Langit Jakarta mulai berwarna jingga menandakan waktu sudah petang. Dika tampak bersiap untuk menjemput sang istri yang bekerja di kafe depan rumah sakit tempat ia bekerja.
Bagi Dika yang merupakan seorang dokter magang di salah satu rumah sakit pemerintah Jakarta bisa di bilang ia sangat beruntung memiliki istri cantik dan mapan seperti Dona.
Meskipun ia bukan seorang yang kaya raya namun bisa hidup dengan wanita yang di cintanya merupakan sebuah anugerah yang luar biasa.
Ia selalu setia mengantar jemput istrinya bahkan Dika juga tak segan mengerjakan semua pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan oleh istrinya karena ia tahu selama ini Dona yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Wajar saja, sebagai dokter magang Dika belum memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Seperti biasa Dika membelikan es cappucino kesukaan istrinya saat menunggu wanita itu di depan kafe.
Senyumnya mengembang saat melihat Dona keluar dari pintu utama.
Ia segera mendekati wanita cantik bergaun merah itu. Dika segera memberikan es cappucino kepada Dona yang terlihat begitu lelah hari itu.
"Kamu pasti lelah banget ya hari ini?" tanya Dika
Dona hanya mengangguk pelan sambil menyeruput es kopi pemberian suaminya.
Dika segera memarkirkan motornya dan Dona pun segera naik. Dika melesatkan motornya menembus kemacetan kota Jakarta.
Setibanya di rumah Dona langsung mandi dan tidur, sementara itu Dika masih harus bersih-bersih rumah, bahkan mencuci pakaian.
Setelah pekerjaan rumah selesai Dika pun merebahkan tubuhnya di samping istrinya yang lebih dulu terlelap.
Pukul lima pagi alarm ponselnya berbunyi, Dika buru-buru bangun untuk mempersiapkan sarapan.
Ia tak lupa membangunkan istrinya untuk sarapan.
"Sayang bangun," ucap Dika mengecup pipi istrinya
Dona menggeliat dan berusaha membuka matanya yang terasa lengket.
"Jam berapa sekarang?"
"Jam 6," jawab Dika
Dona buru-buru bangun dan bergegas menuju kamar mandi.
Selesai mandi Dona segera menyambar tas kerjanya dan berpamitan kepada Dika.
"Buru-buru amat sayang, kan kafe buka jam 10?"
"Iya tapi hari ini kami harus mempersiapkan kafe lebih awal karena mau di booking untuk acara gitu," jawab Dona
"Yaudah kalau gitu sarapan dulu,"
Dona menoleh kearah meja makan, dia nampak tak berselera saat melihat Dika hanya memasak nasi goreng telor.
"Gak ah nanti aja di kafe,"
"Kenapa memang, bukannya kamu paling suka nasi goreng ya?" tanya Dik
"Iya sih, tapi sekarang kan aku lagi diet, jadi gak boleh makan yang berat-berat,"
"Ngapain diet segala sih sayang, tubuh kamu tuh udah bagus, jadi walaupun tidak diet ya tetap bagus. Lagipula nasi goreng ini gak pakai minyak kok jadi aman, aku sengaja pakai olive oil buat masaknya. Jadi coba dikit ya,"
Dika menyuapi istrinya dengan satu suapan. Meskipun sebenarnya Dona enggan namun ia terpaksa menelan nasi goreng itu.
"Udah Mas, aku buru-buru!" seru Dona kemudian bergegas keluar
Dika pun segera menyusul dan mengeluarkan sepeda motornya untuk mengantar sang istri. Namun Dona menolak saat Dika hendak mengantarnya.
"Gak usah Mas, hari ini aku janjian sama temanku mau berangkat bareng," tolak Dona
Gadis itu buru-buru berlari meninggalkan gang rumahnya. Dari kejauhan Dika melihat sebuah mobil mercy berhenti di depan Gang dan Istrinya segera naik ke dalam mobil tersebut.
Karena tak mengantar istrinya bekerja Dika memilih berangkat kerja siang.
*Dreet, drett!
Dika segera membuka pesan singkat yang ia terima.
[Kepada semua karyawan Rumah Sakit Umum pusat Fatmawati, diharap untuk hadir dalam acara penyambutan dokter bedah baru yang sekaligus akan menggantikan posisi Kepala Rumah Sakit yang lama. Adapun acaranya akan di adakan di Kafe Three Alamanda pukul 10 pagi. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.]
"Jadi ini alasan Dona berangkat pagi-pagi. Baiklah kalau gitu aku akan membantunya. Kasian kan dia kalau harus mempersiapkan semuanya sendirian,"
Dika pun segera berganti pakaian dan kemudian bergegas meninggalkan kediamannya.
Di tengah jalan ia terpaksa menghentikan sepeda motor karena terjadi kecelakaan.
Seorang pengemis tampak terluka setelah di serempet oleh mobil mewah.
Namun anehnya tak ada satupun pengguna jalan yang mau menolongnya dengan alasan buru-buru ke tempat kerja. Adapun beberapa orang merasa jijik melihat penampilan kumal dan menjijikan si pengemis tersebut.
Dika yang merasa tak tega melihat pria itu segera turun dari motornya dan membawa lelaki itu berobat ke klinik. Namun karena masih pagi tak belum ada klinik yang buka. Ia pun kemudian berinisiatif membawa pria itu ke rumah sakit tempatnya bekerja agar bisa mengobati lukanya.
Setibanya di rumah sakit, seorang atasannya melarang Dika membawa pria itu ke ruang UGD.
"Kamu itu berani-beraninya bawa gelandangan kaya gitu ke sini. Kalau kamu mau jadi malaikat bukan di sini tempatnya. Jangan bawa dia ke ruang UGD karena bisa mengganggu pasien lain!"
Dika buru-buru membawa pria itu pergi ke belakang rumah sakit, ia kemudian membawa peralatan secukupnya untuk mengobati luka pria itu.
"Maaf ya pak saya tidak bisa maksimal mengobati anda. Mudah-mudahan lukanya cepat membaik setelah ini,"
"Terimakasih Pak Dokter, semoga kebaikan anda dibalas sama Tuhan. Maaf saya juga tak punya apa-apa untuk membalas kebaikan anda," jawab pria itu kemudian bersiap untuk pergi
Karena kasian melihat pria itu Dika bahkan memberinya uang.
"Mungkin ini tidak banyak pak, tapi semoga bisa buat ongkos pulang sama beli sarapan," ucap dika sambil memberikan selembar uang lima puluh ribuan
Lelaki itu tampak sumringah saat menerima uang pemberian Dika, ia bahkan memberikan jam tangan yang dipakainya kepada Dika.
Meskipun Dika sudah menolaknya namun lelaki itu memaksa Dika untuk menerimanya.
"Saya mohon terima pemberian saya ini, semoga suatu saat arloji ini bisa berguna bagi bapak," pungkasnya
Dika pun akhirnya menerima arloji itu. Karena kotor Dika pun berinisiatif untuk membersihkan arloji itu, dan ia tampak terkejut saat melihat Arloji tersebut tampak berubah seperti sebuah arloji mahal. Ia pun memutuskan untuk memakainya .
"Astaga, aku hampir lupa kalau aku akan membantu Dona,"
Dika buru-buru menuju ke kafe tempat istrinya bekerja yang ada di depan rumah sakit.
Setibanya di sana ia melihat semua karyawan kafe tampak sibuk. Dika pun mencari dimana istrinya berada.
Seorang teman Dona memberitahukan jika Dona sedang berada di ruang pemilik kafe.
Dika segera bergegas naik ke lantai dua untuk menemui sang istri.
Sementara itu Dona tampak mend*s*h, saat seorang pria terus menggag*hinya.
Dika yang baru tiba di tempat itu tampak terkejut saat mendengar suara des*han Dona yang begitu kencang hingga terdengar sampai diluar.
Ia yang penasaran segara mendobrak pintu ruangan itu dan terkejut saat melihat istrinya tak mengenakan sehelai benang pun di bawah Kungkungan seorang pria paruh baya.
"Dasar biadab!" seru Dika yang begitu emosi saat melihat istrinya tengah bergumul dengan pria lain di depannya.
Ia langsung menghajar pria itu tanpa ampun hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
Bukannya meminta maaf Dona justru memukul Dika dengan menggunakan botol minuman.
"Mas Dika cukup!" serunya kemudian menarik pria selingkuhannya.
"Kamu gak papa kan sayang, pasti sakit ya," ucap Dona menyeka darah di bibir selingkuhannya
"Sayang kamu...." Dika tak percaya saat melihat istrinya justru mengkhawatirkan selingkuhannya daripada dirinya.
"Kenapa kamu kaget?" tanya Dona
"Asal kamu tahu Mas, aku sudah muak hidup susah dengan lelaki miskin seperti dirimu. Aku juga mau hidup bahagia tanpa harus bekerja keras membanting tulang seperti wanita lainnya, aku butuh uang yang tak bisa kau berikan kepada selama ini Mas!" seru Dona
"Jadi kau memilih lelaki itu karena dia lebih kaya dariku?" tanya Dika
Dona mengangguk,
"Tega sekali kamu Dona melakukan ini semua padaku,"
"Harusnya aku yang berkata seperti itu, aku rela menghabiskan masa mudaku bersamamu dan hidup susah denganmu, tapi apa... kau tidak pernah memberikan kebahagiaan apapun kepada ku, justru kamu malah jadi beban hidupku. Mulai sekarang aku mau kau menceraikan aku dan biarkan aku hidup bahagia dengan Pak Anam!" seru Dona
Bak sebuah pisau, kata-kata Dona membuat jantung Dika teriris-iris. Ia pun segera pergi dari tempat itu dan melesatkan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah sakit.
Namun di tengah jalan sebuah truk menghantam sepeda motornya hingga Dika terlempar ke trotoar jalan.
Melihat Dika pergi dari ruangannya, Anam pun segera menghubungi seseorang. Lelaki itu meminta seseorang untuk menghabisi nyawa Dika.
"Buat seolah-olah kecelakaan, dan jangan tinggalkan jejak sedikitpun," ucap Anam memberikan arahan
"Baik Dokter,"
Dona terkesiap saat mendengar selingkuhannya akan membunuh suaminya.
"Kenapa kau ingin membunuhnya, aku rasa setelah melihat semua ini Dika pasti akan menceraikan aku, jadi gak perlu lagi kamu membunuhnya sayang,"
"Apa kau lupa kalau suamimu seorang dokter di tempat dimana aku akan menjadi pemimpin rumah sakit itu. Aku tidak mau pelantikan ku gagal karena suamimu membocorkan hubungan kita. Lagipula dengan kematian suamimu akan mempermudah proses pernikahan kita," jawab Anam
"Iya sih, tapi bagaimana jika polisi tahu ini adalah perbuatan Mas?" tanya Dona khawatir
"Tidak mungkin, aku sudah menggunakan jasa pembunuh bayaran, jadi semuanya aman. Kamu siap-siap saja untuk menjadi nyonya Anam Sudibyo,"
************
Sementara itu sebuah mobil polisi tampak terparkir di bahu jalan.
Beberapa orang polisi tampak memasang police line dimana Dika tergeletak tak jauh dari motornya yang hancur.
Beberapa orang tampak sedang di interogasi bersama sang sopir truk yang menabrak Dika.
Tak lama mobil ambulance datang dan mengevakuasi mayat Dika ke rumah sakit.
Pihak rumah sakit pun menghubungi Dona untuk membawa pulang jenazah Dika, namun wanita itu justru enggan membawa pulang mayat suaminya dan malah membiarkan mayat Dika terkatung-katung di kamar mayat.
"Bagaimana ini dok, keluarganya tak mau mengambil jenazahnya?" tanya seorang perawat
"Simpan saja mayatnya di ruang jenazah, jika dalam waktu dua hari tak diambil maka rumah sakit memiliki hak penuh atas mayat itu,"
"Baik dokter,"
Jenazah Dika kemudian di bawa menuju ke ruang mayat.
Baru saja petugas medis keluar dari ruang jenazah, tiba-tiba Dika membuka matanya. Lelaki itu menggigil saat merasakan dinginnya suhu ruang jenazah.
"Dimana aku??"
Dika menggerakkan bola matanya ke kanan dan kiri. Dahinya mengernyit saat semua yang ia lihat hanya brankar yang ditutupi kain putih.
Karena penasaran ia pun segera bangun dan duduk menatap sekelilingnya.
"Ruang mayat, apa aku sudah mati??"
Dika berusaha mengingat kejadian yang dialaminya. Seketika tangannya mengepal saat ia mengingat perselingkuhan istrinya dengan atasannya.
"Tapi bukankah aku baru saja di tabrak truk, bukannya aku sudah mati??"
Dika berusaha menampar wajahnya untuk memastikan apa dia masih hidup apa sudah mati.
*Plaakk!!
"Sakit, kalau aku masih merasakan sakit itu tandanya aku masih hidup."
Dika pun segera turun dari brankar dan menapakkan kakinya di lantai.
"Masih menyentuh lantai, artinya aku memang belum mati,"
[Ding]
[Ding]
Dika menoleh ke kanan dan kiri mencari sumber suara aneh yang di dengarnya.
[Selamat, anda sudah mengaktifkan sistem Dokter Cinta. Dengan Cinta kami sudah menghidupkan anda kembali anda. Mulai sekarang anda akan menjadi seorang dokter Genius dengan kekuatan Cinta]
Dika terkesiap saat melihat Arloji pemberian pemulung yang ia selamatkan bisa berbicara.
Saat ia mengusap layar arloji tersebut seketika muncul data pengguna sistem.
[ Nama pengguna : Adika Adnan Hanafie
Usia : 30 tahun
Skill dokter Cinta : 90 %
Kekuatan Fisik : 20 %
Dana : 0]
Dika terkesiap saat melihat kekuatan fisiknya.
"Kok cuma 20 %, pantesan aku lemes," ucap Dika kemudian terduduk di lantai.
*Krieett!!
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dua orang lelaki membawa mayat baru ke ruangan tersebut.
Mereka belum menyadari keberadaan Dika yang duduk di lantai.
"Kamu pulang jam berapa Rul?"
"Abis ini pulang emangnya kenapa?"
"Mau nitip pesenin nasi di warung padang depan ya,"
"Sip,"
"Bilang aja seperti biasa buat Juki yang paling ganteng,"
"Ok Juk,"
"Yaudah kalau gitu aku balik lagi ke UGD ya, jangan lupa tutup pintu sebelum pulang, takut mayatnya kabur!"
"69 Juk,"
"Mantap!"
Selesai merapikan posisi mayat, lelaki itu pun mulai mematikan lampu ruangan.
Dika yang mengetahui ada seorang berusaha menunjukan dirinya untuk meminta pertolongan lelaki itu.
"Tolong!" serunya membuat perawat. Laki-laki itu langsung celingukan mencari dari mana suara itu berasal.
"Tolong, aku di sini!" seru Dika berusaha menghentikan suaranya
"Seperti ada orang minta tolong, tapi dimana??" lelaki itu kembali mencari siapa yang meminta tolong padanya.
"Ah jangan-jangan suara hantu, kan banyak yang bilang kalau di sini kan banyak hantunya!" ucap pria itu merinding
Dika yang tak mau mati untuk kedua kalinya berusaha berdiri untuk memperlihatkan dirinya, namun sialnya karena lemas iapun kembali terjatuh.
*Buugghhh!
"Aduuh!!" teriak Dika sambil memegangi kepalanya yang terbentur lantai
Mendengar ada sesuatu yang jatuh lelaki itu menghentikan langkahnya dan berbalik kearah Brankar yang bergoyang-goyang.
Ia terkejut saat melihat Dika merintih kesakitan memegangi kepalanya.
Sontak pria itu berteriak saat melihat Dika yang tidak menggunakan pakaian tergeletak di lantai.
"Hantu!!"
"Aku masih hidup dodol, aku bukan hantu!" ucap Dika
*Kruyuk!!
Seketika bola mata perawat lelaki itu membulat saat mendengar suara perut keroncongan Dika.
"Mana ada hantu kelaparan, jadi sekarang percaya gak kalau aku hantu?" tanya Dika
Lelaki itu menggeleng.
"Tapi kenapa kau ada di sini?" tanya pria itu
"Ya karena aku di kira sudah mati, tapi ternyata aku masih hidup," jawab Dika
"Oh begitu," lelaki itu kemudian membantu Dika bangun dan memberikan selimut untuk menutupi bagian tubuh Dika.
Ia kemudian membawa Dika ke ruang kerjanya. Lelaki itu menyodorkan satu botol air mineral dan sebungkus roti cokelat.
Dika pun melahapnya dengan cepat tanpa sisa.
"Ah ... Lumayan buat ganjel perut!" serunya
[Ding]
[ Misi pertama dokter Cinta, menyelamatkan seorang pasien di ruang UGD]
"Ada misi juga, tapi gimana aku bisa menyelamatkan pasien di sini kan aku bukan dokter di sini?"
[Lakukan saja jika kamu ingin punya uang, karena setiap Misi yang berhasil kamu selesaikan maka kami akan membayarnya dengan Uang]
"Wow, amazing!" seru Dika
Iapun buru-buru menyambar pakaian yang tergantung di tembok dan memakainya.
Ia berjalan mencari ruang UGD..
Beberapa orang perawat dan dokter tampak sibuk memberikan tindakan kepada seorang balita yang tengah kritis Karena menelan sebuah logam hingga membuatnya kesulitan bernafas.
Sudah berbagai cara dilakukan namun logam itu belum keluar juga, hingga akhirnya dokter bedah memutuskan untuk melakukan operasi.
Namun orang tua pasien keberatan apalagi pasien masih balita.
Saat kepanikan melanda para dokter, Dika pun muncul. Tanpa basa-basi ia mengangkat balita yang terus menangis itu dan membalikkan posisi tubuhnya hingga tengkurap.
Ia mengangkat tubuh si balita kemudian memukul punggungnya membuat orang tua pasien marah-marah dan memakinya.
Bukan hanya orang tua pasien yang tak suka dengan cara Dika memperlakukan balita tersebut.
Namun Dika tak menghiraukan ocehan mereka hingga si balita berhasil mengeluarkan Uang koin dari mulutnya.
Dika segera memeluk balita itu dan berusaha menenangkannya. Ia mengusap punggung balita itu dan menyenandungkan lagu anak-anak. Dengan kekuatan cinta ia berhasil membuat balita itu diam dan tersenyum lagi.
Semua orang tampak berdecak kagum dengan kemampuan Dika dalam mengobati pasien tersebut.
"Beri dia minum dan cek kondisi alat vitalnya ucap Dika," kemudian meninggalkan ruangan itu.
[ Ding ]
[ Misi Berhasil selamat saldo Dana anda bertambah menjadi 10.000. 000 rupiah]
[Ding]
[Selamat Datang di Sistem Dokter Cinta]
[Nama pengguna : Adika Adnan Hanafie
Usia : 30 tahun
Skill dokter Cinta : 90 %
Kekuatan Fisik : 50 %
Performa : 80 %
Dana : 10.000.000]
Dika membelakakan matanya saat melihat saldo yang dimilikinya.
"Buset banyak amat, tapi gimana aku bisa ambilnya wong atm aku aja tidak ada?" Dika tampak menggaruk-garuk kepalanya
[Jangan khawatir Sistem akan memberikan ATM baru untuk anda dengan potongan administrasi sebesar 150.000 rupiah]
"Mahal amat??"
[Tidak ada yang gratis di dunia ini Dika?]
"Iya, aku ikut aja, asal kau bahagia sis," jawab Dika
*Grep!!
Dika menghentikan langkahnya saat seseorang menyentuh pundaknya.
"Maaf Dokter, bisa ikut saya sebentar?" ucap seorang sekuriti rumah sakit
"Ok," jawab Dika tampak gemetar
Dalam hati ia terus menggerutu. Apakah ia akan di hakimi setelah berusaha memukul seorang balita. Atau di akan di hukum karena memakai pakaian dokter tanpa izin.
"Silakan masuk Dok?" ucap sekuriti itu membukakan pintu untuknya
"Terimakasih Pak," jawab Dika
Lelaki itu segera masuk sebuah ruangan yang hawanya begitu sejuk bahkan lebih sejuk dari kamar mayat.
Sepasang suami istri tersenyum menyambut kedatangannya.
"Silakan duduk dokter Tommy?"
"Terimakasih pak," Dika meringis mendengar pria itu memanggilnya Tommy.
Memang tidak salah, karena ia memakai baju Dr. Tommy.
"Perkenalkan saya Edy Setyo Utomo pemilik rumah sakit ini. Saya hanya ingin berterima kasih kepada dokter karena sudah menyelamatkan putra saya,"
"Sama-sama Pak," jawab Dika
"Kalau boleh tahu sudah belrapa pak lama anda bekerja di sini?" tanya Edy
"Oh itu, sebenarnya saya memang seorang dokter tapi saya tidak bertugas di sini, kebetulan saya di rawat di sini karena mengalami kecelakaan. Kalau baju ini sebenarnya bukan punya Saya, aku meminjamnya karena aku tak punya baju," jawab Dika
Edy tampak mengernyit mendengar penjelasan Dika. Ia mulai tak mempercayai lelaki itu,
"Oh begitu rupanya," Edy kemudian memanggil seorang asistennya dan membisikkan sesuatu
Ia kemudian memberikan selembar cek kepada Dika sebagai ucapan terimakasih karena ia sudah menolong putranya. Namun siapa sangka jika Dika menolaknya.
"Saya melakukannya tanpa pamrih Pak. Sebagai seorang dokter sudah kewajiban saya menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan saya." ucap Dika
Ia bahkan hanya meminta Edy untuk mencarikan pakaian yang dipakainya saat ia kecelakaan beserta dompetnya.
"Aku hanya butuh ktp dan beberapa kartu atm saya pak. Meskipun gak ada isinya, tapi saya paling males kalau ngurus lagi. Terutama KTP udah ribet lama lagi, gitu Pak,"
Edy kemudian memerintahkan asistennya untuk mencari pakaian Dika.
Hanya dalam waktu setengah jam asisten Edy sudah kembali membawa pakaian Dika lengkap dengan dompet dan ponselnya.
Asisten Edy kemudian membisikan sesuatu kepada majikannya.
"Dia memang benar seorang dokter magang di sebuah rumah sakit pemerintah," bisik lelaki itu
Edy tampak mengamati gerak-gerik Dika yang tampak polos.
"Mungkin pakaian dan ponsel anda sudah tidak bisa dipakai lagi dokter Dika, kalau anda tidak keberatan aku akan memberikan gantinya," ucap Edy
Ia kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membawakan satu stel pakaian dan juga ponsel baru untuk Dika.
"Wah jadi merepotkan, tapi saya ambil pakaiannya saja pak, kalau handphonenya takut kemahalan," ujar Dika
"Tidak apa-apa Dokter. Anda sudah menyelamatkan nyawa putra saya yang tidak ternilai harganya jadi tak ada salahnya jika saya memberikan sedikit rezeki kepada Anda,"
"Baiklah, kalau begitu terimakasih banyak pak Edy," jawab Dika
Sementara itu di ruang operasi seorang dokter bedah tampak kesulitan saat hendak melakukan operasi Caesar.
Dokter bedah tak mau mengambil resiko yang membahayakan nyawa pasien sehingga tak mau melanjutkan operasi. Namun di sisi lain pasien dan bayi yang dikandungnya bisa meninggal jika tidak segera dilakukan operasi.
Dilema di ruang operasi ini pun sampai di telinga Edy si pemilik rumah sakit.
Direktur rumah sakit tergopoh-gopoh menemuinya untuk membahas masalah ini. Edy yang juga seorang dokter tampak dilema saat mendengar laporan dari direktur rumah sakit.
Sementara itu Dika yang mendengar semua pembicaraan mereka justru mendapat misi baru dari sistem Dokter Cinta.
[Ding]
[ Misi Kedua : Membantu persalinan di ruang operasi Caesar.
Reward : 50.000.000 rupiah
Note : Jika Player gagal menjalankan misi maka Pengguna akan kembali mati]
"Astoge, serem amat ini misinya," tukas Dika
"Kok bisa sadis banget hukumannya kalau gagal menjalankan misi. Lagian ini kan kasus langka jadi susah untuk melanjutkan operasi. Sebagai dokter bedah aku juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan dokter bedah di ruang operasi," tukas Dika
[Semua masalah pasti ada jalan keluarnya]
"Iya memang sis, tapi kan ini masalah nyawa, aku gak bisa mengorbankan tiga nyawa sekaligus. Besar resikonya, syulit. Gimana kalau aku menolak misi ini, apa aku akan mati juga?"
[Anda bisa mendapatkan Cheat Bagaimana cara menyelamatkan pasien menggunakan sistem dokter Cinta. Karena Cinta bisa menyembuhkan segalanya]
"Eaaa, yaudah kalau begitu aku mau dong Cheat nya?" jawab Dika
[Saldo Dana anda akan dipotong 8 juta untuk harga Cheat ini,]
"Mehong banget, tapi demi cinta aku rela melakukannya. Ok Deal!" jawab Dika
[Selamat anda berhasil mendapatkan Cheat cara menyelamatkan pasien dari sistem, silakan download link dibawah ini]
"Astoge kirain langsung dapat eh pakai download segala, beneran gak mau rugi ini ya,"
Dika kemudian mendownload sebuah link tata cara melakukan operasi Caesar pada pasien dengan penyakit tertentu.
Aneh, hanya dengan sekali baca Dika langsung paham bisa mempraktikkannya.
"Wah mendadak aku jadi dokter Genius, memang cinta bisa merubah segalanya," ucap Dika
Ia kemudian segera berdiri menghampiri Edy yang hendak meninggalkan ruangan itu bersama direktur rumah sakit.
"Kalau tidak keberatan apa boleh saya ikut ke ruang operasi, kebetulan say juga seorang dokter bedah. Meskipun saya bukan dokter rumah sakit ini, tapi sebagai dokter saya merasa terpanggil dan ingin menyelamatkan pasien," ucap Dika
Edy kemudian mempersilakan Dika ikut ke ruang operasi.
Ia bahkan mempersilakannya untuk melihat kondisi pasien. Ternyata apa yang ia baca di Link Dokter Cinta sangat related dengan kondisi pasien.
Melihat kondisi pasien yang semakin kritis Dika pun segera meminta alat bedah kepada assisten dokter.
Awalnya dokter bedah rumah sakit keberatan saat Dika mengambil alih pekerjaannya. Namun Edy sang pemilik rumah sakit justru mempersilakan Dika melanjutkan operasinya.
Dengan Cheat dari Sistem Dokter Cinta Dika akhirnya berhasil menyelamatkan pasien juga sang Bayi.
Bukan hanya berhasil menyelamatkan bayi pasien, namun Dika juga berhasil mengeluarkan tumor ganas yang diderita pasien.
Keberhasilan Dika inilah membuat Edy pemilik Rumah Sakit meminta Dika untuk bekerja di rumah sakitnya dengan status sebagai Dokter tetap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!