Beberapa menit yang lalu, sebelum Jin Xian melarikan diri dari kediaman keluarga Jin.
Di dalam rumah Jin Shuang,tepatnya di kamar Jin Xian. Terdapat Jin Xian dan Ibunya yang tengah bersembunyi di kamar, Shang Li'er dan Jin Xian duduk di ranjang, kedua tangan Shang Li'er yang lembut, saat ini sedang menutup kedua telinga anaknya, agar tidak mendengar suara jeritan orang-orang yang sedang berperang di luar.
"Tok... Tok... Tok..."
"Nyonya, tolong bukakan pintunya... Saya disuruh oleh kepala keluarga untuk memberi tahu anda sesuatu..." kata seseorang di depan pintu. Dia tidak berteriak karena takut akan ketahuan pihak Yun Changkong yang sedang berperang. Dia adalah seseorang yang disuruh oleh Jin Shuang sebelumnya.
Awalnya, Shang Li'er tidak ingin membuka pintu rumahnya karena takut orang yang ingin masuk kedalam rumahnya adalah musuhnya.
Setelah berpikir sejenak, Shang Li'er memutuskan untuk melihat siapa orang yang memanggilnya. Kemudian, dia melepaskan kedua tangannya yang sedang menutup kedua telinga anaknya, lalu dia bangun dari duduknya dan mulai berjalan ke arah pintu bagian depan rumahnya. Sebelum membuka pintu rumahnya, dia sedikit membuka jendela yang ada di sebelah kiri pintu rumahnya untuk mengintip siapa orang itu.
Setelah Shang Li'er melihat orang yang berada di depan pintu tersebut bukanlah musuhnya, dia langsung membuka pintu rumahnya, dan mempersilahkan orang itu untuk masuk, setelah orang itu masuk ke dalam rumahnya, dia dengan segera menutup pintu rumahnya kembali.
Di waktu bersamaan, Jin Xian yang di tinggal oleh Ibunya, tubuhnya bergetar, karena dia merasa takut oleh jeritan-jeritan orang yang tengah berperang di halaman depan rumahnya.
"Apa yang di katakan suami ku padamu?" tanpa panjang lebar Shang Li'er langsung menyuruh pria itu untuk mengatakan pesan yang di berikan oleh suaminya untuk dirinya.
"Kepala keluarga menyuruh anda untuk.....dan memberikan......" ucap pria itu lalu dia membuka pintu dan berlari untuk kembali ke medan pertempuran.
Shang Li'er menutup pintu, kemudian berjalan ke suatu ruangan, di ruangan itu hanya terdapat sebuah meja yang di atasnya terdapat peti yang lumayan panjang, tapi hanya memiliki lebar tidak lebih dari 5 cm. Shang Li'er kemudian mendekati meja tersebut dan membuka peti yang berada di atas mejanya.
Di dalam peti tersebut terdapat sebuah pedang berkarat yang entah di dapat darimana, karena dia tidak pernah di beritahu oleh suaminya tentang pedang tersebut.
"Kak Shuang tidak pernah memberitahu ku apa yang ada di dalam peti ini.....dan ternyata di dalamnya terdapat pedang yang berkarat....? Hais, mungkin kak Shuang tidak membolehkanku membuka peti ini, karena di dalam peti ini terdapat pedang yang terlihat seperti pedang misterius, dan jika ini terbongkar, mungkin bisa membuat kami semua dalam bahaya," gumam Shang Li'er ke dirinya sendiri.
Walaupun Jin Shuang menyembunyikan rahasia ini darinya, dia sama sekali tidak pernah ragu terhadap suaminya. Dia selalu berpikir, bahwa suaminya melakukan semua ini karena takut menyakiti orang-orangnya.
Kemudian, Shang Li'er mengambil pedang tersebut. Lalu berjalan ke arah sebuah giok yang menggantung di dinding ruangan.
Giok itu berwarna hijau muda dengan bentuk lingkaran dan terdapat bulu hewan di bagian bawahnya.
Setelah Shang Li'er mengambil kedua benda tersebut, dia kemudian berjalan ke kamar tempat di mana anaknya berada.
Beberapa saat kemudian, Shang Li'er tiba di kamar anaknya, dia kemudian duduk di sebelah anaknya, lalu menaruh kedua benda yang di ambilnya dari ruang rahasia tepat di sebelah kanannya, dan tiba-tiba dia memeluk erat anaknya dan menangis di pundak anaknya.
Jin Xian yang melihat Ibunya menangis awalnya bingung, kemudian dia memeluk ibunya. Saat ini pikiran dia sedang kacau, dia sangat bingung apa yang ditangisi oleh Ibunya.
"Bu... Mengapa ibu menangis..." tanya Jin Xian yang masih bingung dengan keadaan ibunya saat ini.
"Xian'er, apa...apakah kamu akan membenci ibu.... jika ibu meninggalkanmu sendirian...." ucap Shang Li'er dengan sedikit gagap. Dia takut kalau anaknya akan membencinya, jika dia harus meninggalkannya, bagaimana pun juga Jin Xian adalah anak satu-satunya.
Jin Xian yang mendengar perkataan ibunya kemudian menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak. Aku pasti tidak akan membenci ibu seumur hidupku... Tapi mengapa ibu mengatakan hal yang sangat menyedihkan ini...?" Jin Xian yang sudah bingung tambah bingung dengan situasi yang dialaminya saat ini.
Shang Li'er kemudian berdiri, lalu dia mengambil kedua benda di sebelahnya dan memberikan kedua benda itu kepada anaknya.
"Xian'er, ini adalah pemberian dari ayahmu... Tolong simpan baik-baik," ucap Shang Li'er yang masih belum selesai menangis.
Jin Xian lalu mengulurkan tangannya, untuk menerima kedua benda pemberian ibunya tersebut.
"Ibu apa yang kamu katakan, tentu saja aku akan menyimpanya, jika kedua benda ini merupakan pemberian ibu dan ayah..."
"....Jin Xian kamu harus meninggalkan kediaman keluarga Jin ini sejauh-jauhnya, di belakang rumah ini terdapat lorong kecil yang mengarah ke hutan Awan Berkabut bagian timur..."
"Ibu, mengapa aku harus meninggalkan kediaman keluarga ini?"
"Karena ayah dan ibu takut terjadi hal yang tidak di inginkan di peperangan ini... Kamu harus hidup.... Ibu dan ayah bisa mati... Tapi ibu tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu di kediaman ini..."
"Ta.. Tapi bu"
"Tidak ada tapi-tapian pokoknya kamu harus bertahan hidup..."
Shang Li'er menarik anaknya yang masih enggan meninggalkan kedua orang tuanya, dia menarik anaknya menuju ke arah pintu belakang.
Setelah beberapa saat, Shang Li'er dan Jin Xian tiba di pintu belakang, Shang Li'er membuka pintu tersebut, dan di luar pintu tersebut ada sebuah lorong kecil di dinding kota yang sangat besar.
Lorong tersebut hanya bisa di lewati oleh satu orang saja.
Shang Li'er berkata kepada anaknya, "Xian'er pergilah jangan khawatir terhadap ayah dan ibu... Yang terpenting adalah kamu bisa tetap hidup..."
Shang Li'er melanjutkan perkataannya, "Larilah terus ke arah timur, di sana ada seseorang, yang mungkin bisa membawa mu pergi jauh dari kota Awan Berkabut, Xian'er."
Awalnya Jin Xian enggan meninggalkan kedua orang tuanya, tapi setelah mendengar perkataan ibunya, kemudian dia berbalik ke arah ibunya lau berjalan ke arah Ibunya, dan mencium pipi ibunya. Kemudian dia berbalik dan berlari keluar dari lorong tersebut, untuk pergi ke hutan Awan Berkabut.
"Xian'er... Maaf kan ibu... Ibu hanya ingin kamu tetap bisa bertahan hidup," ucap Shang Li'er yang masih menangis, dia sebenarnya sangat enggan ditinggal pergi anaknya, namun tidak ada yang bisa dia lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments