Atribut Tertinggi Dewa Api Dan Dewi Es

Atribut Tertinggi Dewa Api Dan Dewi Es

Terbangun dalam tubuh baru

Anak laki-laki itu bangun dari tidurnya dengan linglung, dia masih belum sadar dengan keadaan sekelilingnya.

Dalam ingatannya, semalam dia masih bermain games dengan temannya dalam sebuah permainan games yang membutuhkan kerjasama team.

Saat permainan itu hampir mencapai puncaknya, ruangan tempatnya bermain tiba-tiba menjadi gelap gulita dan sebuah kilatan petir berwarna putih kebiruan terlintas di depan matanya.

"Ahhh"

Dia berteriak kesakitan, otaknya terasa terbakar, tubuhnya mengejang dan dia langsung jatuh tidak sadarkan diri lagi.

Dia mengerjapkan matanya karena sinar matahari yang masuk melalui celah rumah kayu itu menyilaukan matanya.

Dengan perasaan bingung, dia mencoba untuk membuka matanya yang masih terasa berat...

"Di.. dimana aku, apa aku ada di rumah sakit ataukah aku sudah mati".

Teringat kejadian terakhir semalam, dia masih bisa merasakan sedikit rasa sakit di kepalanya, dia membuka matanya setelah menyesuaikan pandangannya dengan keadaan sekelilingnya.

" Ah, apa yang terjadi padaku".

Dia berteriak karena kaget saat melihat kondisi tubuhnya, tangan dan kaki yang kurus, badan yang kecil, dia langsung menyadari bahwa itu bukan tubuh yang dia miliki sebelumnya, jelas itu tubuh seorang anak yang berusia sekitar 10tahun.

Bukankah dia baru berulang tahun ke 17 tahun berapa minggu yang lalu dan kakeknya membelikan sebuah konsul permainan komputer terbaru untuknya.

"Apa yang terjadi dengan diriku".

" Ah untungnya ini tubuh laki-laki ".

Meskipun masih linglung tetapi dia bersyukur bahwa dia ada dalam tubuh laki-laki dan memang dia seorang laki-laki, bagaimana kalau dia terlahir lagi dalam tubuh perempuan, pasti dia akan lebih bingung lagi.

Dia duduk di atas ranjang itu, melihat kembali keseluruhan tubuhnya, dia bangun dan berjalan untuk melihat cermin yang ada di dinding rumah itu, ya benar, itu memang wajahnya tapi itu bukan tubuhnya.

"Apakah aku kembali ke masa kecilku dulu ya"

Dia merenung sejenak tetapi saat dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu, dia menyadari bahwa bangunan itu berbeda dengan ingatan masa kecilnya.

Bangunan rumahnya terbuat dari batu beton tapi bangunan rumah ini dari kayu dan begitu sederhana, hanya ada sebuah ranjang kayu, sebuah meja dan dua bangku yang semuanya terbuat dari kayu.

Ruangan kamar masa kecilnya dulu sangat besar dan semua perabotan terbuat dari marmer dan kayu dengan kualitas terbaik tetapi perabotan kayu dalam kamar itu bukan hanya sangat sederhana tetapi juga terlihat kualitas kayunya sangat buruk.

Kasar dan tidak ada terlihat jejak cat pernis di permukaan kayu itu, bisa dikatakan itu pasti furnitur yang tidak berharga.

Dia berjalan dengan terhuyung-huyung dengan kaki kecilnya menuju pintu keluar, angin keras menerpa wajah kecilnya.

"Hhh, dingin sekali"

Saat pintu terbuka, pemandangan putih tersaji depan matanya, salju memenuhi semua tempat itu dan itu sungguh berbeda dalam ingatan tentang tempat tinggalnya pada masa kecilnya.

"Jadi dimana aku"

Rasa dingin yang membekukan itu tidak begitu dia rasakan sehingga dia menjadi heran karena dalam ingatan sebelumnya tempat tinggalnya ada di negara tropis yang tidak mengenal musim dingin.

Tapi saat itu dia tidak merasa terlalu dingin seolah-olah tubuhnya sudah sangat terbiasa dengan suhu dingin di tempat itu, meskipun pakaiannya juga tidak tebal.

Angin kencang itu tidak nyaman, dia menarik lagi pintu itu untuk menutupnya tetapi sebelum pintu itu tertutup, sebuah tangan terulur untuk menahannya.

Itu tangan yang indah, putih seperti giok dengan jari-jari yang lencir, dia menyerah untuk menarik pintu itu, melepaskannya dan membiarkan pemilik tangan putih itu untuk membuka pintu.

Saat sosok tubuh pemilik tangan itu melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangan itu, anak laki-laki itu tertegun.

"Oh sebuah keindahan yang langka".

"Apakah aku di Surga, dia pasti seorang dewi! "

Ada banyak gadis cantik yang dikenalnya di bangku kuliah tetapi dia tidak pernah melihat perempuan muda secantik yang ada di hadapannya saat itu.

Dia terpana, matanya tidak berkedip menatap sosok sempurna di hadapannya, mulutnya terbuka lebar, tanpa sadar air liur menetes di sudut mulutnya.

"Hi Hi Hi"

Perempuan muda itu tertawa dengan tangan menutupi mulutnya saat melihat anak laki-laki itu menatapnya dengan pandangan kosong.

"Kamu sudah bangun, untunglah kamu tidak apa-apa, aku mengkuatirkanmu sepanjang malam".

Perempuan muda itu mengangkat tangannya dan menaruh telapak tangannya pada dahi anak laki-laki itu lalu dia mengangkat anak itu kedalam pelukannya.

"Ah"

Anak laki-laki itu mendesah tetapi dia tidak menolak perempuan itu menggendongnya, meskipun dia ada dalam tubuh anak-anak tetapi jiwanya adalah jiwa seorang pemuda yang beranjak dewasa.

Dia merasa sedikit terbakar, mencium keharuman aroma tubuh gadis itu, dia menghirup dengan rakus, dia menyandarkan wajahnya ke dada gadis itu dan merasakan kelembutan yang menenangkan perasaannya.

Dia membayangkan roti isi daging yang lembut, eh kenapa kok malah bayangin roti isi daging, he he he.

Sungguh dia mau selamanya di situ, tidak perlu turun lagi tapi harapannya tidak terwujud, perempuan muda itu membawanya ke ranjang dan meletakkannya di sana.

"Jangan turun dulu, tubuhmu masih lemah, apakah tubuhnu masih terasa sakit"

Anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya, dia tidak menjawab pertanyaan perempuan muda itu karena dia masih bingung dengan keadaan dirinya.

Perempuan muda itu meninggalkannya untuk membuatkan teh hangat untuknya, dia merebus air dan juga merebus dua buah telur ayam di tungku kayu kecil yang ada di pojok ruangan itu.

Saat itulah beberapa potong ingatan mulai membanjiri pikirannya, dia mulai memahami siapa dirinya yang sekarang.

Anak laki-laki itu bernama Wie Ham adalah anak seorang perwira tentara dari kota Landap yang kehilangan kedua orang tuanya saat dia masih berumur 3 tahun.

Perempuan muda itu bernama Siau Jing, dia anak dari teman ayahnya yang berjuang bersamanya di medan perang yang menitipkan anak perempuan itu saat dia berusia 5 tahun dalam pengasuhannya karena anak itu sudah kehilangan ibunya dari sejak kelahirannya.

Jadi perempuan muda itu sudah mengasuh Wie Ham sejak dia dilahirkan dan dia sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri, saat ini dia berumur 15 tahun, jadi ada selisih umur 5 tahun diantara keduanya.

Sayangnya keluarganya semua musnah saat gerombolan penjahat datang untuk membunuh orang tuanya dan saat hal itu terjadi ibu Wie Ham menyuruh anak gadis itu untuk lari menyelamatkan diri dengan membawa Wie Ham yang baru berusia 3 tahun saat itu.

Seperti sebuah hal yang kebetulan, seorang master beladiri dari sebuah sekte kuno melewati tempat itu dan menyelamatkan mereka dan membunuh semua gerombolan penjahat itu.

Anak laki-laki itu sempat terjatuh bersama gadis itu saat melarikan diri bersamanya, kepalanya tidak sengaja terbentur batu dan darah memenuhi kepala anak itu.

"Anak itu hanya akan jadi beban bagimu, tinggalkan saja dia, aku akan membawamu ke perguruan ku, engkau punya fisik yang bagus untuk berlatih beladiri".

" Tidak, aku tidak akan meninggalkannya untuk mati, aku mau ikut denganmu kalau engkau mau menyelamatkannya , kalau kamu tidak mau, tinggalkan saja kami di sini".

Gadis itu bersikukuh untuk tetap membawa anak laki-laki itu, dia tidak mau melepaskan nya dari gendongan nya.

Dengan enggan, master itu akhirnya menyetujui permintaan anak gadis itu tetapi tanpa setahu gadis itu, master itu memijat satu titik akupunktur di leher anak laki-laki itu yang menyegel pikirannya.

Master itu membawa mereka ke tempat tinggalnya, dia memegang tangan anak gadis itu yang tetap menggendong Wie Ham di pelukannya.

Dengan mudah master itu membawa mereka berdua terbang melintasi daerah pegunungan bersalju sampai tiba di suatu pulau di tengah danau yang besar.

Anehnya meskipun daerah itu bersalju tetapi air danau itu tidak membeku menjadi es bahkan air danau itu terasa hangat.

Sejak saat itu, mereka tinggal di sana, sayangnya Wie Ham menjadi anak yang terbelakang mental, sampai usia 10 tahun, dia masih kesulitan berbicara dan mentalnya seperti anak berusia 3 tahun.

Meskipun demikian, Siau Jing sangat mencintai adiknya, dia merawat dan membesarkan anak itu secara pribadi dengan cinta seorang ibu meskipun pada saat dia membawa Wie Ham ke sana, dia hanya seorang anak berusia 8 tahun saat itu.

Sejak saat itu Siau Jing resmi menjadi murid inti dari master itu yang bukan hanya melatihnya ber kultivasi tetapi juga merendam dan memberi makan banyak ramuan untuk Siau Jing.

Siau Jing memiliki tubuh yang istimewa bahkan jiwanya juga adalah jiwa yang murni yang dibutuhkan untuk membuat jiwa abadi dan awet muda.

Tidak disadarinya bahwa master itu sedang mempersiapkannya untuk rencananya sendiri, rencana yang sangat jahat tetapi dia membungkus semua rencananya dengan baik sehingga tidak ada satupun muridnya yang menyadari bahwa master mereka ternyata adalah seorang penjahat besar,.

Sekte Kuno itu dikenal sebagai sekte yang menjunjung kebaikan dan dikenal sebagai sekte yang lurus, jadi tidak ada yang pernah menduga bahwa justru master itu adalah seorang pembunuh berdarah dingin.

Terpopuler

Comments

Nurul Hikmah

Nurul Hikmah

seperti nya seru nih

2023-11-22

0

Delima

Delima

Gimana sih thor, katanya di rawat sejak umur 5 tahun, dan c kecil umur 1 tahun, berarti beda 4 tahun noh?
Kok saat terbangun dari reinkarnasi nya umurnya 12 tahun, terus bilang beda 5 tahun, aku yg gk ngerti atau author yg belibet nulisnya?
Seharusnya kan klo yg gede umur 15 tahun saat ini, c kecil umur 11 tahun dong?
🤦🏻‍♀️ ahh pusing deh

2023-11-08

1

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😛😀💪👍🙏

2023-10-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!