Siau Jing merasa sangat berhutang budi kepada orang tua Wie Ham dan dia juga sangat mencintai mereka karena mereka juga mencintainya dan menganggapnya seperti anak mereka sendiri.
Demikian dia juga menganggap Wie Ham sebagai adik kandungnya meskipun orang tua Wie Ham tidak pernah secara resmi mengangkat Siau Jing sebagai anak.
Siau Jing sudah membantu ibu Wie Ham untuk menjaga dan merawat Wie Ham sejak dia dilahirkan, jadi dia sangat mengasihinya.
Itulah sebabnya Siau Jing sangat senang saat mengetahui Wie Ham sudah pulih menjadi anak yang normal bahkan juga sudah bisa membentuk tubuh bela dirinya.
Hanya dia sedikit takut kalau master Of mengetahui hal itu setelah mereka keluar dari tempat itu, apakah master Of akan membiarkan Wie Ham atau malah membunuhnya.
Apalagi saat ini dia juga ada dalam kelemahan, dia tidak melakukan kesalahan dalam kultivasi nya karena tidak ada penyimpangan Qi yang dia rasakan.
Tidak ada kekacauan dalam meridian nya, hanya dia merasakan kelelahan yang luar biasa pada tubuhnya, otot-otot dalam tubuhnya seperti tidak bisa diajak berkerjasama untuk menopang tubuhnya.
Ini membuatnya menjadi sangat mengkuatirkan Wie Ham, dia tidak takut mati hanya dua tidak ingin Wie Ham mengalami kecelakaan.
Dia menebak-nebak dalam pikirannya apa yang akan dilakukan master Of kalau mengetahui kondisi tubuhnya saat ini.
Dia menyandarkan punggungnya di dinding pinggir sungai itu sambil memperhatikan Wie Ham yang sedang membakar ikan untuknya.
Biasanya dialah yang memasak untuk Wie Ham, dia tidak mengkuatirkan rasa masakan Wie Ham karena mengetahui Wie Ham mau membakar ikan itu untuknya sudah sangat menghangatkan hatinya.
Yang dia tahu selama itu Wie Ham tidak pernah membakar ikan sebelumnya, tidak tahu kalau mungkin Wie Ham sudah belajar memanggang ikan selama dia bermeditasi.
Pikiran itu juga menyenangkannya karena itu membuktikan dugaannya bahwa Wie Ham sudah sembuh dan mengerti tanggungjawab nya.
Wie Ham mengambil seekor ikan yang sudah dia tusuk dengan sebatang ranting kecil, menyodorkan nya kepada Siau Jing.
"Cobalah"
Siau Jing mau mengambil ikan itu dari tangan Wie Ham tetapi Wie Ham tidak memperdulikan tangan yang terulur itu, sebaliknya dia mulai mencubit daging ikan itu.
Memisahkan daging dari tulang-tulang ikan yang tipis dan menyuapkan tangannya ke depan mulut Siau Jing.
Siau Jing menatap Wie Ham dengan tatapan nanar, air mata menetes di sudut matanya. Bola mata yang indah itu menatap Wie Ham dengan rasa sayang.
Dia tidak menolaknya dan malah membuka mulut kecilnya dan membiarkan potongan daging ikan yang lembut dan manis itu masuk dengan mulus ke dalam mulutnya.
Wie Ham dengan rajin terus mencubit daging ikan itu, mengambil potongan daging itu dan menyuapi Siau Jing.
"Kamu makan juga"
Kata Siau Jing saat melihat Wie Ham tidak berhenti menyuapi nya tanpa makan sepotong ikan pun di tangannya.
"Aku nanti saja kalau kakak sudah selesai makan, Wie Ham tidak hanya menyodorkan ikan itu di depan mulut Siau Jing tetapi dengan sengaja dia menyorongnya ke dalam mulut Siau Jing.
Jadi ujung-ujung jarinya dengan sengaja menyentuh bibirnya, dia menikmati perasaan nyaman yang menjalar melalui perasaannya.
Siau Jing sendiri tidak merasakan apa-apa karena Wie Ham hanya adik kecil di matanya tetapi dia tidak tahu ada jiwa seorang pemuda yang meronta-ronta dalam tubuh adik kecilnya.
Wie Ham menikmati setiap sentuhan antara tangan dan mulut Siau Jing, rasanya dia ingin bukan hanya tangannya tetapi juga mulutnya dapat bersentuhan dengan bibir yang lembut itu.
Tentu saja dia tidak berani mewujudkan angan-angan liarnya itu, dia harus menunggu usianya bertambah dulu.
Setelah nemakan dua ekor ikan bakar itu, Siau Jing mengulurkan tangannya dan menolak suapan terakhir dari Wie Ham.
"aku sudah kenyang, sekarang kamu makan sendiri ikan itu"
Wie Ham melihat potongan ikan itu dan merasa sedikit sedih saat Siau Jing menolak suapan terakhir itu tetapi dia masih mencoba peruntungannya.
"Ini yang terakhir, makan satu lagi, baru aku akan makan yang lainnya"
Siau Jing tidak menolak lagi, dia memakan potongan ikan terakhir di tangan Wie Ham, tanpa sadar menjulurkan lidahnya untuk menjilati tangan Wie Ham.
Racikan bumbu ikan bakar itu memang enak, jadi Siau Jing tidak merasa bersalah untuk menjilatnya apalagi itu hanya tangan anak kecil.
Dia tidak berpikir bahwa tindakan kecilnya akan merangsang pemikiran liar adik kecilnya dan Wie Ham memang sedikit terangsang.
"Sabar, sabar, sabar.... "
Wie Ham menenangkan pikiran nya yang mulai mengembara ke mana-mana, dia menundukkan kepalanya dan makan dengan cepat tanpa melihat Siau Jing.
Siau Jing yang tidak mengerti jalan pikiran Wie Ham merasa tindakan Wie Ham sangat menggemaskan, dia terus tersenyum sambil melihat Wie Ham yang sedang makan.
Wie Ham menghabiskan tiga ekor ikan dengan kecepatan tinggi, dia sedikit merasa malu untuk melihat wajah Siau Jing.
Saat itu serempak mereka menolehkan kepalanya ke arah masuk pintu lorong gua itu, di kejauhan seorang yang berlumuran darah di sekujur tubuhnya sedang lari dengan cepat ke arah mereka.
Wie Ham melemparkan sisa ikan di tangannya dan berdiri di depan Siau Jing, muncul lagi beberapa orang yang rupanya mengejar orang yang lebih dahulu berlari di depan mereka.
Saat orang itu mendekat, barulah Wie Ham mengenalinya, dia adalah guru Po yang terakhir bertemu dengannya untuk memperbaiki aray pembatas di ruang gua yang ada di jalur tengah.
Bahkan Wie Ham sempat mengikutinya masuk ke dalam ruangan tempat kerja master Of, guru Po dengan tergesa-gesa berkata kepada mereka.
"Siau Jing, master Of menghianati mu, cepat pergi dari sinisini, aku akan melindungi kalian".
Tetapi saat dia melihat Siau Jing tidak bereaksi, dia tahu dia sudah terlambat selangkah, rupanya racun saraf itu sudah terlanjur meracuninya.
Sebenarnya pada hari ini guru Po tidak memiliki jadwal perawatan aray tetapi saat dia melewati aula beladiri, dia melihat tiga orang dari tetua pelataran luar yang tidak tinggal di pelataran dalam.
Ada terlihat di aula beladiri, meskipun kadang master Of memanggil mereka datang tetapi jarang sekali mereka datang bersamaan, biasanya dipanggil satu persatu.
Master Po sudah lama mendengar selentingan kabar kalau ke tiga orang itu sering melakukan kejahatan di luar tetapi dia tidak punya cukup bukti untuk melaporkan perbuatan mereka pada master Of.
Tidak sedikitpun ada kecurigaan dihatinya kalau mereka melakukan semua kejahatan itu justru atas perintah master Of.
Saat dia melihat ketiga orang itu masuk ke ruang kerja master Of, dia mengikuti mereka dari belakang dengan menggunakan tehnik persembunyian nya.
Tetapi saat dia mendengar mereka membicarakan tentang meracuni Siau Jing dengan racun saraf dan saat itu mereka sedang bersiap untuk mengambil Siau Jing serta membunuh Wie Ham.
Guru Po tidak bisa lagi menahan hatinya, dia secara sembrono segera menyerang mereka saat mereka masuk ke ruang istirahat itu.
Mereka lawan yang tangguh apalagi dengan tiga orang sekaligus yang mengeroyoknya, dia tidak bisa menggunakan segel rune nya untuk menyerang mereka di tempat itu karena kuatir ruangan itu akan runtuh..
Tetapi saat mereka mulai mendesaknya akhirnya dia melemparkan segel rune untuk menghalangi serangan mereka dan setelah melakukannya, dengan cepat dia segera berlari ke dalam .
Dia melewati Wie Ham yang tidak bisa menghalangi gerakannya, tangannya membentuk segel aray, melemparkan segel itu ke dalam air yang membentuk sebuah gelembung besar.
Dia memegang tubuh Siau Jing dan Wie Ham dan membawanya masuk ke dalam gelembung itu, gelembung itu terbawa oleh arus sungai itu dan mulai bergerak mengikuti arus.
"Kejar, mereka mau melarikan diri"
Seseorang yang ada di depan berteriak sambil melompat di udara, di tangan nya ada sebuah pedang yang berlumuran darah segar.
Dia mengarahkan pedangnya ke gelembung itu, guru Po melihat kepada Siau Jing dan Wie Ham, dia ingin berbicara banyak kepada Siau Jing, pandangan matanya dipenuhi dengan permohonan maaf.
"Guru... "
Perkataan Siau Jing tercekat ditenggorokannya, dia tahu guru Po sangat menyayanginya, sayangnya dia bukan murid yang berbakat untuk aray.
"Jaga dia"
Dia berkata kepada Wie Ham, dia tahu kondisi Wie Ham sebelumnya, jadi dia tidak yakin apakah Wie Ham bisa mengerti perkataannya ".
Setelah berkata kepada Wie Ham, dia melompat keluar dari gelembung itu, dia menepuk gelembung itu dan gelembung itu dengan cepat meluncur ke arah hilir sungai itu.
Dia mempertaruhkan nyawanya untuk memberikan kesempatan Siau Jing dan Wie Ham meninggalkan tempat itu.
Dia membentuk segel dengan tangannya dan melontarkannya ke arah orang yang datang dengan pedang.
Ledakan.... ledakan....
Suara ledakan terdengar berulang kali saat segel rune yang di buang oleh guru Po menyerang orang itu, penyerang itu terlempar ke belakang dengan darah yang menetes disudut mulutnya.
Ke dua orang lain yang menyusul dibelakangnya segera membantu penyerang pertama itu meskipun mereka bertiga menyerang bersama tidak mudah bagi mereka untuk melumpuhkan guru Po.
Setiap segel rune yang dilemparkan nya cukup merepotkan ke tiga orang penyerang itu, sesosok tubuh terbang dengan cepat dari pintu masuk.
"Sampah semua"
Dia tiba dengan cepat datang menyerang guru Po dengan telapak tangannya yang melontarkan segumpal api berwarna kemerahan yang langsung membungkus guru Po.
Guru Po menggerakkan giginya saat melihat orang yang datang terakhir itu, dia memandang orang itu sambil tersenyum sinis sambil meneriakkan kata-kata terakhirnya.
"Penghianat, aku akan menunggu mu di dunia bawah, ha ha ha".
Guru Po tertawa bahagia menyambut kematiannya karena dia tahu bahwa mereka tidak akan bisa lagi mengejar Wie Ham dan Siau Jing.
Master Of dan ke tiga tetua pelataran luar itu memandang abu dari tubuh guru Po yang sudah habis terbakar.
"Sial, pekerjaan bertahun-tahun dan kekayaan yang besar lenyap begitu saja, aku harus mencari jalan lain untuk memulihkan lukaku"
Master Of memandang di kegelapan lorong sungai itu, dia tahu dia sudah kehilangan Siau Jing, ketiga tetua itu hanya bisa tertunduk lesu.
Mereka tidak punya keberanian untuk mengejar Siau Jing dilorong yang mereka sendiri tidak tahu dimana ujungnya itu.
Tetapi kalau master Of memerintahkan mereka untuk mengejar Siau Jing, mereka juga pasti tidak akan berani menolaknya.
Untung bagi mereka, master Of tidak memaksa mereka untuk melakukan hal itu, sebaliknya setelah berapa lama terdiam, akhirnya dengan lesu dia memerintahkan mereka pergi.
"Bersihkan tempat ini, bakar semua peninggalan Siau Jing di sini".
Dengan memberikan perintah itu, master Of berjalan pergi dari sana dengan kepala tertunduk, dia hanya bisa menggerutu dalam keheningan.
Catatan:
Maaf agak malam baru selesaikan episode ini, banyak kegiatan yang harus dilakukan berapa hari ini.
Terimakasih atas dukungan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nurul Hikmah
lanjutkan thor 👌
2023-11-23
0
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😛😀💪👍🙏
2023-10-26
0
Hades Riyadi
Akhirnya atas bantuan dan pengorbanan Guru Po, Wie Ham dan kakaknya Siau Jing berhasil lolos dari jebakan Master of nggedabrus itu...😛😀💪👍👍👍
2023-10-26
0