Ali tersenyum saat menyadari jika sang istri diam-diam masih memperhatikan dirinya. Kendatipun, ia tak secara langsung menunjukan perhatiannya tersebut. Akan tetapi, selimut yang kini ia peluk dengan erat, lalu ia cium berulang-ulang seolah Ayana-lah yang kini ada dalam pelukannya.
"Sabar, wanita yang sedang hamil muda, hormon-nya meningkat drastis. Siap-siap saja menerima ledakan amarahnya yang tidak mengenal hukum sebab-akibat." Ali tersenyum di balik maskernya menanggapi ucapan ayah mertuanya itu. Ah, andai saja kejadiannya tidak seperti ini, pasti Ali bukan dirinya yang harus bersusah payah dalam penyamarannya kali ini.
Ali melanjutkan tidur ayamnya, sesekali dia curi-curi pandang pada sang istri yang kini sudah duduk di samping sang ayah.
"Kamu perhatian banget sama pria itu, Ay? Dia pria beristri lho, Nak. Kasihan sekali dia."
Ayana membelalang, kepalanya menengadah memandang heran kepada sang ayah. Kasihan sekali? Pasti sang ayah sudah terkena aji pengasihan dari Ali.
"Kasihan? Apa yang perlu dikasihani dari pria seperti itu, Pa?" Dan kini Chandra-lah yang balik menatap tak percaya kepada sang putri.
"Gak kebalik pertanyaannya, Ay?"
"Eh." Ayana terdiam. Dia terlalu terbawa emosi, hingga hampir saja sang ayah mengetahui rahasia yang masih coba disembunyikannya.
"Istrinya tidak mengizinkan dirinya untuk masuk dan menjaga sang istri. Kasihan, kan? Sepertinya istrinya lagi ngidam itu, persis kayak mamamu dulu, yang sangat anti jika Papa berusaha untuk tidur di dekat Mama."
"Eh?" Ayana tanpa sadar ikut memikirkan ucapan ayahnya itu. "Ah! Mana mungkin aku hamil, kami melakukannya hanya beberapa kali saja," ucapnya dalam hati mencoba mengenyahkan kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Pagi hari, Chandra Adhyaksa pergi meninggalkan rumah sakit dan mempercayakan pengawasan putrinya itu pada seorang pengawal kepercayaannya yang tak lain adalah pria yang sudah membantu Ali untuk bisa berbicara dengan Ayana malam tadi.
Dan untuk yang kedua kalinya, Ali kembali menemui Ayana yang sudah terlihat lebih bugar kini.
"Boleh aku menyuapimu?" ucap Ali saat melihat Ayana tampak kepayahan makan dengan satu tangan yang diinfus. Ayana menggeleng, menolak tawaran Ali. Ia memang tampak kepayahan saat ingin menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Ali langsung saja meraih sendok yang ada di tangan sang istri.
"Anggap saja jika aku pengawal atau pembantu yang tidak pernah menyakiti hatimu." Ali menyuapkan makanan ke dalam mulut Ayana.
"Apa yang kamu inginkan, Mas? Bukankah dengan kepergianku sekarang ini bisa membuat dirimu kembali ke dalam pelukan mantan wanitamu itu? Lalu, kenapa masih di sini dan bersusah-payah menemaniku?"
"Aku hanya ingin membawamu pulang ke rumah kita, Ay!"
"Gak akan! Sebelum kamu berbicara kepada papaku. Bicara dan mintalah restu kepadanya. Hal yang belum kamu lakukan saat menyunting diriku untuk menjadi istrimu."
Ali menghela nafasnya berat, lalu ia hembuskan perlahan. Haruskah dia katakan, apa hubungannya dengan sang ayah mertua? Apakah Ayana akan semakin membenci dirinya jika mengetahui tentang hal ini? Menikah dengan anak dari musuh bebuyutan sang papa. Kendatipun Ali tidak mengetahui tentang hal itu sebelum ia resmi menikahi Ayana, namun Ayana jelas tidak akan semudah itu menerima penjelasan darinya.
"Pasti berat banget ya, Mas? Lalu bagaimana dengan diriku? Aku harus berebut posisi untuk ruang yang hanya ada satu di hatimu, tapi kenyataannya ruang di hatimu itu sudah ada yang menempatinya dan kamu selalu sibuk mengasihani dia yang jelas tidak ada dalam tanggungjawab dan juga kewajibanmu yang nyatanya masih berstatus sebagai suamiku."
"Aku akan menemui Tuan Chandra Adhyaksa malam ini juga. Apakah kamu sudah diperbolehkan pulang hari ini?" Ali tampak berjalan mendekat kepada Ayana yang tak menolak ketika tangannya digenggam oleh Ali.
"Doakan Mas ya, semoga bisa segera membawamu pulang. Kasihan Ibu yang kepikiran terus sama kamu, Ay."
Ayana tampak murung saat Ali menyebut nama sang ibu dalam ceritanya kini. Ayana sudah terlanjur jatuh cinta pada kelembutan sikap dan kepribadian Halimah Ibrahim yang selalu saja sabar mendampingi dirinya yang masih labil ini.
"Ibu? Bagaimana keadaan Ibu sekarang, Mas?"
"Ibu sangat mengkhawatirkan dirimu, Ay. Dia takut menantu kesayangannya yang hanya satu-satunya ini pergi meninggalkan dirinya."
"Bahkan kamu sebagai putranya saja tidak berpikir sejauh itu sebelum melakukan keburukan itu, Mas. Kenapa?"
Ali terdiam. Kenapa Ayana menjadi pribadi yang sangat anti terhadap semua keinginannya?
*
*
Ayana sudah diperbolehkan pulang hari ini.
Saat ini dirinya sedang duduk santai di balkon kamarnya saat tiba-tiba seorang pelayan datang membawakan segelas coklat hangat untuk dirinya.
"Aku gak pesan coklat, Mbak!" ucapnya heran.
"Atas perintah Tuan besar, Non. Silakan diminum!"
Baru saja Ayana akan menyeruput coklat yang masih mengepulkan asap pada gelasnya itu, pandangan matanya dikejutkan dengan kehadiran Lexus hitam yang diyakininya adalah kendaraan suaminya itu yang kini tampak masuk di halaman rumahnya.
"Mas Ali beneran datang, aku harus apa?" ucapnya bingung dengan berjalan mondar-mandir layaknya orang yang tengah gelisah kini.
Sementara itu di lantai bawah, Chandra Adhyaksa sedang membaca sebuah laporan perusahaan yang masuk melalui halaman website-nya.
"Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda, Tuan."
Chandra pun menoleh untuk memastikan ucapan asistennya tersebut. Dan benar saja, di depannya sudah berdiri Ali Zein Ibrahim yang mengenakan pakaian formalnya.
"Kamu? Ada keperluan apa?" tanyanya ramah dengan gerakan tangan terulur bermaksud menyalami Ali yang langsung mendekat ke arahnya.
"Kita belum sempat berkenalan kemarin, Anak muda. Siapa namamu? Aku Chandra Adhyaksa."
Ali menelan salivanya lekat saat Chandra Adhyaksa mengenalkan dirinya.
"Aku Ali, Pak," jawabnya belum bermaksud menyebutkan nama belakang sang ayah yang disandangnya.
"Ali? Ali Zainal?" Chandra terkekeh saat menggoda Ali. Hal yang sama yang juga dilakukan oleh Ali.
"Ali Zein Ibrahim, Pak." Chandra sejenak terdiam, tercenung saat mendengar nama belakang yang disebutkan oleh Ali. Ibrahim? Apakah ada hubungannya dengan musuh bebuyutannya, Noah Ibrahim? Tentu saja iya!
"Katakan! Apa hubunganmu dengan pria yang bernama Noah Ibrahim?"
"Dia ayahku, Pak!"
Degh! Chandra Adhyaksa tampak memundurkan langkah kakinya dengan gerakan tangan memanggil para pengawal di rumahnya ini. Dan tidak membutuhkan waktu lama, beberapa pengawal sudah ada di sampingnya kini, tak terkecuali pria yang ada di rumah sakit kemarin.
"Jadi, kamu menyusup ke dalam kediamanku ini dengan niat jahat? Kamu ingin membalaskan dendam ayahmu terhadap diriku?"
"Tidak!"
"Lalu, apa?"
"Apakah kematian ayahmu yang membawamu ke rumahku ini?" tanyanya lagi.
"Juga tidak!"
Ali masih terdiam. Ia melihat jika kini Ayana tengah berdiri di tepian anak tangga rumahnya ini, menatap Ali dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Katakan! Atau timah panas pengawalku yang akan memaksamu untuk berbicara tentang alasanmu yang sebenarnya."
"Aku ingin membawa pulang istriku."
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
mantap Ali....harus jujur dan tegas
2024-02-09
1