Mau Sempolan?

Gisel lagi-lagi tak bisa melupakan ucapan pria mesum berkacamata itu kembali. Meskipun semalam mereka berdua begitu dekat, tapi tidak ada hal apapun yang terjadi berikutnya.

Yah, itu karena selama perjalanan pulang. Gisel memutuskan untuk tutup mulut. Wanita seksi itu bahkan memilih memiringkan kepala ke arah jendela mobil, seraya mengamati pemandangan jalanan luar yang dihiasi lampu kelap-kelip.

Meskipun terlihat mengacuhkan, tapi melihat respon pria mesum berkacamata itu yang memilih untuk ikut diam. Membuat Gisel berpikir jika hal yang diucapkan pria itu hanya rayuan semata. Eits, bagaimana pun juga seorang pria tetaplah pria. Layaknya seekor kucing rumahan, yang diam-diam mengincar ikan goreng di atas piring, untuk diserbu saat pemiliknya lengah.

Jadi, Gisel tidak begitu ambil pusing. Walaupun kata-kata pria itu selalu menghantui pikiran.

"Sel, kok lo baru kelihatan? Kemarin, kemana aja?" tanya Maya langsung menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.

Gisel yang sedikit terkejut dengan kemunculan sahabatnya itu, buru-buru menarik napas panjang sebelum menjawabnya asal. "Diculik."

Lucunya, ekspresi Maya yang semula datar, berubah syok seketika. Saking syoknya, dia bahkan membulatkan mata ke arah Gisel, seraya mencengkeram kedua bahu wanita seksi itu kencang.

"Ah, yang bener lo?!"

"Emang muka gue, muka-muka penipu? Ya, seriuslah."

Tapi Maya tetaplah Maya. Alih-alih langsung percaya, janda dua anak itu malah menatap wajah Gisel dengan mata menyipit, curiga.

"Emang ada, cowok waras yang mau nyulik, lo? Orang gebet Pak Ferdi aja, noob!" sindir Maya makjleb, sembari tersenyum remeh.

'Sialan!' batin Gisel.

Karena terbawa emosi, Gisel pun tanpa sadar mengatakan pada Maya jika dia memiliki seorang pacar. Yang tentunya lebih tampan dan kaya daripada Bos mereka.

"Gue punya kok, lo mau liat?" ucap Gisel asal yang akan dirinya sesali pada nantinya.

Tersenyum, Maya lantas menepuk pundak Gisel penuh semangat. "Mau dong. Emang kapan, lo mau ajak gue ketemu sama dia?"

"Besok sore, di cafe biasa. Oke."

"Sip. Awas aja kalau sampai lo bohong, gue bakal bilang ke anak-anak kantor, kalau lo belum bisa move on dari Pak Ferdi."

Dan begitulah percakapan Gisel dan Maya sebelum sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Sorenya, penyesalan itupun tiba. Entah sudah berapa kali, Gisel mengacak-acak ujung rambutnya sendiri sampai kusut di depan layar laptop. Tentunya itu bukanlah hal yang disebabkan oleh tumpukan berkas yang menggunung di atas meja kerjanya. Melainkan, tentang janjinya pada Maya, tadi siang.

"Gisel bodoh!" makinya pada diri sendiri.

"Lo, kan jomblo! Kenapa harus bilang ke si Plat R kalau punya pacar? Parahnya lagi lebih ganteng dan kaya daripada Pak Ferdi? Sadar atuh Sel, sadar. Emangnya ada?" monolognya lagi, makin menjadi-jadi.

Beberapa orang yang melihat tingkah Gisel begitu, hanya tersenyum tipis. Mau bagaimana juga, itu karena tampang Gisel sekarang benar-benar acak-acakan. Seolah-olah baru saja dilanda badai depresi kehidupan yang amat sangat parah.

"Au ah, pusing! Mending pulang terus cari makan."

Tak berselang lama, wanita seksi itupun mengemasi semua barang-barangnya yang masih tergeletak di atas meja.

Sekitar lima belas menit kemudian, Gisel sudah berada di depan kedai sempolan. Sebenarnya letak kantor tempatnya bekerja dan kedai jajanan zaman SD itu tidak jauh. Mungkin perlu sepuluh sampai dua puluh langkah untuk sampai.

Di sana dia membeli seporsi Sempolan dan juga milk tea. Hanya saja saat Gisel akan membayar belanjaannya, ekor matanya tak sengaja menangkap satu siluet yang cukup familiar. Yakni, sosok yang sangat-sangat Gisel kenali, bahkan hanya dengan melihat bagian punggung belakangnya saja.

Rupanya sosok itu adalah Jean. Si pria mesum berkacamata yang semalam sempat Gisel abaikan. Ah, kalau diingat-ingat kejadian semalam cukup akward juga. Apalagi saat keduanya memilih untuk tidak saling bicara sampai Gisel kembali ke rumahnya.

Jujur, itu benar-benar pengalaman yang buruk.

Disaat Gisel terpaku untuk beberapa saat karena sibuk mengamati Jean. Pria itu tiba-tiba menolehkan kepalanya ke arah samping, yang kontan saja membuat Gisel terlonjak ditempatnya berdiri.

"Ya tuhan, dia tidak melihatku juga, kan? Aish!" cicitnya, seraya berbalik badan. Lalu menjadikan kresek berisi sempolan itu sebagai penutup wajahnya.

"Mba silakan, ini kembaliannya." Pelayan kedai berujar yang langsung mendapatkan plototan gratis dari Gisel detik itu juga. Reflek cepat, karena takut ketahuan.

"Ambil aja, buat kamu!" balasnya nggegas yang rupanya dilihat Jean dari jauh.

Terlihat senyuman tipis menghiasi sudut bibir pria itu. Membuat Dexter yang tak sengaja melihatnya, sempat terpaku beberapa saat. Bukan, bukan karena dirinya jatuh hati pada pesona sang tuan. Tapi, karena tuannya jarang sekali tersenyum, malahan tidak pernah sekalipun sebelumnya.

"Anda tersenyum?" ceplosnya tanpa sadar yang membuat Jean langsung melirik sinis ke arahnya.

"Tangkap ini!" titah Jean sembari melemparkan sebuah kunci mobil pada Dexter.

Tanpa menunggu waktu, Dexter pun menangkap kunci yang tadi Jean lempar, dengan cekatan. Hanya saja, setelah kunci itu berhasil dia genggam, sang tuan sudah berbalik arah dan berjalan pergi.

"Tuan, Anda mau kemana? Ruang pertemuannya di sana? Bukan ke arah kedai camilan."

Sayangnya, teriakan dari Dexter tidak Jean gubris. Alih-alih berbalik dan menjawab. Pria itu malah melambaikan tangannya santai ke udara, seolah-olah mengucapkan selamat tinggal lewat isyarat.

Gisel yang masih menutupi separuh bagian wajahnya dengan kresek sempolan dan ditatap pelayan kedai hanya bisa tertawa hambar. Lagi pula, mau mengelak juga, dia sudah terlihat begitu aneh. Jadi lebih baik, Gisel berpura-pura seolah tak terjadi apapun, supaya tingkat malunya sedikit menurun.

Setelah dirasa, tak ada yang memerhatikan dirinya. Gisel pun memutuskan untuk berbalik kembali, seraya mengamati keadaan sekitar. Bisa dibilang, dia mau memastikan jika pria mesum berkacamata itu sudah tak ada lagi ditempatnya berdiri.

Dan nihil, sosok pria itu yang tadinya Gisel lihat berdiri di dekat lampu lalulintas seberang jalan, sudah tak nampak lagi batang hidungnya. Untuk sesaat itu membuat Gisel merasa lega. Karena dirinya sempat berpikir jika pria mesum berkacamata itu telah pergi.

"Yah, sepertinya dia sudah pergi. Ah, syukurlah dia tidak melihat-"

"Lihat siapa?" tanya seseorang tepat dibelakang tubuh Gisel dan membuat wanita seksi itu terlonjak kaget.

Detik itu juga, Gisel membalikkan badannya dan melihat orang yang paling ingin dia hindari. Justru berdiri tepat di depannya dengan senyuman manis yang malah terlihat horor baginya.

"Hai!" sapa Jean lembut.

Yang buru-buru Gisel balas untuk meredakan tingkat kegugupan serta ekspresi terkejutnya, beberapa saat yang lalu.

"Oh yah, hai. Mau sempolan?" ucapnya tanpa sadar yang segera Gisel rutuki detik itu juga.

Terpopuler

Comments

💞 NYAK ZEE 💞

💞 NYAK ZEE 💞

🤣🤣🤣🤣🤣 kalau yg waras sih ngak ada may...... tapi kalau yg setengah sih banyak......🤭

2023-10-22

3

Aisyah

Aisyah

Salting ap bngung km sel

2023-10-20

1

Aisyah

Aisyah

Lucu bangt km sel, gmn rasanya d kjr risih ap baper

2023-10-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!