Saat Siau Jing menemukan bahwa takdirnya sudah ditentukan, dia tidak pasrah saja tetapi dia sudah bertekad untuk lebih keras ber kultivasi untuk memperkuat tubuhnya dan naik ke tingkat yang lebih tinggi dalam setahun ke depan sebelum waktu pengorbanan.
Dia tahu dia tidak akan mungkin dapat melarikan diri dari tempat itu apalagi dengan membawa Wie Ham dengan kondisi mentalnya yang seperti itu.
Jalan satu-satunya adalah dia harus naik pada ketinggian alam dewa untuk bisa mengalahkan master Of, meskipun itu terlihat tidak mungkin tetapi juga bukan sebuah hal yang mustahil.
Saat mendekati waktu pengorbanannya, saat itulah kondisi terlemah dari master Of dan itu mungkin saat yang tepat untuk membunuhnya.
Kalau dia harus mati, dia akan mati bersama dengan adiknya karena dia tidak mungkin meninggalkannya sendiri.
Sejak kecil anak itu sudah bergantung kepadanya dan dia benar-benar tidak bisa mandiri tetapi yang tidak dipikirkan dan diduganya, sebenarnya Wie Ham sudah beralih jiwa dengan orang lain.
"Awi, makan dulu telurnya dan minum teh ini selagi hangat".
Siau Jing sudah mengupas telur itu, meletakkannya di telapak tangan Wie Ham, sementara itu dia meniup air teh di gelas itu sebelum menyerahkannya kepada Wie Ham.
Wie Ham melihat dari sudut matanya dan dia merasakan kehangatan mengalir du hatinya, sejak kecil dia juga sudah kehilangan orang tuanya.
Dia tinggal bersama keluarga besar kakeknya yang meskipun sangat menyayanginya tetapi tidak pernah memberikan perhatian sepenuhnya karena sibuk mengurus bisnisnya.
Keluarga paman dan bibinya juga tidak ada yang dekat dengannya, itu sebabnya dia selalu suka bermain game virtual dengan teman-teman dunia mayanya.
Di dunia itulah dia dengan bebas mengekspresikan dirinya, permainan beladiri yang dimainkannya sudah masuk dalam level tertinggi di kotanya bahkan dia pernah menjuarai kejuaraan beladiri virtual di provinsi.
Game virtual itu hampir terasa nyata, pemain game itu berdiri di dalam ruangan yang dikelilingi oleh layar virtual, dia menggunakan helm, tangannya menggunakan sarung tangan yang dihubungkan secara wifi dengan mesin game.
Jadi saat dia bermain game, dia akan terhubung dengan teman-temannya yang lain dari berbagai kota yang berbeda, kadang dia bermain sendiri kadang dia bermain kelompok.
Saat dia bermain, dia akan mendapatkan atribut dalam berbagai macam bentuk atribut: energi, kekuatan, elemen juga buku suci beladiri yang otomatis meningkatkan permainannya.
Atribut itu muncul secara acak dalam bentuk gelembung-gelembung yang berisi masing-masing atribut sesuai dengan apa yang diatur oleh sistem.
Bahkan dia juga bisa mendapatkan atribut beladiri yang dimiliki oleh lawan yang dikalahkannya. Permainan itu sangat menyenangkan sehingga membuatnya lupa diri sama seperti saat kematiannya.
"Eh aku tidak mati, hanya berpindah ke alam dimensi yang berbeda, mungkin ini adalah berkat karma baikku dalam sepuluh ribu kehidupan yang lalu".
Dia diam-diam merenunkan hal itu sambil menikmati telur ayam itu, habis satu, Siau Jing sudah meletakkan sebutir telur lain yang sudah dikupas nya di telapak tangannya
Dia menggenggam telur itu, merasa mungkin lebih baik menyimpannya daripada memakannya karena telur itu diberikan oleh perempuan muda yang cantik di hadapannya dengan rasa cinta keibuan.
"Ah aku tidak mau dia jadi ibuku, aku mau dia jadi kekasih ku, dia sudah banyak berkorban dan menderita untuk Wie Ham yang lama. Aku berjanji aku akan jadi kuat untuk melindunginya sebagai bentuk rasa terimakasih ku untuk hidup yang baru ini".
Selagi pikirannya mengembara dengan liar, telapak tangan Siau Jing mengelus kepalanya sambil berkata dengan lembut kepadanya.
"Kenapa telurnya dipegang saja, ayo dimakan dulu baru minum lagi teh nya".
Pikirannya yang mengembara ditarik kembali kedalam kesadarannya, dia segera memakan telur itu dan kemudian menyesap tehnya.
Dia meminumnya perlahan-lahan, merasa sayang kalau harus meminumnya dengan cepat, dia mengangkat kepalanya dan memandang lekat-lekat wajah di depannya.
"Kenapa, ada apa di wajahku"
"Hi Hi Hi"
Siau Jing tertawa, suara tawanya sangat enak untuk didengar, dia ingin terus mendengar tawa itu sepanjang hidupnya.
"Ayo mandi dulu baru kita akan beristirahat".
" Mandi?, mandi dimana? "
Itu hanya ada dalam pikirannya, dia tidak mengucapkannya, Siau Jing mengambil bajunya dari cincin penyimpanan di tangannya.
Dia menarik tangan Wie Ham dan membawanya keluar, rupanya mereka pergi ke pemandian umum, itu ada dipinggir danau yang dikitari dengan tembok sekelilingnya.
Anehnya airnya sangat hangat, dia menduga pasti ada sumber air panas di daerah itu, bukan hanya mereka berdua di tempat itu, sudah ada banyak perempuan di tempat itu.
Dari yang berusia enam tahun yang termuda sampai perempuan muda yang terlihat berusia paling tua 30 tahunan, tentu saja sebenarnya ada yang lebih tua dari itu usianya.
Hanya karena mereka sudah masuk naik ke tahap Seniman beladiri puncak apalagi jika sudah naik ke tahap alam dewa.
Mereka akan bisa mempertahankan kemudaannya bahkan untuk perempuan yang sudah berusia ratusan tahun.
Wie Ham merasa risih tetapi tidak ada seorangpun yang merasa aneh dengannya karena mereka tahu keadaan mentalnya, bagi mereka dia hanya anak kecil yang malang.
Dia juga menjadi hiburan bagi para perempuan itu, mereka sering bercanda dengannya dan dia hanya akan menatap mereka dengan malu-malu.
Dadanya menjadi panas, dia bukan anak kecil, jiwanya adalah jiwa seorang pemuda yang sudah merasakan ketertarikan kepada lawan jenisnya.
Hanya dia terperangkap dalam tubuh muda ini, memandang semua keindahan itu secara bebas, dia benar-benar merasa sangat beruntung.
Hal yang dulu hanya ada dalam angan-angannya, saat ini semua terasa ada dalam genggamannya.
Siau Jing sudah melepaskan semua pakaiannya dan melepaskan pakaian nya sendiri, Wie Ham hampir meneteskan air liur dan merasa mau mimisan, untungnya hal itu tidak terjadi.
Siau Jing memiliki tubuh yang bisa membuat pria terobsesi dan perempuan cemburu, semampai dengan semua lekuk tubuh yang tepat, pinggangnya penuh dan pinggulnya membulat, belum lagi kepenuhan di dadanya yang cukup nyaman untuk disandari.
Dibawahnya ada sepasang kaki indah yang panjang dan kulitnya halus dan putih seperti putih telur yang baru dimakannya.
"Lha kenapa kok jadi ingat sama putih telur"
Sepertinya dua butir telur itu tidak mengenyangkannya, apa yang ada didepannya saat ini, dia rasa itu saja yang dapat mengenyangkannya.
Siau Jing mengambil sabun dan membantu menggosok badannya secara menyeluruh, dia sedikit merasa geli saat tangan Siau Jing menyentuh bagian yang sensitif itu tapi tidak ada pembengkakan.
Benda itu masih sangat kecil dan terlihat tidak berdaya meskipun jiwa mudanya sedang meronta-ronta saat itu.
Siau Jing juga memintanya untuk menggosok punggungnya, itu membuat tangannya sedikit bergetar.
Siau Jing yang menyadari hal itu, salah mengerti.
"Dingin ya, kalau begitu ayo cepat naik"
"Uh bukan itu yang dipikirkan nya, dia justru tidak mau keluar dari danau itu, dia justru senang berlama-lama di sana karena dia bisa bebas membandingkan semua keindahan itu tanpa harus takut dipukuli"
Tapi dia tidak berbicara apa-apa, dia membiarkan Siau Jing untuk menyelamatkan dan mengeringkan badannya dan kemudian membantunya untuk memakai pakaiannya.
Mereka kembali ke pondoknya, Siau Jing membaringkannya di tempat tidur satu-satunya di ruangan itu, ranjang itu cukup besar untuk ditiduri berdua.
Siau Jing menyelimuti tubuhnya dengan selimut, mengecup dahinya dengan lembut.
"Oh aku ingin lebih, jangan cuma di dahi tapi di bibir ku juga"
Sayangnya dia tidak bisa meminta lebih untuk saat ini.
"Tidurlah, besok kakak akan menjalani kultivasi dalam pintu tertutup selama 1 tahun, kamu akan ditemani oleh kakak Upin mulai besok pagi"
Dia terkejut mendengar hal ini, belum sehari dia bangun, Siau Jing sudah mau meninggalkannya
selama setahun.
Bagaimana dia rela, dia tidak mau. Dia bangun dan memegang tangan Siau Jing dengan erat.
"A a aku mau ikut, ja ngan tinggal".
Siau Jing memandangnya, anak ini sudah biasa dia tinggalkan untuk melakukan kultivasi tertutup dan selama ini dia tidak pernah rewel.
"Apa mungkin karena dia baru sembuh dari sakit nya ya".
Memang Wie Ham baru saja sakit parah, sekitar dua minggu dia demam dan tubuhnya sangat lemah tapi tadi pagi dia bangun dan terlihat baik-baik saja.
Siau Jing jadi tidak tega melihatnya, dia mencoba untuk membujuknya.
"Jangan, tempat itu sangat panas dan tidak ada orang lain di sana, kakak juga tidak bisa menemani mu bermain karena kakak haus berkonsentrasi untuk ber kultivasi.
Kamu tinggal di rumah saja untuk bermain bersama kakak Upin dan teman-temanmu, kamu sudah lama tidak bermain dengan mereka".
Wie Ham memandangnya dengan tatapan keras kepala, akhirnya tatapan itu melunakkan hati Siau Jing.
"Baiklah, besok aku akan minta ijin master untuk membawamu tapi kalau dia tidak mengijinkan, tolong jangan mempersulit kakak ya"
Diam dia menganggukkan kepala kecilnya, kali ini dia tidak lagi menolak untuk tidur, dia tidak tahu apakah saat dia bangun pagi, dia akan kembali ke tempat asalnya dan kejadian hari ini hanya sebuah mimpi.
Tapi sungguh kalau itu hanya mimpi, dia tidak mau terbangun dan meninggalkan Siau Jing, tunggu saja besok.
Pelan-pelan kesadarannya menghilang, nafas yang teratur terdengar di telinga Siau Jing, dia tersenyum, kembali mengecup kening Wie Ham, dia membaringkan diri disampingnya dan menarik anak itu dalam pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nurul Hikmah
aku juga
2023-11-22
0
Hades Riyadi
Lanjuuutt Thor 😛😀💪👍🙏
2023-10-18
0
Hades Riyadi
Ceritanya bagus dan menarik, langsung gw favoritin daahh...😛😀💪👍👍👍
2023-10-18
0