Saat ini, Jin Xian sudah berjalan cukup jauh dari lokasi Jian Jing Tian berada, bahkan bayangannya pun sudah tidak terlihat oleh mata telanjang Jian Jing Tian.
Setelah melihat Jin Xian hilang dari pandangannya, Jian Jing Tian kemudian melompat-lompat dengan bahagia, seperti seorang anak kecil yang baru diberi hadiah.
Jian Jing Tian baru sadar setelah beberapa kali melompat-lompat, kemudian dia berhenti melompat-lompat, lalu menengok ke kanan dan ke kiri untuk melihat sekitar. Dia akan sangat malu jika di lihat oleh para murid sekte, sedang melakukan hal yang sangat memalukan, bagi seorang tetua yang berwibawa sepertinya.
"Hahaha... Siapa yang akan percaya, jika aku memiliki seorang murid dengan energi pedang murni, di sebuah kekaisaran kecil ini," Jian Jing Tian berteriak dan tertawa bersamaan.
"Aku padahal hanya berniat mencari seorang keturunan dari keluarga kuno, di benua ini. Tetapi tidak aku sangka, aku akan menemukan seseorang yang memiliki energi murni, seperti milik "keluarga kuno di Alam Pedang", di Alam Bela Diri ini," gumam Jian Jing Tian.
"Hahaha... Nak aku pasti akan mengajarkan mu dengan segala hal yang aku bisa," teriak Jian Jing Tian, dengan puas.
Kemudian, Jian Jing Tian memasukan meja dan kursi yang dia dan Jin Xian pakai sebelumnya, ke cincin penyimpanan-nya.
Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang, bersamaan dengan menyusutnya sosok Jian Jing Tian di pinggir tebing. Angin itu kemudian menjadi tenang kembali, setelah sosok Jian Jing Tian benar-benar hilang dalam kehampaan dalam sekejap mata.
*
*
Di malam hari, sekitar jam 8 malam. Jin Xian yang berada di dalam ruangannya, saat ini tengah mondar-mandir seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu.
"Di mana aku harus berlatih pedang? Aku masih belum mengetahui seluruh tempat di sekte ini. Jika aku berlatih di altar latihan di depan ruangan ini, aku mungkin tidak akan bisa menyembunyikan teknik pedang ku lagi," gumam Jin Xian.
Jin Xian hanya ingin merendahkan dirinya sendiri, dia sangat tidak ingin menonjolkan dirinya. Karena baginya, menonjol(diperhatikan oleh orang-orang) adalah sesuatu yang sangat menyusahkan.
Jin Xian masih lanjut bergumam, "Ataukah aku harus berlatih di tempat aku dan guru bertemu pada saat siang tadi? ....Tidak, aku pasti akan di marah oleh guru, jika ketahuan melatih pedang sendirian, apa lagi pada saat malam hari."
Jin Xian memang tidak ingin menonjolkan dirinya di khalayak umum, tetapi jika dengan gurunya dan orang yang dipercayainya, dia tidak akan menyembunyikan kekuatannya. Kecuali, pada kedua orang tuanya, terutama Ibunya, Jin Xian tidak ingin membuat Ibunya mengkhawatirkan dirinya, dengan melihatnya berlatih pedang.
Hanya kakek nya saja, yang mengetahui dirinya mahir dalam berlatih pedang.
Dia masih mondar-mandir, hingga kemudian dia ingat sesuatu di benaknya.
"Ah... Iya, aku bisa mencari kakak senior, tetapi apa kakak senior masih belum tidur pada saat ini?" Jin Xian bertanya kepada diri sendiri.
Kemudian dia meyakinkan dirinya sendiri untuk menemui kakak senior nya. "Ah... Baiklah aku akan menemui kakak senior," ucap Jin Xian dengan semangat.
Jin Xian kemudian bersiap-siap untuk menemui kakak seniornya, dia mengambil pedang berkarat miliknya yang berada di meja, lalu mengambil giok yang berada di samping pedang, yang kemudian mencantolkannya di ikat pinggang sebelah kanan pinggangnya.
Dia kemudian berjalan keluar dari ruangannya, menuju lokasi kakak senior nya tinggal. Lokasinya berada di ujung kanan altar latihan para murid. Dekat dengan gerbang keluar dari altar.
Jin Xian berjalan lewat pinggiran altar. Dan saat Jin Xian melihat ke arah altar, ternyata masih banyak murid yang sedang berlatih teknik di tengah-tengah altar latihan.
"Huh, mereka bahkan masih latihan saat sudah malam begini," ucap Jin Xian.
"Bagaimana mungkin aku bisa kalah," gumam Jin Xian dengan semangat yang mengobarkan dirinya sendiri.
"Aku bahkan tidak boleh keluar pada saat malam hari oleh ibu ku, jadi aku hanya bisa berlatih pedang dengan diam-diam pada saat malam hari," gumam Jin Xian.
Jin Xian masih menggumam, "Orangtua ku, bahkan tidak ada yang tahu, bahwa aku sering berlatih pedang setiap siang dan malam hari."
"Tapi kali ini berbeda, aku pasti akan berlatih dengan lebih keras, agar bisa balas dendam terhadap para berengsek itu," kata Jin Xian.
Dia masih melanjutkan perjalanannya menuju ruang kakak seniornya berada.
Jin Xian telah tiba di depan pintu ruangan kakak seniornya. Setelah berjalan cukup lama dan jauh.
Jarak antara ruangannya dan ruangan kakak seniornya mencapai 100 meter.
Tok... Tok... Tok...!
Jin Xian mengetuk pintu ruangan kakak seniornya sebanyak tiga kali, "Kakak senior... Ini aku, tolong bukakan pintunya," ucap Jin Xian.
Wanita yang berada di ruangan itu baru selesai mandi dan baru selesai memakai piyama, "Siapa...?" teriak wanita itu seraya bertanya.
"Ini aku... Kakak senior, orang yang kamu temui saat pagi hari tadi," jawab Jin Xian.
"Oh... Ternyata kamu, masuk saja, pintunya tidak aku tutup...," teriak wanita itu mempersilakan Jin Xian untuk masuk ke tempat tinggalnya.
Jin Xian menenteng pedang berkaratnya dengan tangan kirinya, kemudian mendorong pintu dengan tangan kanannya, dan melangkah masuk ke dalam ruangan kakak seniornya, lalu menutup pintunya kembali, setelah berada di dalam ruangan.
Saat ini, wanita itu telah duduk di pinggir ranjangnya dengan memakai piamanya, "Ada apa kamu mencariku?" tanya wanita itu tanpa basa-basi.
Jin Xian mengaburkan pandangannya dan tidak berani menatap kakak seniornya,"Aku disini akan menanyakan sesuatu kepada kakak senior," jawab Jin Xian.
"Apa yang akan kamu katakan... Katakan saja, tidak perlu terlalu sungkan," ucap wanita itu.
"I... Itu, kakak senior, bolehkah saya tahu di mana tempat berlatih bela diri yang tertutup, yang tidak akan di lihat oleh orang lain?" tanya Jin Xian.
Walaupun Jin Xian masih ragu atas keputusan yang di buatnya, dia tetap akan meminta tolong kepada kakak seniornya untuk memberitahukannya, tempat latihan yang tertutup.
"Aku tahu di mana tempatnya, tapi untuk apa kamu menanyakan hal ini?" tanya wanita itu. Seraya menyisir rambut merah mudanya.
Dengan cepat Jin Xian menjawab, "Aku ingin berlatih pedang." dia sudah membulatkan tekatnya sedemikian rupa. Apapun yang terjadi, Jin Xian akan tetap mencoba mencari cara, untuk mencari tempat berlatih yang tertutup oleh dunia luar.
"Oh... Baiklah, aku akan mengantarmu," ucap wanita itu. Kemudian dia berdiri dari duduknya dan mulai berjalan ke kaca yang berada di dekat ranjangnya.
Shang Luo Ying tidak terkejut sama sekali atas perkataan yang di keluarkan oleh Jin Xian. Yang membuat Jin Xian bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Apakah, kakak tidak penasaran dengan perkataan ku barusan?" gumam Jin Xian.
"Omong-omong, siapa nama kakak?" tanya Jin Xian.
Wanita itu menjawab, "Aiya... Kakak hampir lupa memperkenalkan diri, nama kakak 'Shang Luo Ying' dari keluarga Shang di Ibu Kota Kekaisaran. " dia tanpa ragu mengungkapkan latar belakang keluarganya.
"A... Apa keluarga Shang? Bukankah berarti marga kakak senior adalah 'Shang'?" tanya Jin Xian.
Shang Luo Ying yang tengah mengaca, kemudian menjawab, "Iya, marga kakak adalah 'Shang' ."
Lalu Shang Luo Ying berjalan ke suatu tempat untuk menggantikan pakaiannya, "Adik Junior, kakak mau bersiap-siap sebentar."
"Iya... "
Kemudian Jin Xian seperti memikirkan sesuatu, "Bukankah berarti, kakak senior memiliki marga yang sama dengan Ibu?" gumam Jin Xian.
Tidak butuh waktu lama, bagi Shang Luo Ying untuk mengganti pakaiannya.
Terlihat Shang Luo Ying yang keluar dari ruangan yang dia masuki sebelumnya, yang saat ini sudah berganti pakaian, dari memakai piyama, berganti pakaian menjadi pakaian seorang murid wanita sekte Kultivasi Dewa yang biasa di pakai oleh murid wanita.
"Kakak senior, apakah di keluarga kakak, sebelumnya ada seseorang dengan nama Shang Li'er?" tanya Jin Xian. Setelah melihat Shang Luo Ying yang keluar dari ruangannya.
"Iya, memang benar ada yang bernama Shang Li'er di keluarga ku, dia merupakan bibi ku," jawab Shang Luo Ying. Kemudian melanjutkan perkataannya, "Tetapi, bagaimana kamu bisa tahu, tentang bibi? Bibi sudah menghilang lebih dari 14 tahun. saat itu aku masih berumur empat tahun."
Shang Luo Ying saat ini sudah berumur 18 tahun, dan Shang Li'er diusir dari kediaman keluarga Shang, setelah ketahuan menikah secara diam-diam dengan seseorang yang dianggap sangat rendah oleh para tetua keluarga Shang, dan seseorang yang menikahinya adalah Jin Shuang.
"Bi... Bibi?" Jin Xian bertanya dengan sedikit bingung, dia tidak tahu latar belakang ibunya sama sekali, karena ibunya memang tidak pernah mengungkapkan latar belakangnya kepada Jin Xian dan hanya beberapa tetua saja yang mengetahui hal tersebut.
Jin Xian hanya mengetahui latar belakang Ibunya tidak biasa, dari kakeknya yang sering menceritakan kisah kedua orang tuanya.
"Hm... Memangnya ada apa Adik Junior?" tanya Shang Luo Ying.
"Ah.. Ti... Tidak ada apa-apa kakak senior," Jin Xian berkata dengan gugup.
"Oh iya, mulai saat ini, kamu tidak perlu memanggil diriku, dengan sebutan kakak senior lagi, panggil saja diriku dengan panggilan "Kakak" saja... Oke," Shang Luo Ying berkata dengan serius. Dia tidak pernah seserius seperti ini sebelumnya.
"Baik, Ka... Kakak, hehehe." Jin Xian terlihat sangat bahagia. Dia yang sudah kehilangan sosok ayah dan ibunya, saat ini tidak memiliki keluarga kandung sama sekali, dan hanya menganggap Gurunya sebagai keluarganya.
Tetapi saat ini, tanpa di duga ternyata dia akan mendapatkan seorang kakak, walaupun bukan kakak kandung. Dia sudah sangat bahagia, hanya dengan menganggap Shang Luo Ying sebagai Kakak nya.
"Imutnya... Dia bahkan terlihat bahagia, hanya karena aku menyuruh nya memanggilku dengan sebutan 'Kakak'. " tangan kanan Shang Luo Ying refleks mengelus kepala Jin Xian, saat mengatakan hal tersebut.
Wajah Jin Xian sesaat memerah, saat di elus oleh Shang Luo Ying dan senyuman bahagia melintas di bibirnya.
"Kakak, dimana tempat latihan tertutupnya?" Jin Xian sudah sangat tidak sabar untuk melanjutkan latihan bela dirinya. Setelah lima hari, tidak memegang pedang untuk berlatih sekali pun.
"Mari ikuti kakak." ajak Shang Luo Ying.
"Baik." jawab Jin Xian.
Shang Luo Ying kemudian berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Jin Xian, mereka berjalan keluar dari ruangannya. Menuju ke suatu tempat di luar gerbang.
Sembari berjalan, Jin Xian memikirkan apa yang di katakan kakaknya. Dia mengetahui, bahwa "Ibunya bukanlah orang dari keluarga biasa", tapi Jin Xian tidak pernah berpikir, bahwa Ibunya merupakan anggota dari keluarga Shang, salah satu dari tiga keluarga besar di kekaisaran Awan Surgawi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
ricky suitela
lanjut
2023-10-21
0