Shang Luo Ying dan Jin Xian saat ini masih berjalan ke tempat yang ingin di tujuannya.
Mereka berjalan keluar dari gerbang, dan berjalan ke arah kiri dari pertigaan, bukan ke arah kanan(tempat Jin Xian menemui Jian Jing Tian), mereka berdua berjalan sambil berbincang-bincang.
"Adik, bagaimana cara kamu bisa melawan Binatang Buas Serigala Perak, dan untuk apa kamu berlari di hutan sendirian di pagi hari?" Shang Luo Ying, masih penasaran dengan apa yang dilakukan adiknya di hutan Awan Berkabut, dan bagaimana bisa melawan Serigala Perak, sedangkan adiknya tidak memiliki basis kultivasi sama sekali.
Dia sangat-sangat penasaran, setelah mendengar cerita dari Gurunya, sebelum Jin Xian siuman, dari tidak sadarkan diri, sebelumnya.
"I... Itu Kakak, aku hanya ingin berlatih pedang saja di dalam hutan, tapi tidak menyangka akan bertemu dengan binatang buas di dalam hutan," Jin Xian berbohong pada kakaknya, dia tidak ingin ada seorang pun tahu tentang masalah yang dia hadapi sebelumnya.
"Kamu bisa berlatih pedang?" tanya Shang Luo Ying.
Dia sama sekali tidak diberitahukan oleh Gurunya tentang 'Jin Xian yang sangat mahir dalam menggunakan pedang'. Dan karena cerita Gurunya itulah, yang membuat Shang Luo Ying penasaran, tentang bagaimana cara 'Jin Xian bisa melawan para Serigala Perak dan melarikan diri dari kawanan para Serigala Perak' di dalam hutan yang di ceritakan Gurunya.
"Aku sudah sangat mahir dalam menggunakan pedang, aku pergi ke hutan untuk berlatih setiap harinya, dan karena itulah aku dapat melawan para Serigala Perak, walaupun kesusahan melawan mereka," kali ini Jin Xian tidak berbohong. Dia benar-benar berlatih pedang setiap hari di dalam hutan Awan Berkabut, entah itu siang hari maupun malam hari, tanpa diketahui kedua orang tuanya.
"Aku sangat percaya jika kamu berkata seperti itu. Bagaimanapun, Guru tidak akan menjadikan mu muridnya jika kamu tidak bisa menggunakan pedang," ucap Shang Luo Ying.
"Mengapa bisa seperti itu, Kak?" tanya Jin Xian.
"Apakah kamu tidak tahu, bahwa Guru memiliki julukan di sekte ini, dan julukannya adalah 'Tetua penggila pedang', Guru tidak mungkin menerima mu, jika dirimu tidak memiliki keterampilan pedang sama sekali," jawab Shang Luo Ying.
"Oh... Jadi seperti itu, pantas saja," ucap Jin Xian sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Jin Xian mengangguk, lalu berkata, "Baiklah... Jika Guru memang ingin menjadikan diriku jenius pedang, maka aku akan berlatih terus menerus. Bukan hanya untuk Guru saja...," ucap Jin Xian.
"Tetapi untuk membalaskan dendam kedua orang tuaku dan seluruh anggota keluargaku yang terbunuh." Jin Xian mengepalkan tangannya, dia bertekat untuk berjuang mati-matian demi orang-orang yang di hormatinya.
Shang Luo Ying yang melihat adiknya sangat bersemangat, ikut bersemangat, "Baiklah... Jika begitu, aku akan berusaha lebih keras agar tidak di langkahi Adikku sendiri."
Di saat yang sama, Jin Xian juga tengah menggumam kan sesuatu, "Tapi bagaimana Guru bisa tahu, jika aku mahir dalam menggunakan pedang." Dia sangat bingung dengan 'bagaimana Gurunya bisa mengetahui bahwa dirinya mahir dalam menggunakan pedang'.
Dia sama sekali, tidak pernah menunjukan keterampilan pedangnya di hadapan siapapun bahkan Gurunya, kecuali kakeknya.
"Apakah pada saat aku bertarung dengan para Serigala Perak pada saat itu, Guru berada di tempatku bertarung?" batin Jin Xian.
"Jika memang seperti itu. Mengapa Guru tidak membantuku saat itu juga?" gumam Jin Xian sambil menggertakkan giginya. Dia saat ini menjadi sangat-sangat bingung, dengan yang dialaminya saat di dalam hutan Awan Berkabut.
"Sudahlah mungkin Guru akan memberi tahuku, saat sudah waktunya." Jin Xian menggelengkan kepalanya.
Kemudian Shang Luo Ying bertanya kembali kepada Jin Xian untuk yang kesekian kalinya, "Lalu bagaimana jika orang tua mu mencari mu? Jika kamu berada di sini, tanpa sepengetahuan mereka?"
"I... Itu kakak, aku sudah tidak memiliki orang tua," jawab Jin Xian dengan ragu-ragu. Dia bahkan tidak mengetahui, apakah 'Ibu dan Ayahnya masih hidup atau sudah meninggal dunia'.
Shang Luo Ying terkejut dengan ucapan yang di ucapkan Jin Xian, "Apa... Ternyata kamu sudah tidak memiliki orang tua," ucap Shang Luo Ying.
"Iya..." jawab Jin Xian dengan sedikit lemas.
"Ternyata Adik sudah tidak memiliki keluarga sama sekali, pantas saja dia sangat bahagia ketika, aku menyuruhnya untuk memanggilku dengan sebutan 'Kakak'," gumam Shang Luo Ying. Dia merasa kasihan terhadap adiknya, dan menyesal 'karena telah membahas sesuatu yang tidak seharusnya dia tanyakan ke adiknya' setelah melihat raut wajah adiknya.
"Maafkan, Kakak ya, Dik," ucap Shang Luo Ying.
"Hah... Untuk apa, Kak?" tanya Jin Xian.
"Maaf, karena sudah membuatmu bersedih dengan membicarakan kedua orang tuamu," jawab Shang Luo Ying.
Jin Xian menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Tidak perlu merasa bersalah, Kak. Karena itu bukan kesalahan mu..."
".... Tetapi, kesalahan para bajingan itu, " gumam Jin Xian. Dan kebencian yang sangat dalam, yang sudah di pendamnya, muncul kembali ke permukaan, lewat matanya yang memerah.
"Baiklah... Aku akan menjaga mu mulai dari hari ini, sebagai Kakak mu, oke...," ucap Shang Luo Ying.
Jin Xian tersenyum sambil berkata, "Baik, aku akan selalu menjaga Kakak juga."
Mereka berdua kini, sudah dekat dengan lokasi yang mereka tuju.
Mereka berdua kemudian tiba di tempat yang di penuhi oleh bambu, setelah berjalan puluhan langkah. Dan Shang Luo Ying, kemudian tanpa mengatakan apapun, berjalan melewati celah-celah bambu, yang kemudian di ikuti Jin Xian, yang sudah mengerti oleh maksud Kakaknya.
Mereka akhirnya tiba di tempat yang mereka tuju, setelah beberapa menit berjalan melewati celah-celah bambu.
Tempat itu di kelilingi dengan bambu-bambu yang bervariasi ukurannya, ada yang besar dan ada yang kecil. Dan mereka kini berada di tengah-tengah sekumpulan bambu tersebut.
"Akhirnya sampai, tidak terasa sudah berjalan sangat jauh." ucap Shang Luo Ying.
Kemudian Shang Luo Ying, mengambil pedang yang berada di sebuah meja di tempat itu. Setelah Shang Luo Ying memegang pedang, dia kemudian menggoyangkan pedangnya menggunakan tangan tangan kanan.
Shang Luo Ying kemudian memasukkan energi qi miliknya kedalam pedang yang di pegangnya.
Energi qi itu berwarna emas, dan menyelimuti seluruh lapisan pedang.
Setelah, pedang yang dipegangnya dipenuhi oleh energi qi miliknya, Shang Luo Ying, langsung mengayunkan pedangnya ke arah sebuah bambu yang berada di sebelah kanannya. Pedang itu tidak berbenturan langsung dengan bambunya. Tetapi, sebuah energi qi keluar dari pedangnya dan melesat ke arah bambu tersebut, dan membuat goresan tipis di bambu tersebut setelah mengenainya.
Kemudian tempat mereka berdua yang tadinya gelap gulita, kini menjadi sedikit terang setelah bambu yang digores oleh Shang Luo Ying mengeluarkan cahaya terang yang berwarna hijau giok.
Dan Shang Luo Ying melakukan hal yang sama sebanyak lima kali, yang di arahkan ke sudut yang berbeda. Setelah kelima bambu itu di gores oleh Shang Luo Ying, kelima bambu itu mengeluarkan cahaya yang sama dengan bambu yang di gores oleh Shang Luo Ying sebelumnya, yang berwarna hijau giok.
Dan karena hal tersebut, membuat seluruh tempat yang digunakan oleh mereka berdua, menjadi terang benderang, dengan warna hijau giok, dan tempat itu juga di sinari oleh cahaya rembulan yang sedikit terang.
Kemudian Shang Luo Ying berkata, "Adik... Disinilah tempat yang aku katakan tadi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments