Apa Itu Lelucon?

"Apa tuan bercanda? I-ini, bagaimana mungkin?"

Dexter berlari seperti orang bodoh ke arah tumpukan emas yang tadinya dia pikir jika itu hanya karung-karung berisi barang rongsokan. Selain itu, dia juga masih tidak percaya bagaimana sang tuan mengumpulkan harta ini tanpa sepengetahuannya selama ini.

"Kau bisa menggigitnya jika tidak yakin."

Jean tampak tak acuh seraya berjalan menuju sofa panjang yang terlihat berdebu. Pria arogan itu mendudukkan dirinya di sana, seraya menyesap sebotol wine, setelah tiba ditempat ini beberapa menit yang lalu.

Tampak hujan terdengar masih menderu di luar sana, membuat Jean tak dapat lagi mendengar ocehan dari mulut Dexter yang cukup menganggu. Jadi, dia putuskan untuk kembali memejamkan matanya rapat untuk sebentar saja. Akan tetapi, ingatan tentang Gisel yang tiba-tiba muncul dalam pikiran Jean membuat matanya kembali terbuka.

"Ah, aku hampir melupakannya. Kira-kira sedang apa dia sekarang?" katanya, terlihat menerawang jauh ke depan, dengan satu tangan Jean jadikan tumpuan untuk dagunya.

Sejujurnya, Jean merasa sedikit cemas. Apalagi perihal dirinya yang waktu itu meninggalkan Gisel begitu saja setelah apa yang dirinya lakukan. Fyi, mungkin itu terlihat brengsek sekali. Bahkan Jean sempat berpikir jika setelah ini mungkin Gisel akan makin membenci dirinya, karena telah meninggalkan wanita itu begitu saja.

Tapi, situasinya sekarang terlihat tak memungkinkan. Hingga membuat Jean, memutuskan untuk tidak bertemu dengan Gisel, sampai batas waktu tertentu. Selain, agar dirinya bisa mematangkan kembali rencana untuk menghancurkan sang ayah. Jean juga ingin, supaya Gisel tak terlibat dalam urusannya ini. Apalagi sampai nyawa wanita seksi itu terancam. Jean benar-benar tak ingin mengambil resiko apapun.

"Dex," panggilnya singkat membuat Dexter yang tadinya sibuk melihat emas-emas batangan itu beralih menatap wajah tuannya.

"Ya?"

"Apa mungkin, seseorang yang keji dan bengis seperti aku. Boleh mendambakan sesuatu seperti cinta?" tanya Jean tiba-tiba, tidak terlihat seperti dirinya.

Terlihat sorot matanya yang semula dingin, berubah semakin kosong tatkala menyebutkan kata itu. Membuat Dexter yang melihatnya menjadi sedikit iba. Sebab ini kedua kalinya, Dexter melihat sisi lain sang tuan yang seolah rapuh. Tentunya, semenjak kepergian mendiang Nyonya besar.

"Kenapa Anda berkata demikian? Menurut saya, siapapun berhak memiliki cinta, meskipun sesulit apapun rintangan yang harus orang itu hadapi untuk mendapatkannya," jawab Dexter mantap.

"Begitukah?"

Dexter mengangguk cepat. "Yah. Jadi Anda harus lebih semangat lagi mulai dari sekarang."

"Kalau begitu mari kita berdiskusi kembali. Aku tahu, binatang sialan itu pasti tak akan tinggal diam begitu saja."

"Ya, tuan."

...****************...

Tak terasa seminggu sudah berlalu begitu saja tanpa Gisel sadari. Bahkan sosok pria mesum berkacamata itu yang sesungguhnya Gisel tunggu. Tak pernah terlihat lagi batang hidungnya.

Yang membuat Gisel berpikiran macam-macam pada sosok Jean kemudian. Bisa saja, kan pria mesum berkacamata itu hanya bercanda kemarin? Dengan cara membisikkan kata-kata manis penuh cinta, yang membuat Gisel mabuk kepayang dibuatnya.

Yah, Gisel yakin jika kemarin Jean hanya sedang bergurau agar bisa mencuri ciuman pertama miliknya. Tidak salah lagi, pasti begitu. Terlebih lagi, Jean yang terlihat seperti seorang pemain handal. Dengan demikian, Gisel semakin yakin seyakinnya, jika kesimpulan yang dirinya buat itu benar.

Namun, mengapa? Ada salah satu bagian hatinya yang merasa kecewa jika hal itu hanya omong kosong? Masa iya, Gisel ...

"Astaga, kamu mikirin apa sih, Sel? Ayok, fokus dong fokus. Kerjaan kamu itu masih numpuk, nih. Ingat selalu, pertahankan yang bermanfaat dan buang yang nggak penting, termasuk si Jean itu. Fiks, nih kayaknya dia pakai Semar Mesem," ujar Gisel mencak-mencak.

Meskipun Gisel sudah sebisa mungkin untuk tidak memikirkan Jean. Tapi tetap saja, hal-hal tentang pria mesum berkacamata itu selalu saja muncul didalam pikirannya membentuk sebuah rekaman bernuansa hitam-putih yang sulit untuk dibuang, dalam ingatan.

Ah, Gisel jadi teringat dengan pertemuan pertama mereka berdua kembali. Bagaimana cerobohnya dia mengambil keputusan seenak jidatnya sendiri lalu meneriaki Jean didepan umum sebagai pria mesum. Jika diingat, itu benar-benar hal paling memalukan dalam hidupnya.

Tapi, Gisel tidak menduga jika karena hal itu. Dia justru terjerat dan semakin dekat dengan Jean.

"Hampir seminggu berlalu, dan dia tidak sekalipun mengabariku. Apa benar, ucapannya tempo hari yang lalu itu hanya kebohongan?" monolog Gisel yang kini terlihat seperti orang sedang putus cinta.

Itu tergambar jelas dalam ekspresi wajahnya yang terlihat kekurangan waktu tidur serta makan dengan teratur. Selain itu, Gisel juga sedari tadi berjalan mondar-mandir di area taman bermain, layaknya orang linglung.

Ini minggu kedua setelah Jean pergi. Dan setiap harinya, membuat Gisel semakin yakin jika kata-kata yang diberikan oleh si pria mesum berkacamata itu hanyalah candaan semata. Yah, mana mungkin orang sepertinya serius menyukai diri Gisel yang hobi marah-marah serta meneriaki hal memalukan padanya di depan umum, waktu itu.

Jika Gisel diposisi Jean juga, dia pasti akan membalaskan dendam, setelah merasa dipermalukan. Akan tetapi, apa harus dengan cara yang menyebalkan ini? Apalagi berurusan dengan hati. Bukankah, itu justru lebih menyakitkan?

Ditengah-tengah lamunannya itu, tiba-tiba Gisel merasakan sebuah rangkulan lembut dari belakang tubuhnya. Yang kontan saja membuatnya mematung ditempatnya berdiri.

Selain itu juga, Gisel juga merasakan terpaan hangat napas seseorang yang berembus tepat dibawah telinga kanannya.

"Maaf jika sudah membuatmu lama menunggu," bisiknya lirih hampir tak terdengar.

Gisel yang begitu mengenali suara tersebut, buru-buru membalikkan tubuhnya kebelakang. Yang membuat posisi mereka saling berhadapan sekarang. Kemudian, tanpa ampun. Kedua tangan wanita seksi itu, dirinya pukulkan tepat ke arah permukaan dada milik Jean, bertubi-tubi.

"Dasar jahat! Bisa-bisanya setelah merayuku kau pergi begitu saja tanpa kabar. Jahat! Ja-" ucapan Gisel seketika terhenti saat kedua tangannya tiba-tiba ditahan oleh Jean. Kemudian, pria itu tarik mendekat hingga membuat tubuh mereka berdua saling berbenturan dalam sekejap.

"Yah, aku memang jahat. Hingga rasanya, aku ingin memiliki dirimu seutuhnya, sampai tidak ada seorangpun pria yang berani untuk mendekati dirimu. Karena kau milikku."

Jean menatap kedua netra gelap milik Gisel serius serta tenang. Seolah-olah apa yang pria itu katakan benar apa adanya. Namun, buru-buru Gisel putuskan kontak mata mereka berdua itu dengan cara menoleh ke arah samping, saking gugupnya.

"A-aku tidak percaya. Bagaimanapun juga kau itu pria mesum berkacamata yang hobi sekali menghabiskan waktu satu malam dengan berbagai wanita. Jadi tidak menutup kemungkinan, jika aku juga bisa kau jadikan mangsa berikutnya," jelas Gisel yang membuat Jean tampak terkekeh ringan karenanya.

"Jadi kau sedang mengujiku, baik apa perlu kita pergi ke KUA saja sekarang, untuk melangsungkan pernikahan?"

Mata Gisel detik itu melotot lebar. Kemudian tanpa ampun lagi, dirinya kembali menghujami tubuh Jean dengan pukulan dipunggung.

"Kau benar-benar menyebalkan!"

Terpopuler

Comments

Loisa Marbun

Loisa Marbun

makasih jempol'y kk
napa ga up" thorr?

2023-11-22

2

Aisyah

Aisyah

Bner bner laki2 yg brtanggung jawab

2023-10-28

1

Aisyah

Aisyah

Patah dong giginy dexter klo gigit emas apa lg emas batangan

2023-10-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!