DOKTER CINTA

DOKTER CINTA

1. Dokter Cinta 1

Langit Jakarta mulai berwarna jingga menandakan waktu sudah petang. Dika tampak bersiap untuk menjemput sang istri yang bekerja di kafe depan rumah sakit tempat ia bekerja.

Bagi Dika yang merupakan seorang dokter magang di salah satu rumah sakit pemerintah Jakarta bisa di bilang ia sangat beruntung memiliki istri cantik dan mapan seperti Dona.

Meskipun ia bukan seorang yang kaya raya namun bisa hidup dengan wanita yang di cintanya merupakan sebuah anugerah yang luar biasa.

Ia selalu setia mengantar jemput istrinya bahkan Dika juga tak segan mengerjakan semua pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan oleh istrinya karena ia tahu selama ini Dona yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Wajar saja, sebagai dokter magang Dika belum memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Seperti biasa Dika membelikan es cappucino kesukaan istrinya saat menunggu wanita itu di depan kafe.

Senyumnya mengembang saat melihat Dona keluar dari pintu utama.

Ia segera mendekati wanita cantik bergaun merah itu. Dika segera memberikan es cappucino kepada Dona yang terlihat begitu lelah hari itu.

"Kamu pasti lelah banget ya hari ini?" tanya Dika

Dona hanya mengangguk pelan sambil menyeruput es kopi pemberian suaminya.

Dika segera memarkirkan motornya dan Dona pun segera naik. Dika melesatkan motornya menembus kemacetan kota Jakarta.

Setibanya di rumah Dona langsung mandi dan tidur, sementara itu Dika masih harus bersih-bersih rumah, bahkan mencuci pakaian.

Setelah pekerjaan rumah selesai Dika pun merebahkan tubuhnya di samping istrinya yang lebih dulu terlelap.

Pukul lima pagi alarm ponselnya berbunyi, Dika buru-buru bangun untuk mempersiapkan sarapan.

Ia tak lupa membangunkan istrinya untuk sarapan.

"Sayang bangun," ucap Dika mengecup pipi istrinya

Dona menggeliat dan berusaha membuka matanya yang terasa lengket.

"Jam berapa sekarang?"

"Jam 6," jawab Dika

Dona buru-buru bangun dan bergegas menuju kamar mandi.

Selesai mandi Dona segera menyambar tas kerjanya dan berpamitan kepada Dika.

"Buru-buru amat sayang, kan kafe buka jam 10?"

"Iya tapi hari ini kami harus mempersiapkan kafe lebih awal karena mau di booking untuk acara gitu," jawab Dona

"Yaudah kalau gitu sarapan dulu,"

Dona menoleh kearah meja makan, dia nampak tak berselera saat melihat Dika hanya memasak nasi goreng telor.

"Gak ah nanti aja di kafe,"

"Kenapa memang, bukannya kamu paling suka nasi goreng ya?" tanya Dik

"Iya sih, tapi sekarang kan aku lagi diet, jadi gak boleh makan yang berat-berat,"

"Ngapain diet segala sih sayang, tubuh kamu tuh udah bagus, jadi walaupun tidak diet ya tetap bagus. Lagipula nasi goreng ini gak pakai minyak kok jadi aman, aku sengaja pakai olive oil buat masaknya. Jadi coba dikit ya,"

Dika menyuapi istrinya dengan satu suapan. Meskipun sebenarnya Dona enggan namun ia terpaksa menelan nasi goreng itu.

"Udah Mas, aku buru-buru!" seru Dona kemudian bergegas keluar

Dika pun segera menyusul dan mengeluarkan sepeda motornya untuk mengantar sang istri. Namun Dona menolak saat Dika hendak mengantarnya.

"Gak usah Mas, hari ini aku janjian sama temanku mau berangkat bareng," tolak Dona

Gadis itu buru-buru berlari meninggalkan gang rumahnya. Dari kejauhan Dika melihat sebuah mobil mercy berhenti di depan Gang dan Istrinya segera naik ke dalam mobil tersebut.

Karena tak mengantar istrinya bekerja Dika memilih berangkat kerja siang.

*Dreet, drett!

Dika segera membuka pesan singkat yang ia terima.

[Kepada semua karyawan Rumah Sakit Umum pusat Fatmawati, diharap untuk hadir dalam acara penyambutan dokter bedah baru yang sekaligus akan menggantikan posisi Kepala Rumah Sakit yang lama. Adapun acaranya akan di adakan di Kafe Three Alamanda pukul 10 pagi. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.]

"Jadi ini alasan Dona berangkat pagi-pagi. Baiklah kalau gitu aku akan membantunya. Kasian kan dia kalau harus mempersiapkan semuanya sendirian,"

Dika pun segera berganti pakaian dan kemudian bergegas meninggalkan kediamannya.

Di tengah jalan ia terpaksa menghentikan sepeda motor karena terjadi kecelakaan.

Seorang pengemis tampak terluka setelah di serempet oleh mobil mewah.

Namun anehnya tak ada satupun pengguna jalan yang mau menolongnya dengan alasan buru-buru ke tempat kerja. Adapun beberapa orang merasa jijik melihat penampilan kumal dan menjijikan si pengemis tersebut.

Dika yang merasa tak tega melihat pria itu segera turun dari motornya dan membawa lelaki itu berobat ke klinik. Namun karena masih pagi tak belum ada klinik yang buka. Ia pun kemudian berinisiatif membawa pria itu ke rumah sakit tempatnya bekerja agar bisa mengobati lukanya.

Setibanya di rumah sakit, seorang atasannya melarang Dika membawa pria itu ke ruang UGD.

"Kamu itu berani-beraninya bawa gelandangan kaya gitu ke sini. Kalau kamu mau jadi malaikat bukan di sini tempatnya. Jangan bawa dia ke ruang UGD karena bisa mengganggu pasien lain!"

Dika buru-buru membawa pria itu pergi ke belakang rumah sakit, ia kemudian membawa peralatan secukupnya untuk mengobati luka pria itu.

"Maaf ya pak saya tidak bisa maksimal mengobati anda. Mudah-mudahan lukanya cepat membaik setelah ini,"

"Terimakasih Pak Dokter, semoga kebaikan anda dibalas sama Tuhan. Maaf saya juga tak punya apa-apa untuk membalas kebaikan anda," jawab pria itu kemudian bersiap untuk pergi

Karena kasian melihat pria itu Dika bahkan memberinya uang.

"Mungkin ini tidak banyak pak, tapi semoga bisa buat ongkos pulang sama beli sarapan," ucap dika sambil memberikan selembar uang lima puluh ribuan

Lelaki itu tampak sumringah saat menerima uang pemberian Dika, ia bahkan memberikan jam tangan yang dipakainya kepada Dika.

Meskipun Dika sudah menolaknya namun lelaki itu memaksa Dika untuk menerimanya.

"Saya mohon terima pemberian saya ini, semoga suatu saat arloji ini bisa berguna bagi bapak," pungkasnya

Dika pun akhirnya menerima arloji itu. Karena kotor Dika pun berinisiatif untuk membersihkan arloji itu, dan ia tampak terkejut saat melihat Arloji tersebut tampak berubah seperti sebuah arloji mahal. Ia pun memutuskan untuk memakainya .

"Astaga, aku hampir lupa kalau aku akan membantu Dona,"

Dika buru-buru menuju ke kafe tempat istrinya bekerja yang ada di depan rumah sakit.

Setibanya di sana ia melihat semua karyawan kafe tampak sibuk. Dika pun mencari dimana istrinya berada.

Seorang teman Dona memberitahukan jika Dona sedang berada di ruang pemilik kafe.

Dika segera bergegas naik ke lantai dua untuk menemui sang istri.

Sementara itu Dona tampak mend*s*h, saat seorang pria terus menggag*hinya.

Dika yang baru tiba di tempat itu tampak terkejut saat mendengar suara des*han Dona yang begitu kencang hingga terdengar sampai diluar.

Ia yang penasaran segara mendobrak pintu ruangan itu dan terkejut saat melihat istrinya tak mengenakan sehelai benang pun di bawah Kungkungan seorang pria paruh baya.

"Dasar biadab!" seru Dika yang begitu emosi saat melihat istrinya tengah bergumul dengan pria lain di depannya.

Ia langsung menghajar pria itu tanpa ampun hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

Bukannya meminta maaf Dona justru memukul Dika dengan menggunakan botol minuman.

"Mas Dika cukup!" serunya kemudian menarik pria selingkuhannya.

"Kamu gak papa kan sayang, pasti sakit ya," ucap Dona menyeka darah di bibir selingkuhannya

"Sayang kamu...." Dika tak percaya saat melihat istrinya justru mengkhawatirkan selingkuhannya daripada dirinya.

"Kenapa kamu kaget?" tanya Dona

"Asal kamu tahu Mas, aku sudah muak hidup susah dengan lelaki miskin seperti dirimu. Aku juga mau hidup bahagia tanpa harus bekerja keras membanting tulang seperti wanita lainnya, aku butuh uang yang tak bisa kau berikan kepada selama ini Mas!" seru Dona

"Jadi kau memilih lelaki itu karena dia lebih kaya dariku?" tanya Dika

Dona mengangguk,

"Tega sekali kamu Dona melakukan ini semua padaku,"

"Harusnya aku yang berkata seperti itu, aku rela menghabiskan masa mudaku bersamamu dan hidup susah denganmu, tapi apa... kau tidak pernah memberikan kebahagiaan apapun kepada ku, justru kamu malah jadi beban hidupku. Mulai sekarang aku mau kau menceraikan aku dan biarkan aku hidup bahagia dengan Pak Anam!" seru Dona

Bak sebuah pisau, kata-kata Dona membuat jantung Dika teriris-iris. Ia pun segera pergi dari tempat itu dan melesatkan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah sakit.

Namun di tengah jalan sebuah truk menghantam sepeda motornya hingga Dika terlempar ke trotoar jalan.

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

seru nih

2023-12-31

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

wong istri mu mau kok dik

2023-12-31

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kasian gak ada yang peduli

2023-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!