6. Dilema Sardi

Dengan bantuan dari Dokter Anam, Sardi sopir truk yang menabrak Dika akhirnya bebas bersyarat.

Seorang lelaki tampak mengepulkan asap rokok ke angkasa. Ia sesekali menengok ke gerbang Sekolah Dasar di depannya.

Seorang anak kecil berlari menghambur kearahnya dengan wajah ceria.

"Bapak!!" serunya kemudian memeluk erat tubuhnya

"Gimana sekolahnya hari ini?" tanya Sardi

"Aku dapat nilai 100," ucapnya begitu bahagia kemudian menunjukkan kertas ulangannya kepada lelaki itu.

"Wah anak bapak hebat ya, yaudah sekarang kita pulang,"

Sardi kemudian menggandeng lengan kecil putranya dan mengajaknya naik ke atas truk tronton nya.

Ia menghentikan truk nya di depan sebuah rumah kecil yang terletak di pinggir jalan.

Sardi segera menghampiri seorang wanita yang terbaring lemah diatas dipan kayu. Nafasnya tampak kembang kempis dengan bunyi yang sesekali terdengar seperti seorang penderita asma.

Istri Sardi menderita bronkitis akut di tambah asma membuat wanita itu tak bisa bergerak bebas.

"Bagaimana kabarmu dek, apa obatnya sudah habis?" tanya Sardi

"Kabar baik Mas, kapan kamu bebas?"

"Baru saja," Sardi kemudian membantu istrinya duduk

Ia kemudian mengambil botol obat yang tergeletak di meja dan membukanya.

"Sudah mau habis rupanya, nanti Mas beli lagi kalau udah dapat kiriman uang dari Bos," ucap Sardi

Ia kemudian menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, sedangkan sang istri menuju ke dapur untuk mempersiapkan makan siang untuknya.

Setelah makan siang Sardi tampak menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya dengan bercengkrama bersama istri dan anaknya sambil menonton televisi.

Setelah melepas kangen dengan anak dan istrinya, Sardi segera bersiap untuk melakukan misi keduanya mengeksekusi Dika.

Sebelum menjalankan misi menghabisi Dika, Sardi lebih dulu mendatangi sebuah bank swasta untuk mengecek apa Anam sudah mengirim uang pembayarannya atau belum.

Saat sedang mengantre ponselnya berdering, ternyata puteranya menelpon.

"Ayah, sakit ibu kambuh,"

Sardi buru-buru pergi meninggalkan bank.

Ia buru-buru melesatkan sepeda motornya. Saking paniknya, Sardi bahkan hampir menabrak seorang wanita yang hendak menyebrang jalan.

"Oi, kalau nyebrang liat-liat!" makinya memelototi wanita paruh baya yang menyebrang sembarangan jalan.

*Ciitt!

Sardi segera turun dari sepeda motornya dan merangsek masuk ke kamar tidurnya.

Ia melihat istrinya tampak pingsan di depan kamar mandi.

Sardi buru-buru membawa wanita itu ke rumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit para tenaga medis membawanya ke ruang UGD.

"Silakan tunggu di luar pak," ucap seorang perawat meminta Sardi untuk keluar ruang UGD.

Cukup lama Sardi menunggu di Selasar ruang UGD, namun tak ada panggilan dari perawat atau dokter.

Lelaki itu menatap satu demi satu perawat yang keluar masuk. Ingin rasanya ia bertanya kepada perawat tentang kondisi istrinya, namun semua perawat tampak sibuk hingga mengacuhkan dirinya.

Perasaan tak enak membuat Sardi nekat masuk ruang UGD. Lelaki itu tampak terkejut saat melihat istri terbaring di brankar seorang diri.

Bola matanya tiba-tiba berair saat melihat sang Istri masih terbaring kesakitan tanpa ada tindakan dari dokter.

Sardi pun buru-buru menghampiri seorang suster dan menanyakan perihal istrinya yang belum mendapatkan tindakan padahal kondisinya begitu kritis.

"Tunggu saja Pak karena Dokter sedang menangani pasien lain," jawab Suster

"Tapi istri saya sekarat dokter, apa kalian nunggu dia mati baru bertindak gitu!" serunya dengan nada tinggi

"Kalau bapak ingin istri anda di tangani dengan cepat sebaiknya anda jangan menggunakan BPJS, ubah saja jadi pasien umum,"

"Baik kalau begitu saya akan ganti jadi pasien umum,"

"Kalau begitu silakan ke Bagian administrasi dulu untuk melunasi biaya pengobatannya," jawab seorang perawat

Sardi buru-buru keluar menuju ke bagian administrasi. bukannya di sananya langsung menanyakan berapa jumlah uang yang harus dia bayar untuk biaya pengobatan istrinya.

kata-kata Facebook yang artis saat ia harus mendapat membayar sejumlah uang yang lumayan besar.

namun ia menyanggupinya demi menyelamatkan sang istri tercinta.

selesai melakukan pembayaran Ia pun kembali dan menunjukkan akuntansi pemanasan pembayaran kepada seorang perawat.

Setelah itu barulah perawat bertindak dan seorang dokter datang untuk mengobatinya.

seorang dokter menghampiri saldo setelah memeriksa kondisi istrinya.

"Kondisi istri anda sudah sangat parah. Kami menyarankan untuk segera melakukan operasi. Untuk melakukan operasi Anda harus menyediakan uang sebesar 10 juta rupiah. Jika anda setuju maka silakan tanda tangan persetujuan operasi ini, kemudian segera lunasi biaya administrasinya ke bagian administrasi, agar kami bisa langsung membawa istri anda kurang operasi," tukas seorang dokter

Sardi pun menyanggupinya. Ia buru-buru menuju ke mesin ATM untuk menarik saldo tabungannya.

Namun sayangnya ia harus gigit jari saat melihat saldonya tidak mencukupi untuk melakukan operasi.

Sardi buru-buru menghubungi Anam untuk meminta pembayaran untuk misi keduanya.

Namun dengan Enteng Anam mengatakan jika misi ke dua ini ia tidak membayarnya dengan alasan karena Sardi gagal membunuh Dika pada misi pertamanya.

"Anggap saja ini sebagai misi pengganti, lagipula aku sudah mengeluarkan mu dari penjara. Jadi anggap aja kita impas," tutur Anam

"Tapi Bos, saat ini istri saya sedang berada di rumah sakit. Dia sakit keras. Saat ini saya membutuhkan uang sebesar 10 juta untuk biaya operasi istri saya. Kalau Bos tidak keberatan Saya mohon Bos bisa mengirimkan uang sejumlah itu untuk biaya operasi istri saya. Saya janji akan melunasinya setelah misi saya selesai," tutur Sardi

"Memangnya kau akan membayar ku dengan apa. Kamu ini hanya seorang pembunuh bayaran miskin jadi mustahil kau bisa membayar uang pinjaman mu itu kelak,"

"Tolong lah Bos, kali ini saja," ucap Sardi memohon.

Tapi Anam tak bergeming dan menutup teleponnya.

Sardi yang putus asa pun mencari berbagai cara untuk mendapatkan uang agar bisa mengobati Istri tercintanya.

Saat berjalan menyusuri Selasar ia melihat photo Anam terpampang di dinding rumah sakit.

"Jadi rumah sakit ini milik pak Bos," Sardi kemudian berpikir untuk menggunakan hubungannya dengan sang Bos agar dia bisa mendapatkan keringanan biaya

Ia kembali menelpon bos besarnya.

Sardi sengaja meminta tolong Anam agar memberikan keringanan biaya operasi untuk istrinya.

Namun bukannya menolong Lelaki Anam justru menyuruh Sardi untuk mencari rumah sakit lain yang lebih murah. Tentu saja hal itu membuat Sardi kesal.

Ia semakin kesal saat dokter menyarankan untuk di rawat di rumah karena ia tak punya uang untuk membayar biaya pengobatan istrinya.

Dengan perasaan dongkol dan marah, ia menggendong istrinya keluar dari rumah sakit.

Saat di tengah jalan ia bertemu dengan Dika yang tak sengaja ingin berkunjung ke Rumah sakit karena diundang untuk melakukan rapat kerja.

Melihat kondisi Istri Sardi yang mengkhawatirkan, Dika pun menawarkan diri untuk merawatnya.

Namun Sardi yang malu karena sudah berusaha membunuh pria itu pun menolaknya.

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

Sardi malu lah gegara dia sudah mencelakai Dika

2024-01-01

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

menghampiri saldo..

2024-01-01

0

Cat's

Cat's

Banyak typo nih

2023-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!