Garis dua.

Setelah mendapatkan alat tes kehamilan yang diinginkan, Ali bergegas memacu kendaraannya kembali menuju kediaman Chandra Adhyaksa.

Ayana sudah duduk di gazebo yang terdapat di samping rumah ayahnya ini. Dia menoleh saat mendengar langkah kaki Ali yang berjalan dengan cepat ke arahnya.

"Tolonglah hamba-Mu, Ya Robb. Hanya anakku yang bisa menyelamatkan rumah tangga ini," pintanya dalam hati sebelum duduk di samping Ayana yang kini tampak menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kamu dari mana, Mas?"

"Dari apotek."

"Apotek? Cari apa?"

"Cari pertolongan!"

Ayana mendengus kesal atas jawaban Ali.

Ali langsung saja mengeluarkan alat kecil berbentuk pipih itu dari dalam saku celananya.

"Testpack? Untuk apa, Mas?" Ayana terkejut saat melihat benda yang sangat diinginkan oleh setiap wanita yang sudah bersuami dengan hasil akhirnya dua garis merah itu.

"Kamu ingin kita berpisah, kan? Dan kamu pasti tahu jika wanita yang tengah mengandung tidak sah jika ingin bercerai dari suaminya. Dan kita, bukankah kita sudah sering melakukannya? Dan bukan hal yang mustahil jika kini dalam rahimmu itu tengah tumbuh dan berkembang benih milikku. Sebaiknya kamu segera memastikan semuanya, lebih cepat maka akan semakin lebih baik. Jika memang hasilnya positif, maka aku berhak untuk membawamu pulang ke rumah. Tapi jika ternyata hasilnya negatif, aku pasrah!" ucapnya pelan di ujung kalimatnya itu. Definisi pasrah namun tak rela ya, Ly?

Ayana menerima benda pipih itu untuk kemudian ia perhatikan lebih lama.

"Perlu Mas temani?"

"Gak!" tolak Ayana dengan berjalan cepat meninggalkan Ali. "Pelan-pelan, Sayang! Aku khawatir keyakinanku ternyata benar," ucap Ali yang sama sekali sudah tak didengar oleh Ayana yang kini sudah ada di dalam kamar mandi rumahnya ini.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Ayana belum juga membuka alat tes kehamilan itu. Tubuhnya panas dingin menahan kegundahan hatinya. Kenapa dia tidak terpikir sejauh itu? Harusnya dia tidak gegabah dengan meminta berpisah dari Ali. Kalau begini dia pasti akan kalah telak, karena sejujurnya dia pun mulai merasakan sesuatu yang aneh terhadap dirinya sendiri.

"Apa iya aku hamil?" ucapnya dengan pandangan fokus pada benda pipih yang masih ada dalam bungkusnya itu. Dia memang belum pernah hamil, akan tetapi dia tahu lah ya cara menggunakan alat tes kehamilan itu. Apa-apaan suaminya itu, menawarkan diri untuk menemani dirinya? Dasar kucing garong!

"Ay, kenapa lama banget sih?" Suara Ali yang kini sudah berdiri di depan toilet.

Brakk! Suara pintu yang digedor oleh Ayana dari dalam.

Ayana segera mengeluarkan benda pipih itu, dan selanjutnya ia pun mengikuti petunjuk penggunaanya. Setelah beberapa menit alat tersebut ia celupkan, Ayana belum juga membuka matanya. Ia takut dan gelisah, bagaimana jika hasilnya negatif dan Ali akan segera memenuhi permintaannya untuk berpisah. Kenapa sekarang tak rela? Dasar ga jelas awakmu, Ay!

Sementara itu di luar kamar mandi, Ali tak kalah kalutnya dengan Ayana. Berbagai pertanyaan sudah tak tersusun rapi di benaknya. Positif atau negatif, kah hasilnya? Apakah Ayana melakukannya dengan baik, atau malah membohonginya? Ah, menyesal karena tak ikut serta masuk ke dalam kamar mandi tadi.

*

*

*

 Chandra Adhyaksa tampak masih memperhatikan kedua anak dan menantunya itu dari tempatnya berdiri. "Apakah menurutnya dengan memastikan kehamilan Ayana bisa menyelamatkan pernikahan mereka? Jawabnya tentu saja tidak! Kendatipun, jika benar Ayana tengah mengandung, maka proses perceraian itu bisa menunggu hingga dia melahirkan."

Chandra sudah menyusun rencana untuk melanjutkan perjodohan antara Ayana dan anak rekan bisnisnya yang sempat tertunda karena Ayana lebih memilih pergi dan malah menikah dengan anak dari Noah Ibrahim.

"Bagaimana, Pak. Apa yang harus kita lakukan terhadap pria itu?" tanya seorang pria yang setia mendampingi tuannya itu.

"Kita lihat saja hasilnya."

*

*

Ayana perlahan membuka indra penglihatannya itu. Apa pun hasilnya ia tetap harus menerimanya, kan? Sekarang atau nanti, iya atau tidak, tidak ada yang akan berubah. Jantungnya berdegup kencang dengan tangan bergetar ia balik benda pipih tersebut untuk melihat dengan lebih jelas hasilnya.

Ayana tak mampu mengatasi rasa haru bercampur bahagianya saat hasil dari alat tersebut menunjukkan bahwa dirinya positif hamil. Hal yang tak pernah diduganya dan kini hadir di tengah-tengah prahara rumah tangganya bersama Ali.

Ali tersenyum saat sang istri keluar dari dalam kamar mandinya kini. "Bagaimana hasilnya? Apakah kita akan benar-benar berpisah?" tanyanya dengan wajah sendu. Kemungkinan terburuk harus ia kedepankan ketimbang mengharapkan hasil yang baik namun pada kenyataannya malah sebaliknya.

Ayana langsung saja menyerahkan alat tes kehamilan itu kepada Ali. Ali menerimanya dengan perasaan yang sulit untuk diekspresikan. Namun, sejurus kemudian senyum merekah terukir di bibirnya.

"Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan kita untuk bersama." Dengan perasaan haru bercampur bahagia Ali peluk tubuh Ayana yang kini menangis dalam pelukannya.

"Kebahagiaanmu hanya sementara, Anak muda!"

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Terpopuler

Comments

Holipah

Holipah

jangan kejam pak can 😅

2023-11-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!