
"Papa, kenapa Papa enggak pernah pulang lama? Kenapa cuma boleh dua jam aja sehari? Bila juga mau tidur sama Papa."
"Bila mau ikut Papa ke istana?"
"Bukan gitu, Papa. Bukan Bila yang ikut Papa. Bila maunya Papa sama Bila."
"Nak, Papa kerja jagain banyak orang, juga jagain Rose. Biar negara ini baik-baik aja, biar nanti kalo Bila udah besar, Bila bisa bebas ngapain aja."
"Papa jagain Bila kalo pergi? Biarpun Papa enggak ada di sini?"
"Iya. Papa bakal selalu, selalu, jagain Bila sama Mama. Biar Bila selalu baik-baik aja. Jadi Bila jangan sedih kalo Papa jarang pulang, yah? Semuanya buat Bila sama Mama."
Saat anak itu tersenyum dulu, apakah dia meyakini di hatinya bahwa itu benar? Lalu sekarang, saat dia sendirian di sana, apa dia merasa terkhianati oleh papanya ini?
Nak, tungguin Papa.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments