Torehan Luka

Melihat pria tua itu yang tak bisa lagi membantah ucapannya. Membuat Jean memilih untuk berbalik arah, dan berjalan menuju pintu keluar kembali. Hingga langkah kakinya harus dihentikan lagi oleh perkataan sang ayah yang tiba-tiba mengancam dirinya balik.

"Jika kau berani melangkah keluar tanpa seizin ku, aku akan mencoret namamu dari kartu keluarga. Bahkan akan kupastikan kau tidak mendapat satu peserpun harta yang kupunya!" serunya lantang yang hanya Jean balas dengan lambaian tangan santai.

"Ya silakan saja, toh aku tak membutuhkan hartamu Pak tua."

...****************...

"Apa Anda serius dengan ucapan Anda barusan? Tuan! Anda harus ingat, sebagian besar bisnis yang tuan jalankan itu milik Tuan besar."

Entah sudah berapa lama Dexter tak berhenti mengoceh perihal bisnis. Memang benar, sebagian besar bisnis yang Jean urus itu, milik ayahnya. Mungkin hampir 80%, Jean yang mengurus dan sisanya dilakukan sang ayah dibalik layar.

Tapi, setelah kebijakan itu dicabut, apakah Jean bisa memiliki kuasa lagi? Apakah pria itu bisa menjadi satu-satunya orang yang paling ditakuti karena memuncaki rantai makanan seperti dulu? Ah, membayangkannya saja sudah membuat Dexter gemetar.

Dia benar-benar tak tega, jika harus melihat tuannya terpuruk lagi seperti dulu. Bagaimana sulitnya, hanya untuk menjalani kehidupan selama sehari yang penuh dengan siksaan itu. Mungkin jika Dexter ada diposisi tuannya, dia memilih untuk mengakhiri hidupnya sejak lama daripada hidup tersiksa di dunia yang kejam ini. Yah, begitu. Meskipun terlihat otaknya begitu dangkal jika mengandalkan kematian sebagai satu-satunya jalan pintas. Tapi Dexter tak perduli.

"Lalu?"

Lagi-lagi Jean membalas ucapan Dexter tanpa beban, seolah-olah ini bukanlah hal yang perlu diresahkan. Jelas saja itu membuat Dexter geleng-geleng kepala, seraya menatap tuannya itu tak percaya.

"Anda benar-benar orang tersantai yang pernah saya temui. Saya heran, bagaimana bisa ekspresi wajah Anda tetap tenang, meskipun Anda tahu jika sebentar lagi semua yang Anda miliki akan lenyap dalam sekejap. Entah itu wibawa, kerja keras bahkan harta yang Anda kumpulkan dengan susah payah. Satu lagi, saya juga masih bertanya-tanya sampai detik ini. Tentang rumor maupun skandal yang sering Anda lakukan dengan banyak wanita. Seolah-olah Anda itu pria terburuk yang memiliki hobi bergonta-ganti pasangan hanya untuk menikmati waktu satu malam. Padahal saya tahu jika Anda tak pernah sekalipun bermain, ataupun menyentuh para wanita itu, seujung kuku pun," ungkap Dexter panjang-lebar, menjelaskan semua hal yang selama ini diam-diam pria itu amati.

Itu karena Dexter lah, orang yang sering Jean suruh untuk membuat rumor maupun skandal buruk tentang dirinya. Entah soal sex bebas, pesta miras, maupun bandar mafia obat-obatan terlarang, serta pembunuhan pada rival bisnis untuk membuat semua orang mencap jika Jean itu benar-benar pria paling buruk serta kejam di dunia ini.

"Apakah semua itu Anda lakukan dengan sengaja atau memang ada hal yang Anda sembunyikan selama ini?" tanya Dexter lagi, makin menuntut.

Hanya saja, Jean terlihat enggan untuk memberikan komentar. Itu terlihat dari sikapnya yang lebih banyak diam seraya menatap ke arah luar jendela mobil, tatkala rintik demi rintik air hujan mulai turun menghujami bumi. Baginya, pemandangan diluar begitu menarik daripada menanggapi pertanyaan dari mulut Dexter yang hari ini sangat cerewet. Dan jujur saja, itu membuat Jean merasa kesal.

"Jika kau bertanya lagi, aku tak segan untuk memotong lidahmu. Jadi berhentilah bersikap menyebalkan selama aku menikmati aroma petrichor yang menenangkan ini." Jean berucap tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya pada Dexter, dengan kedua mata yang kali ini terlihat terpejam erat.

Meskipun tampak dari luar, jika Jean terlihat seperti sedang terlelap tenang. Tapi tak ada yang tahu, jika Jean hanya pura-pura melakukan itu.

Bukan, bukan karena dirinya takut ataupun merasa cemas tentang hak kuasanya yang akan dicabut oleh sang Ayah. Atau wibawanya yang sudah dia dapatkan dengan susah payah yang akan hilang sebentar lagi. Jean sebenarnya tak memedulikan semua itu. Kecuali satu hal, yakni tentang dendam yang harus dia balaskan secepatnya pada sang ayah serta orang-orang dibalik kuasa si sampah itu.

Mau bagaimana pun juga, torehan luka yang selama ini Jean pendam sudah menjadi kebencian yang begitu menumpuk, hingga membuatnya menjadi sosok yang kejam serta tak tersentuh. Saking kejamnya, Jean bisa menghabisi siapapun tanpa ampun, jika mereka berani menghalangi jalannya. Ah, dia jadi ingat bagaimana dulu ayahnya memperlakukan dirinya seperti seonggok daging yang tak berguna.

Bagaimana hari-hari yang kelam dan dingin itu, menjadi satu-satunya semangat untuk mendorong Jean tumbuh menjadi pria yang kuat serta memiliki nilai di masa depan. Serta bagaimana beratnya setiap detik bahkan menit yang harus dia lalui dalam sehari kehidupannya.

Hingga, tiba hari dimana kejadian yang paling tragis itu terjadi. Sebuah hari dimana, dirinya dipukuli habis-habisan menggunakan stik golf, sampai rasanya kematian itu tergambar jelas didepan matanya. Sebuah hari, dimana suara jeritannya hampir tak dapat lagi terdengar, karena begitu sakitnya luka yang dirinya derita.

Dan satu-satunya yang dapat menghentikan siksaan itu adalah sang ibu tercinta. Satu-satunya cahaya kecil yang Jean punya, sekaligus semangat hidup dalam kehidupannya. Orang yang paling dia cintai dan juga kasihi.

Namun, cahayanya itu direnggut habis oleh binatang itu! Seekor binatang dalam wujud manusia dan bernamakan ayah.

Jean kecil hanya bisa menangis saat dunia yang dia miliki makin mengelap hingga hanya tersisa hitam. Tak ada putih ataupun apapun. Karena semua warna cerah dalam kehidupannya telah hilang bersamaan dengan cahaya kecilnya yang telah sirna itu. Meskipun berkali-kali dirinya meraung, tapi tak ada satupun yang berusaha membantunya untuk bangun. Tak ada satupun orang di kediaman yang besar dan dingin itu yang memedulikannya. Hingga Jean kecil berubah menjadi remaja yang lama-kelamaan bisa diandalkan kemudian dimanfaatkan. Sejak saat itulah, Jean merubah pola pikirnya. Tidak, tapi dia merubah semuanya. Dari hal yang paling dirinya benci, sampai sesuatu yang ayahnya sukai. Yakni, kekuasaan dan wanita.

Maka, Jean mulai membuat rumor-rumor buruk itu. Dan tentunya, tujuan utama dari hal itu untuk menjatuhkan reputasi keluarga besar sang ayah dimuka umum.

"Dexter!" panggil Jean yang membuat Dexter tiba-tiba menolehkan kepala kearahnya.

"Ya, tuan?"

"Sepertinya kau lupa dengan satu hal, jika kekuasaan yang diberikan oleh binatang itu tidak ada apa-apa dengan kekuatan yang aku miliki. Jadi, diamlah serta amati bagaimana aku menghancurkan binatang sialan itu sedikit-demi sedikit."

Terpopuler

Comments

Aisyah

Aisyah

Bantai habis bapakmu itu jean jngn tersisa, musnahin tuh tua bangka, bkin emosi aja tuh manusia, dasar maniak 😠😠😠😠

2023-10-26

2

💞 NYAK ZEE 💞

💞 NYAK ZEE 💞

ayah u benar2 sakit Jean ......
sakit jiwa......

2023-10-26

1

💞 NYAK ZEE 💞

💞 NYAK ZEE 💞

bener tuh maksudnya apa coba......
bawa sarung tinju kesana kemari kalau ngak buat main..... dan bukan sales modnok juga .....

2023-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!