Buru-buru dia mengacak-acak isi koper abu-abu sedikit kecoklatan itu. Sayangnya nihil, Gisel benar-benar tak menemukan sisa-sisa pakaian miliknya, yang seolah-olah langsung raib begitu saja hanya dalam hitungan jam.
Padahal dia ingat dengan jelas, sudah membawa koper yang benar dan tak sekalipun merasa kalau kopernya tertukar dengan koper milik orang lain.
Tapi, mengapa bisa seperti ini?
"Huwe, lingerie edisi terbatasku. Padahal aku sengaja membelinya kemarin, dan berniat unboxing hari ini. Tapi malah ilang? Udah gitu harganya mahal banget lagi. Huwe!" tangis Gisel frustasi, mirip anak kecil yang kehilangan permen kesukaannya.
Akan tetapi, ditengah-tengah ratapannya itu tiba-tiba ponselnya yang berada di atas kasur berdering. Yang kontan saja, langsung Gisel angkat setelah melihat nama Maya tertera dilayar benda pintarnya itu.
'Halo, Sel. Ada apa? Kok tiba-tiba nelpon, udah gitu, panggilan tak terjawab dari lo banyak banget. Apa terjadi sesuatu dijalan selama lo pergi?' tanya Maya dari seberang telepon.
Gisel sendiri masih terisak pelan, seraya membuang ingusnya keras, ditisu yang dapat Maya dengar dari sambungan telepon mereka berdua.
'Lo nangis? Ada masalah apa sih? Coba cerita?' tanya Maya lagi makin panik.
Apalagi setelah dia mendengar suara tangisan Gisel yang makin menjadi-jadi. Maya jadi semakin penasaran dengan apa yang temannya itu alami.
'Ko-koper gue kayaknya ilang deh, May.' Gisel berucap yang membuat Maya mengernyitkan sebelah alisnya, yang tentunya tak dapat Gisel saksikan.
'Ilang gimana? Bukannya koper lo itu cuma satu-satunya yah, yang ada di Indo? Secara lo kan suka ngoleksi barang-barang limited edition.' Maya menyahuti dengan nada suara yang tak begitu percaya.
'Mana gue tahu. Dan yang paling buat gue kaget, pas ngebuka isinya.'
'Emang isinya apaan? Organ-organ manusia?' kata Maya, sengaja meledek.
'Heh, kalau itu mah gue langsung lapor polisi. Bukannya nelpon lo!' Gisel menyahut ketus.
'Iya deh, iya. Emang isinya apaan?' Lagi Maya bertanya dari seberang teleponnya.
Membuat Gisel menarik napas dalam-dalam untuk beberapa saat, sebelum mengatakan apa yang dia lihat didalam koper itu secara mendetail.
'Baju-baju cowok, boxer sama alat kontrasepsi.'
Maya yang mendengar penuturan Gisel ikutan kaget dong. Apalagi dia tahu, kalau Gisel itu jomblo akut, meskipun dia pernah bilang sendiri pada Maya kalau cuma nama Pak Ferdi, bosnya yang akan selalu dihati. Sebelum akhirnya sahabatnya itu menyerah secara sepihak, setelah dia tahu kalau bosnya sudah menikah diam-diam, dan baru mengadakan acara resepsi pernikahan kemarin.
Gisel patah hati, dan semenjak itu dia memilih untuk tidak membuka hati lagi. Katanya. Tapi kenapa tiba-tiba kopernya berisi pakaian pria semua? Wah, Maya jadi curiga. Masa sih, diam-diam Gisel main belakang dan merahasiakan semua ini dari dirinya?
'Lo nggak main belakang kan, Sel?' tanya Maya akhirnya.
Gisel yang mendengar pertanyaan itu langsung mengernyitkan sebelah alisnya. 'Main belakang gimana sih, May? Lo kan tahu sendiri, meskipun gue cantik dan seksi tapi gue belum pernah sekalipun pacaran sama cowok di dunia ini.'
'Iya juga, sih. Tapi kok gue masih nggak yakin, kalau lo belum pernah pacaran sama siapapun sampai detik ini.' Maya menyahuti dengan penuh kecurigaan.
Yang membuat Gisel mengembuskan napas jengah untuk beberapa saat. Kemudian memilih untuk mematikan sambungan teleponnya dengan Maya saat ada sebuah nomor tanpa nama tiba-tiba menghubungi dirinya.
'Halo?'
'Apa benar ini dengan Gisela?'
'Iya, ini dengan saya sendiri. Ada apa, yah?'
'Bisa bertemu sebentar? Saya kira koper kita berdua tidak sengaja tertukar saat di lift.'
Mendengar tentang koper. Kepala Gisel langsung mengangguk setuju. Kemudian dia langsung mengiyakan panggilan itu dengan cepat.
Beberapa waktu sebelumnya. Tepatnya di kamar hotel lain. Terlihat seorang pria berkacamata hitam yang tengah duduk di atas kasur seraya mengendurkan dasi yang terasa mencekik leher.
Tampak dia melepaskan semua jas dan pakaian yang melekat disekujur tubuhnya, sebelum akhirnya. Sosok itu berjalan menuju ke arah pintu kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi itu terbuka kembali. Dan memperlihatkan seorang pria yang hanya memakai handuk kecil sebatas pinggang dengan rambut yang masih setengah basah, setelah keramas.
Jean--panggil saja dirinya begitu. Seorang CEO dari perusahaan manufaktur yang sangat terkenal hampir disemua kalangan. Bahkan untuk para wanita malam sekalipun.
Dirinya begitu digilai oleh setiap orang hingga terkadang membuatnya merasa muak. Bukan, bukan karena dirinya kurang kasih sayang. Hidup sebagai satu-satunya pewaris tunggal dengan harta yang tak akan habis selama tujuh turunan. Membuat Jean merasa bosan juga.
Baginya hidup kaya dan bergelimang harta tanpa adanya kasih sayang yang tulus serta cinta. Membuat Jean merasa sangat kesepian hingga sering kali menghabiskan malam-malamnya yang dingin dengan berbagai macam wanita dari bar. Hanya untuk penghangat ranjangnya selama semalam.
Namun ketika pagi tiba, dia akan langsung mengusir mereka tanpa ampun. Seolah-olah waktu semalaman mereka bercumbu dan bergelut satu sama lain, itu hanya mimpi semu belaka.
Sosoknya yang dingin sekaligus tak tersentuh ini membuat Jean menjadi CEO paling ditakuti oleh segala macam pihak. Sayangnya, dibalik sorot matanya yang tajam dan sulit untuk ditebak itu, dia benar-benar membutuhkan kasih sayang yang begitu mendalam.
"CK, lingerie?!" decihnya seraya mengangkat sepotong benda berwarna merah terang yang sangat-sangat dia tahu apa.
"Aku tak menyangka akan ada drama konyol seperti ini. Kira-kira siapa wanita yang punya ide gila dengan menukar kopernya sendiri hanya untuk tidur satu malam denganku?" monolognya sendiri, seraya menatap ke arah set lingerie berwarna merah terang itu yang masih memiliki bandrol harga.
"Ah, sialan ini benar-benar keterlaluan dan mengotori mataku."
Jean hampir membuang benda itu, namun matanya teralihkan pada sepucuk note yang tak sengaja jatuh di atas tumpukan pakaian wanita dalam koper.
'Semoga saja, dalam perjalanan bisnis ini aku segera menemukan jodohku.'
~Gisela
Tanpa sadar, sudut bibir Jean tampak tertarik sedikit ke atas hingga membuat sebuah lengkungan yang sangat tipis di wajahnya.
"Menarik, dia bahkan meninggalkan nomer teleponnya di sini."
Kembali ke waktu semula. Saat dimana Gisel sudah menunggu seseorang yang tadi menelponnya dan mengatakan jika koper mereka tidak sengaja tertukar saat berada didalam lift.
Gisel pun menunggu sosok itu di lobi hotel, dengan memakai kembali pakaian yang tadi siang dia pakai untuk datang ke tempat ini. Tentunya sedikit harap-harap cemas.
Jujur, dia memikirkan nasib set limited edition lingerie-nya. Karena jika hilang, Gisel akan merasa sangat rugi sekali. Terlebih lagi harganya begitu mahal. Kan, sayang gajinya selama ini.
Sampai beberapa menit kemudian, sosok yang Gisel tunggu akhirnya muncul juga. Yakni, seorang pria yang mengenakan setelan santai berupa kaos putih yang terlihat pas di tubuh dengan celana bahan yang sangat cocok dipadukan. Namun, begitu Gisel ingat. Mata wanita itu langsung membulat lucu setelah teringat kejadian saat di lift tadi siang. Apalagi, dirinya sempat meneriaki kalau pria itu mesum. Lagi-lagi hal itu membuatnya ingin menghilang dari tempat itu sekarang juga.
"Ya ampun, takdir macam apa ini?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Aisyah
Gk ush sok deh klo maenny udh celap celup sana sini 😤😤😤😤
2023-10-15
1
Aisyah
PD sekali anda tuan jean 🙄🙄🙄
2023-10-15
1