"Bener kata papa kalo gue memang anak sial."
Benak Nasya berteriak jika dirinya anak sial yang memang benar-benar pembawa sial. Dengan adanya Nasya di hidup seseorang maka orang tersebut pasti sial. Seperti contohnya saat Nasya berumur tujuh tahun di mana pada waktu itu ibunya membelikan Nasya permen kapas kesukaannya dan berujung menghembuskan napas terakhirnya. Benak Nasya di paksa mengingat kembali tragedi kematian ibunya.
"Mamah! Nasya, mau permen kapas." Gadis kecil dengan manik biru yang berbinar menunjuk ke arah penjual permen kapas.
"Nasya, kamu saja belum menghabiskan makanan kamu." Aurelia --- mama Nasya berkata begitu lembut pada anak bungsunya. Pasalnya makanan Nasya masih sangat banyak dan itu bisa berujung mubazir jika Nasya terus menerus membeli jajan.
"Tapi Nasya, suka permen kapas." Manik biru laut yang berbinar kian memburam.
Aurelia menghela napas panjang. Putri bungsunya selalu begitu jika tidak di turuti maka jurus andalannya adalah menangis.
"Baiklah, baiklah, mama akan membelikan mu permen kapas." Kakinya yang bersila terpaksa berdiri tegak.
Dia tidak rela jika manik serupa miliknya menangis hanya karena tidak mendapatkan apa yang di inginkan.
"Yeyy Nasya, sayang mama." Nasya kecil memeluk paha ibunya. Aurelia mengelus lembut buku kepala hitam legam Nasya. Kasih sayangnya pada putri bungsunya begitu besar sampai-sampai dia rela melakukan apa saja demi anaknya.
"Sayang, kamu mau kemana?" Pandangan Aren teralihkan saat istrinya berdiri. Tasya yang di pangkuan Aren juga ikut memandangi ibunya dengan tanda tanya.
"Aku mau belikan Nasya, permen kapas mas," balas Aurelia. "Kalo gitu aku pamit dulu mas," pamitnya lalu pergi menuju penjual permen kapas di ikuti dengan Nasya yang di depannya.
"Mama, cepetan! Nasya, nggak sabar." Nasya berbalik mengamati ibunya yang di belakang. Gadis itu sudah sampai lebih dulu di tempat penjual permen kapas.
"Nasya, mau permen kapas bentuk hati!!" teriak Nasya pada penjual permen kapas seraya meniru bentuk hati denhan jarinya.
"Nasya!" Ibunya datang dengan napas terengah-engah. "Kenapa, mama di tinggal?"
"Mama lama jadinya Nasya, tinggal." Gadis kecil itu mengambil permen kapas dari penjual tersebut. Setelahnya berlarian meninggalkan mamanya yang membayar permen kapas Nasya.
"Mama, buruan!" Nasya sudah sangat tidak sabar untuk memakan permen kapas bentuk hati ini. Nasya begitu excited untuk memakan permen kapas ini.
Melihat langkah lamban ibunya, Nasya jadi tidak sabaran. "Tau, ah Nasya, duluan aja."
Gadis kecil dengan satu permen kapas di tangannya itu berlari cepat menuju taman tempat di mana sang ayah dan kakaknya duduk. tanpa dia memastikan dari arah sebrang sana ada sebuah mobil pribadi yang melaju kencang ke arahnya.
"Nasya! awas!!!"
Tit! Tit!
Brugh!
Tubuh Nasya terpelanting ke rerumputan, menimbulkan luka gores di kepalanya. Permen kapas di genggamannya juga terlontar jauh ke depannya.
"Aurelia!!!" Teriak Aren menghampiri tubuh Aurelia yang kini di penuhi dengan lautan darah.
"Mama!!" Tasya kecil berteriak dengan air mata yang menyirami pipinya.
Ya, Aurelia menyelamatkan Nasya dari mautnya. Membiarkan dirinya yang terhantam mobil. Mirisnya lagi mobil itu langsung kabur tanpa mau menanggung jawapi korbannya.
Aren segera membawa Tasya ke dalam gendongannya tidak akan membiarkan gadis kecil itu melihat hal yang amat mengerikan.
"Pa...pah, Mama kenapa, pah? Mama nggak meninggal, 'kan?" Gadis kecil itu menangis histeris di dalam pelukan Aren.
"Ssttt, jangan ngomong gitu." Mati-matian pria berkepala tiga itu menahan tangisnya yang akan keluar. Aren merupakan tipe pria yang sangat jarang mengeluarkan air matanya, tapi kali ini untuk pertama kalinya dia mengeluarkan cairan dari matanya. Cairan yang sangat dia benci.
Mendengar suara ribut-ribut dari belakangnya, Nasya segera bangun dari tempatnya. Gadis itu langsung menghampiri kerumunan di jalan tempat dia membeli permen kapas.
Debaran jantungnya kian berdetak dua kali lipat. Ada perasaan tak enak menyentuh relungnya. Apa lagi saat mendengar tangis seseorang yang begitu familiar. Dengan gerakan cepat Nasya kecil menerobos masuk ke dalam kerumunan itu.
Dan.... Di sana lah dia melihat suatu kejadian yang sangat, sangat, di luar dugaan. Kejadian yang akan membuat Nasya mengingat bagaimana akhir dari kebahagiaannya.
Dengan tangan bergetar hebat dan tangis miris tak tertahan lagi, Nasya segera menjatuhkan tubuhnya ke aspal yang di penuhi oleh lautan darah anyir dan seorang perempuan muda yang tergeletak mengenaskan di sana.
"Mama!!!" Teriak Nasya. "Mama, jangan tinggalin Nasya, mah!" Nasya memeluk erat badan ibunya yang di penuhi dengan darah segar. Butiran bening semakin gencar mengeluarkan cairannya.
"Mama, bangun mah Nasya, masih butuh mama. Nasya, masih pengen lama-lama sama mama!!" Nasya menangis sejadi-jadinya dia tidak pernah menyangka jika ibunya akan pergi secepat itu.
Jika saja Nasya kecil tau ibunya akan pergi karena ingin membelikannya permen kapas, maka lebih baik Nasya melupakan keinginannya itu. Lebih baik Nasya tidak usah makan permen kapas jika berakhir kematian ibunya.
"Mah...." Panggilnya lirih. "Mamah, jangan pergi sendirian. Mamah nggak boleh ninggalin Nasya! Mama nggak boleh pergi tanpa seizin Nasya."
Nasya seolah menolak sadar jika sang ibu sudah meninggal. Dia harap ini adalah mimpi. Mimpi buruk yang ingin membawa Nasya terbangun untuk sadar dan Kembali menyaksikan senyum se hangat mentari pagi.
"Mamah...."
Dan sejak saat itulah Nasya di perlakukan tidak selayaknya. Dia di benci karna di anggap sudah membunuh ibunya. Nasya di acuhkan, Nasya di abaikan, Nasya bahkan di perlakukan layaknya hewan peliharaan. Dia hanya di beri makan satu kali dalam sehari. Nasya di kurung di gudang tua nan usang.
Padahal jika Nasya bisa memilih, lebih baik Nasya yang berada di posisi sang ibu. Lebih baik Nasya mati mengenaskan dan di kenang dari pada hidup sengsara dan di lupakan.
"Gue memang benar-benar bawa sial." Pandangannya tertunduk ke bawah. Membiarkan genangan air jatuh di jalan. Tangisnya pecah ketika kembali mengingat tragedi menyakitkan yang merenggut nyawa ibunya.
"Harusnya mama, nggak perlu tolong Nasya, harusnya mama biarin Nasya, mati."
Nasya kehilangan dunianya, surganya dan kebahagiaannya. Bagaimana bisa seorang anak hidup tanpa adanya figur ibu di dalam kehidupan anak. Pasti mereka akan kekurangan kasih sayang seorang ibu. Rumah mereka akan terasa hampa bahkan terlihat mati jika sang ibu tidak ada. Dunia mereka akan berantakan jika figur ibu tidak ada. Karna ibu itu segala-galanya bagi anak.
Lain halnya jika figur ayah yang tidak ada. Mereka memang kurang kasih sayang dari sosok ayah, tapi mereka masih bisa merasakan kasih sayang itu dari sang ibu. Mereka akan di perhatikan 24/7 oleh sang ibu.
meskipun begitu figur seorang ayah dan ibu sangatlah di butuhkan bagi seorang anak. Mereka harus bisa merasakan indahnya keluarga agar saat besar nanti mereka bisa menciptakan rumah yang damainya seperti rumah mereka.
"Kalo gue bundir dosa nggak, 'ya?" Monolognya pada diri sendiri. Sudah sejak lama Nasya memikirkan ide gila ini tapi dia masih memikirkan semuanya. Masih banyak yang harus dia lakukan agar sang ibu tidak kecewa karna membuat suami tercintanya bersedih hati.
"Apa gue ke bar aja, 'ya?" Benak Nasya traveling ke mana-mana sibuk memikirkan hal apa yang sebaiknya dia lakukan agar menenangkan pikirannya.
"Kayaknya yang ini bahaya." Nasya menggeleng kepalanya. Ini adalah ide buruk. Nasya masih trauma jika bertemu pria-pria berwajah preman.
Tit! Tit!
Sebuah mobil truk melaju kencang dari arah sebrang terus membunyikan klakson yang amat memekakkan. Nasya yang terganggu kian mengalihkan pandangannya ke samping tanpa sadar dia sudah berjalan di tengah-tengah jalan raya di saat lampu traffic light berwarna hijau.
Kepalanya berdenyut sakit, dia merasa dejavu dengan kejadian ini. Kilasan teriakan ibunya menggema di kepalanya.
"Nasya! Awas!!"
Darah anyir sang ibu bahkan masih tercium pekat di hidungnya. Nasya menarik rambutnya. Dunia seakan berputar-putar. Klakson mobil mengalahkan bisingnya kepala Nasya. Dia bingung harus bagaimana kilasan tragedi masa lalu menghantuinya.
Hingga....
Brugh!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments