Hati Suamiku Milik Wanita Lain
Ali Zein Ibrahim, pria 28 tahun itu kini tengah duduk menyendiri di balkon kamarnya. Beberapa puntung rokok sudah ia habiskan, ditambah lagi dengan dua gelas kopi hitam pahitnya yang semakin memperjelas suasana hatinya kini.
Ditinggal menikah? Tentu rasanya akan lebih sakit daripada ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, kan? Hmm, mungkin saat ini dia tengah memerankan lakon sebagai orang yang paling tersakiti di dunia ini. Drama ikan terbang lewat deh kayaknya. Sabar Li, ini ujian.
Ali, biasa ia disapa akan kembali menyesap lintingan tembakaunya, saat tiba-tiba sang ayah sudah berdiri di sampingnya kini.
"Sampai kapan kamu seperti ini Li? Annisa sudah lebih dua tahun lho menjadi istri orang. Ya, walaupun sampai saat ini mereka belum juga dikaruniai keturunan, akan tetapi mereka terlihat sangat bahagia."
Begitulah kalimat yang sering kali digaungkan oleh sang ayah terhadap putra sulungnya ini.
"Sampai jodoh Ali datang Yah," jawabnya, lalu berniat pergi meninggalkan sang ayah.
"Sampai Annisa udah punya cucu, iya?" ucap sang ayah seraya mencekal tangan Ali yang berniat pergi.
"Sampai Allah bilang, inilah saatnya ,Yah."
"Kamu itu laki-laki Li. Jodohmu itu dijemput bukan ditunggu! Memangnya ada wanita melamar pria?" protes sang ayah tak terima.
Ali menghela nafasnya panjang untuk kemudian ia hembuskan perlahan. "Ya, nggak gitu juga konsepnya Yah. Intinya sabar ajalah!"
"Kalau Ayah udah nggak ada, baru kamu akan mengerti artinya kesabaran Ayah ini, Li."
Ali terhenyak mendengar ucapan ayahnya.
"Kenapa dalam banget sih?" tanyanya bingung dalam hati. "Ayah ngomong apa? Ali pasti akan menikah Yah, dan Ayah akan ada di sampingku saat hari itu tiba!" pekiknya saat sang ayah melangkah keluar meninggalkannya.
Ali kembali duduk terpekur di kursinya. Ucapan sang ayah jelas tak bisa ia anggap hal main-main dan remeh temeh. Pikiran-pikiran buruk itu segera saja hadir dan terus berputar di ingatannya. Saat pikirannya sedang berkecamuk berat dengan semua kegalauannya, tiba-tiba saja Ali mendengar suara teriakan dari arah kamar orang tuanya.
"Ayah!"
Ali berlari secepat mungkin demi mendengar suara teriakkan ibunya. Ali terkejut saat membuka pintu kamar kedua orang tuanya, sang ayah sudah terbaring diam dalam pangkuan ibunya yang terus saja memanggil dan mengguncang tubuh suaminya itu.
"Ayah kenapa Mi?" tanyanya dengan ikut berjongkok di samping ibunya. Sang ibu hanya menangis tanpa menjawab tanya Ali.
Ali segera membopong tubuh ayahnya dan kini mereka sudah ada di dalam mobil milik Ali.
Ali mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan maksimum. Ia bahkan sudah tidak menghiraukan tepukan berkali-kali di bahunya dari sang ibu.
"Istighfar Li, istighfar," ucap sang ibu diantara suara isak tangisnya.
Mereka sudah tiba di rumah sakit. Noah Ibrahim segera dibawa menggunakan brankar menuju ruangan gawat darurat oleh beberapa perawat laki-laki di rumah sakit tersebut.
"Emm." Terdengar suara erangan dari bibir Noah Ibrahim. Ali segera mendongakkan kepalanya saat mendengar suara erangan sang ayah.
"Ayah," ucapnya dengan membantu sang ayah untuk lebih nyaman lagi pada posisi berbaringnya.
"Menikahlah, Ly! Sebelum Ayah benar-benar pergi," pintanya dengan suara lemah dan tatapan mata sendu. Namun, seutas senyum berhasil ia tampilkan di antara keriput di wajahnya.
Ali menengadah, menarik panjang nafasnya untuk kemudian ia hembuskan perlahan. Sungguh ini terlalu berat dan bahkan semakin berat.
"Ali mohon, jangan bahas masalah ini dulu Yah! Kesehatan Ayah tidak sedang baik-baik saja," ucap Ali seraya menggenggam tangan sang ayah, berharap agar ayahnya tidak melanjutkan kata-kata keramatnya itu. Namun, Noah Ibrahim justru melepas genggaman tangan Ali untuk kemudian membuang wajahnya tak lagi melihat putra sulungnya itu.
"Pulanglah! Temukan jawaban lewat istikharahmu. Jangan temui Ayah, sebelum kautemukan wanita yang akan menjadi tulang rusukmu!" ucap Noah dengan mengibaskan satu tangannya, meminta agar Ali segera keluar.
Ali menunduk pasrah mendapat penolakan juga pengusiran dari sang ayah, dia segera melangkah keluar dengan langkah gontai tak bersemangat. Saat dia sangat mengkhawatirkan keadaan ayahnya, akan tetapi sang ayah justru memaksanya untuk segera mengakhiri masa lajangnya.
"Semoga kamu segera bisa mewujudkan keinginan ayahmu, Li. Pulanglah!" ucap sang ibu sebelum Ali benar-benar keluar dari ruangan tersebut.
*
*
Di kediaman Ali Zein Ibrahim.
Setelah melaksanakan sholat sunnah istikharah, Ali tertidur di samping sajadah panjangnya. Tak ada nama wanita yang menjadi pilihan dalam doanya, karena memang dia tidak sedang mencintai siapa pun. Dalam hatinya memang masih tersisa setitik rasa untuk cinta pertamanya, Annisa Alfahri. Namun, jelas Annisa sudah terlarang untuk dirinya.
Ali terbangun saat mendengar suara wanita yang sepertinya sengaja menabrakkan tubuhnya kepada Ali. Namun, saat ia membuka matanya tak ada siapa pun di sini, dan dia masih pada posisinya tadi.
"Kok bisa sih gadis badas seperti itu hadir dalam mimpiku? Bahkan aku tidur dalam keadaan bersih," gumamnya, tanpa memedulikan makna dari mimpi setengah nyatanya barusan.
Ponsel Ali berdering. Tampaklah nama sang ibu di layar ponselnya.
"Ada apa Mi?"
"Ayah kritis lagi, Li. Segeralah ke rumah sakit!"
Ali segera memacu kencang kendaraannya. Kali ini ia memilih kuda besi, karena ia tahu jalanan akan lebih daripada parah macetnya di jam sibuk seperti sekarang ini.
Tiiiddd!
Hampir saja Ali menabrak seorang wanita yang juga berlari kencang kearahnya. Entah,apa tujuannya? Namun, nyatanya Ali harus ikut menjeda perjalannya yang sangat terburu-buru dan emergency ini.
Ponselnya terus berdering, dia yakin bahwa itu adalah panggilan dari ibunya. Namun, fokus Ali kini tertuju pada tiga pria berbadan kekar dengan pakaian serba hitam yang kini berjalan cepat kearahnya. Pandangan matanya kemudian beralih pada gadis cantik yang mengenakan beberapa tindik di telinganya.
Gadis itu tampak kepayahan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Tolongin saya dong Pak! Sekali ini aja. Saya janji akan menuruti semua permintaan Bapak," ucapnya dengan suara cepat dan wajah memelasnya.
Ali tercengang, tatapan matanya membeliak menatap heran juga bingung terhadap permintaan gadis di depannya itu.
"Tunggu! Tolongin? Saya harus tahu apa maksud permintaan Anda, Nona?" ucapnya coba membaca situasi yang juga tak kalah gentingnya ini.
"Apa kamu pikir, saya tidak memiliki urusan yang lebih penting dari ini?" gerutunya lagi. Namun, hal tak terduga yang kini dialami oleh Ali.
Tanpa aba-aba, satu, dua dan tiga, gadis itu pun naik keatas kuda besinya. Mengambil alih kemudi dari tangan Ali, lalu tancap gas sekencang-kencangnya.
"Hei!" Ali berteriak saat gadis itu akan menabrak apa saja yang menghalangi jalan mereka, termasuk ketiga pria dengan pakaian serba hitam tadi.
"Nona Ayana!" pekik ketiga pria itu yang tak diindahkan oleh si wanita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
calon isteri.....
2024-02-08
2
վմղíα | HV💕
up
2023-10-15
1
վմղíα | HV💕
Ali bertemu dengan jodohnya🤭
2023-10-15
2