Shang Luo Ying kemudian tiba di depan Jian Jing Tian dan Jin Xian.
Shang Luo Ying langsung memberi hormat ke Gurunya saat baru sampai, dengan menundukkan kepalanya, "Ying'er memberi salam pada Guru."
Shang Luo Ying lalu mengangkat kepalanya kembali, dan langsung menatap Jin Xian yang berada di dekatnya, "Selamat pagi, Dik."
"Pagi juga, Kak," jawab Jin Xian.
"Baiklah, baiklah.... Ada apa? Kenapa kamu kesini?" ucap Jian Jing Tian seraya bertanya pada Shang Luo Ying.
"Itu Guru, para tetua yang lain memanggil Anda dan Adik untuk datang ke Aula Tetua," ucap Shang Luo Ying.
"Baiklah." Jian Jing Tian menganggukkan kepalanya.
"Sudahku duga, mereka pasti akan memanggil ku dan Jin Xian, cepat atau lambat," gumam Jian Jing Tian.
"Jin'er, ayo ikut Guru ke Aula Tetua," ajak Jian Jing Tian.
"Guru, mengapa para tetua yang lain memanggil ku ke Aula Tetua?" tanya Jin Xian.
"Haih-" Jian Jing Tian menghela napas.
Jian Jing Tian kemudian berkata, "Nanti kamu akan tahu dengan sendirinya."
"Oh, baiklah Guru." Jin Xian kecewa, karena tidak jadi melatih teknik pedang dengan gurunya.
Jian Jing Tian mengusap kepala Jin Xian, setelah melihat Jin Xian yang merasa kecewa.
"Maafkan Guru, Jin'er. Karena tidak bisa mengajarkan teknik pedang padamu saat ini," Jian Jing Tian meminta maaf kepada Jin Xian.
"Jin'er" adalah panggilan yang di gunakan oleh Jian Jing Tian untuk memanggil Jin Xian, panggilan itu diambil dari nama samaran belakang Jin Xian. Perlu diingat, Jin Xian di Sekte Kultivasi Dewa tidak menggunakan nama aslinya, melainkan, menyamarkan nama nya ,menjadi "Xian Jin". Bahkan Gurunya pun, tidak diberitahukan nama aslinya.
Jin Xian menggelengkan kepalanya, sembari berkata, "Ah, tidak apa-apa Guru, aku akan terus menantikan berlatih teknik pedang, dengan Anda." senyum tipis terlihat di wajah Jin Xian.
"Baiklah, Guru juga akan menantikannya." Jian Jing Tian menganggukkan kepalanya.
"Siul!"
Jian Jing Tian bersiul, untuk memanggil tunggangannya.
Setelah di tunggu beberapa saat, oleh mereka bertiga. Terlihat, seekor burung yang tengah terbang menuju tempat mereka bertiga berada.
Burung itu tiba di depan mereka bertiga, dalam sekejap.
Burung itu adalah burung yang di lihat Jin Xian saat berada di dalam hutan Awan Berkabut, dan juga burung yang ditunggangi oleh Jian Jing Tian saat baru bertemu dengan Jin Xian di dalam hutan.
Burung itu, memiliki bulu yang berwarna emas dan ada sedikit warna jingga juga, di sela-sela bulunya. Burung itu sangat besar dan panjang.
Jin Xian terus memperhatikan burung itu, dia sangat kagum dengan keindahan burung yang ada di depannya.
"Wah, mengapa sekte ini memiliki banyak sekali hal-hal yang sangat indah," gumam Jin Xian, yang tidak henti-hentinya kagum.
Dia sangat kagum dengan hal-hal yang dilihatnya di sekte Kultivasi Dewa ini. dia bahkan masih baru 2 hari di sekte Kultivasi Dewa ini(dihitung dari hari, dimana Jin Xian baru bangun dari pingsannya).
"Woah, Guru, apakah aku akan bisa memiliki tunggangan seperti milik Anda?" Jin Xian bertanya.
"Tentu saja," jawab Jian Jing Tian.
Jian Jing Tian melanjutkan perkataannya, "Kamu mungkin bisa memiliki tunggangan yang lebih hebat dari milikku."
"Benarkah?" tanya Jin Xian.
"Tentu saja! Untuk apa Guru membohongi mu dengan perkataannya," jawab Shang Luo Ying.
Shang Luo Ying yang sedari tadi diam, kali ini dia ikut menimbrung.
"Jin'er, ayo naik," Jian Jing Tian mengajak muridnya untuk naik ke atas burung miliknya.
Jin Xian kemudian berjalan dan langsung naik ke atas burung itu, yang diikuti Jian Jing Tian. Jin Xian kali ini duduk di belakang Jian Jing Tian.
"Kak, ayo naik. Mengapa kamu masih di bawah?" Jin Xian mengajak Shang Luo Ying., untuk naik ke tunggangan yang di tungganginya.
Tetapi, sebelum mendapatkan jawaban dari Kakaknya, burung yang dinaikinya itu, mulai mengepakkan sayapnya yang lebar dan langsung melesat terbang ke langit, dan terbang ke arah timur.
Saat sudah mengudara, Jin Xian menjadi bingung dan bertanya kepada Gurunya, "Guru, mengapa Anda meninggalkan Kakak sendirian?"
"Jin'er, kamu tidak perlu panik, Kakakmu sudah memiliki tunggangannya sendiri," Jian Jing Tian menjawab dengan santai.
Jin Xian memeluk erat tubuh Jian Jing Tian, karena merasa takut, jatuh dari ketinggian. Karena, jarak dari tanah ke burung yang dinaikinya, berjarak lebih dari 250 meter.
Di tempat Shang Luo Ying berada. Ada Burung yang ukurannya lebih kecil dari milik Jian Jing Tian, burung yang ada didepan Shang Luo Ying itu, sekilas terlihat persis sama dengan milik Jian Jing Tian, hanya kalah ukuran saja. Burung itu adalah tunggangan milik Shang Luo Ying sendiri.
Shang Luo Ying berjalan ke dekat burung itu, sebelum naik ke atas burung miliknya. Shang Luo Ying terlebih dahulu mengelus-elus bulu di bagian kepala burung miliknya. Lalu menaikinya setelah dielus beberapa kali.
Burung itu kemudian mengepakkan sayapnya, dan langsung melesat dengan cepat, kearah timur juga, sembari membawa Shang Luo Ying yang berada di atasnya.
Jarak antara burung yang dinaiki Jin Xian dan Jian Jing Tian, dengan burung yang dinaiki Shang Luo Ying berjarak 500 meter.
Tetapi anehnya, dalam sekejap burung milik Shang Luo Ying sudah tiba di dekat burung yang dinaiki Jin Xian dan Jian Jing Tian.
Jin Xian terkejut saat melihat burung milik Kakaknya.
"Woah, kak tungganganmu sangat cepat sekali. Dalam sekejap bahkan bisa mengejar burung yang kami naiki," Jin Xian berkata dengan kagum dan kagum.
"Tetapi mengapa, aku merasa, sepertinya burung milik kakak, sama persis dengan burung milik Guru?" tanya Jin Xian.
"Bagaimana tidak, burung milikku saja adalah anak dari burung milik Guru," jawab Shang Luo Ying.
Kedua burung itu terus melesat kearah timur.
***
Setengah jam kemudian, akhirnya mereka tiba di langit-langit kota Awan.
Di kota Awan terdapat sebuah gunung yang sangat besar dan tinggi yang berada di bagian utara paling ujung kota Awan.
Di bawah kaki gunung, terdapat banyak bangunan-bangunan yang berdempetan satu sama lain, dan tepat di tengah-tengah pemukiman yang padat, terdapat sebuah jalan besar yang mengarah dari selatan ke sebuah gunung di bagian utara kota.
Dan di dakian gunungnya juga, terdapat banyak anak tangga, yang meneruskan jalan besar di dalam kota, anak tangga itu ada hingga puncak gunung, dan sesekali anak tangga itu terputus-putus. Di sisi kanan dan kiri anak tangga yang terputus-putus itu, terdapat bangunan-bangunan.
Dan di paling ujung tangga bagian puncak gunung, terdapat sebuah gerbang yang lumayan besar yang di dalam gerbangnya terdapat sebuat bangunan yang sangat luas dan menjulang tinggi.
Suasana di kota Awan Berkabut sangat ramai di setiap harinya. Banyak orang yang berlalu lalang di jalan besar kota Awan Berkabut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ismaeni
coba ditambahin update-nya jangan cuma 1 thor,pasti makin bagus rating-nya
2023-10-26
0