15

Hal itu cukup membuat Bia merasa bersalah. Dia sedikit menyesal karena telah menjadi penyebab kekesalan di hati Feby. Tapi, benaknya langsung membenarkan apa yang Fahri katakan. Jika ia ingin tahu siapa Meisya, maka ia harus bertanya langsung pada Viar.

Selama ini juga, Viar tidak pernah menutupi siapa Meisya darinya. Hanya saja, dia yang tidak ingin menanyakan soal si pemilik nama yang sering suaminya sebutkan itu.

*

"Tuan Viar. Nona Feby hampir saja menceritakan kisah masa lalu dari kehidupan tuan pada nona Bia. Beruntung, saja ada di sana. Jika tidak, nona Bia pasti sudah tahu semuanya dari nona Feby."

Viar yang saat ini sibuk dengan laptop di depannya, seketika menghentikan aktifitas tersebut. "Feby ingin menceritakan soal siapa? Meisya, atau Miska?"

"Nona Meisya, tuan. Tapi, tidak menutup kemungkinan, nona Feby bisa saja menceritakan kedua-duanya pada nona Bia."

"Heh ... sudah aku pikirkan sebelumnya. Kedatangan Feby pasti akan merepotkan aku lagi dan lagi. Tapi, bagaimanapun, cepat atau lambat, Bia juga akan tahu semuanya. Tapi, bukan sekarang saatnya. Karena aku tidak ingin merusak hubunganku yang baru saja aku tata."

Viar lalu bangun dari duduknya. Ia tepuk pelan pundak Fahri dengan satu tangan. "Untuk urusan ini, biar aku saja yang ambil alih. Kamu bisa fokus dengan urusan kantor saja mulai besok. Karena besok, libur panjang sudah usai, bukan?"

"Iya, Tuan. Saya mengerti apa yang tuan Viar katakan."

"Mm." Viar mengangguk sambil tersenyum kecil.

Setelah obrolan itu, Viar langsung mencari keberadaan Feby. Dan ternyata, dia menemukan Feby di taman belakang. Persis di tengah jalan menuju vila kecil belakang Viar vila.

"Feby!"

"Kak Viar."

"Mau ke mana kamu, hah!"

"Aku ... mau ke vila kecil."

"Siapa yang mengizinkan kamu pergi ke sana?" Dengan wajah yang sangat kesal, Viar menatap tajam adiknya.

Tentu saja tatapan itu sekarang sangat menakutkan buat Feby. Jika dulu dia sama sekali tidak perduli sedikitpun dengan apa yang Viar katakan, sekarang, dia malah sebaliknya. Sangat amat peduli. Karena perasaan dewasa dengan perasaan kekanak-kanakan itu sangat amat berbanding terbalik.

"Kak. Kenapa aku tidak boleh ke vila kecil? Di sana sangat indah. Aku suka suasana vila kecil. Dulu, aku sering ke sana, bukan?"

"Dulu dan sekarang berbeda, Feby. Tepatnya, setelah kamu merusak semua hidupku. Semua jadi sangat jauh berbeda."

"Bukan aku yang merusak hidupmu, kak. Tapi kamu sendiri. Kecelakaan itu terjadi bukan karena aku. Tapi karena kamu yang terlalu pemaksa."

"Feby!" Viar memanggil nama adik tirinya dengan keras. Tak hanya itu, tangan Viar juga terangkat seakan dia ingin segera memukul wajah Feby.

Tentu saja Feby langsung ketakutan bukan kepalang. Dengan mata yang berlinangan, dia menatap kakaknya yang dulu sangat amat lembut. Tepatnya, sebelum kejadian itu terjadi.

Kejadian yang mengubah segalanya. Merusak hidup mereka semua sampai merasa seperti bukan keluarga. Karena kejadian itu pula, Feby yang manja jadi berbeda.

Kejadian di mana Viar kehilangan Meisya. Istri yang sangat ia cintai dalam sebuah kecelakaan maut yang menghancurkan hati.

Saat itu, hubungan Feby dan Meisya juga tidak terlalu baik. Feby yang manja selalu bertingkah sesuka hati. Tapi Meisya, dia selalu mengalah karena menganggap Feby adalah adik kecilnya. Adik yang harus ia jaga meskipun tingkah Feby terkadang cukup menyakitkan hati Meisya.

Meisya anak yatim piatu yang tidak punya satu orang keluarga pun. Dia di besarkan di panti asuhan setelah kedua orang tuanya mengalami bencana yang merenggut nyawa.

Kelembutan dan kebaikan hati Meisya membuat Viar sangat mencintainya. Tapi, hal itu membuat Feby tidak suka. Feby kecil malah berpikir, Meisya ingin menguasai kakak satu-satunya yang ia punya sendiri.

Kejadian demi kejadian terus saja terjadi antara Feby dengan Meisya. Bukan hanya dalam rumah, Feby juga bikin ulah dalam pekerjaan Viar.

Hari demi hari terus berlalu tanpa ada perubahan. Sampai pada suatu hari, Viar tidak tahan lagi melihat ulah adik tiri yang tidak suka pada istrinya. Dia pun berniat untuk mengajak istrinya pindah rumah. Tapi Meisya yang sabar, tidak setuju. Ia masih berpikir dengan tenang, kalau Feby hanya butuh waktu untuk berubah. Namun Viar yang sudah terlanjur kesal, tidak mau mendengarkan apa yang Meisya katakan. Dia tetap bersikeras untuk pindah dari kediaman keluarga yang sekarang di huni nya.

Di saat itulah, ketika mereka melakukan perjalanan, mobil yang Viar dan Meisya tumpangi mengalami kecelakaan. Mobil itu bertabrakan dengan truk membawa muatan besar.

Viar berhasil di selamatkan, karena yang mendapat benturan keras itu bagian mobil di mana Meisya duduk. Karena terlalu parah luka yang Meisya alami, nyawa Meisya tidak bisa di selamatkan lagi. Setelah mendapat perawatan selama beberapa hari, Meisya pun pergi untuk selama-lamanya.

Dari kejadian itu, semuanya berubah. Viar bukan pria yang lembut lagi. Dia jadi sangat brutal dan kasar. Tidak hanya dalam pekerjaan, dalam keluarga juga. Viar terus-terusan menyalahkan Feby atas kehilangan Meisya. Hingga beberapa tahun kemudian, mama Feby tidak ingin anaknya menerima pukulan mental terus-terusan. Mereka pun memilih pindah.

"Kau tidak berhak lagi datang ke vila kecil mulai dari detik ini hingga seterusnya, Feby. Karena aku tidak mengizinkan siapapun datang ke sana kecuali aku, pak Dimas, dan juga bi Nunung. Mengerti?"

"Kenapa, kak? Apa karena mbak Meisya suka akan vila itu? Karena itu kamu tidak mengizinkan orang lain datang?"

Dengan wajah yang sangat kesal, Viar kembali menatap tajam Feby. "Bukan urusan kamu. Dan, jangan pernah sebut nama Meisya dengan mulut kotor mu itu, Feby. Aku kehilangan dia karena ulah mu."

"Sampai kapan kamu akan menyalahkan aku atas kepergian mbak Meisya, kak? Kepergiannya bukan karena aku."

"Siapa bilang bukan karena kamu, Feby? Semuanya karena kamu. Kau yang sudah berulang sampai aku terpaksa ingin mengamankan dia. Jika tidak karena kamu yang terlalu egois akan perasaanmu sendiri. Meisya ku pasti akan tetap hidup hingga detik ini."

"Jangan tanya sampai kapan aku akan tetap menyalahkan mu. Karena selamanya, dalam hatiku, kau akan tetap salah. Kau adalah penyebab aku kehilangan istri yang paling aku cintai. Sejujurnya, kau tidak akan lagi punya tempat di keluarga Adimarta bersama mamamu. Mengerti?"

Feby menatap punggung kakaknya yang berjalan semakin menjauh. Air mata yang jatuh sudah terlalu banyak. Kakinya pun terasa sangat amat lemah. Dia kini tak lagi mampu berdiri dengan kedua kakinya. Alhasil, tubuh Feby merosot dengan sendirinya jatuh ke bawah.

Bia yang sejak tadi melihat semua perdebatan antara Viar dan Feby, lalu memilih untuk menghampiri Feby meski hatinya sendiri masih tak karuan. Tatapan iba ia berikan untuk Feby yang saat ini terus menangis di balik tangan yang ia tutup kan ke wajahnya.

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

cakeep

2023-11-24

0

Lisa Halik

Lisa Halik

huhuh..

2023-11-17

0

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2023-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!