9

Usai melakukan ziarah, mereka segera kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan hanya diam tanpa bicara. Baik Bia maupun Viar, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Pikiran Bia masih terus teringat akan apa yang Viar katakan di makam sang mama. Viar mengatakan kalau dia adalah menantu sang mama. Dia juga berkata, kalau dirinya akan menjaga Bia dengan sekuat tenaga. Tidak akan membiarkan Bia merasa sendiri, apalagi bersusah hati.

Hal itu seketika menciptakan sebuah perasaan yang sulit untuk Bia cerna. Perasaan yang dia sendiri tidak bisa memahaminya. Entah merasa bahagia, atau malah sebaliknya. Karena ucapan itu, sangat amat tidak ia sangka sebelumnya. Ingin bertanya, tapi nyali Bia seakan tidak ada. Terpaksa, dia pendam saja rasa itu sendirian.

"Bi. Sekarang kamu sudah menjadi istriku. Nyonya dari Viar Adimarta. Meskipun pernikahan ini hanya sebatas pernikahan di atas kertas tanpa cinta, tapi aku ingin kamu menjalaninya dengan sebaik mungkin."

"Oh iya, Bi. Mulai sekarang, aku akan berikan kamu fasilitas yang seharusnya kamu miliki. Kamu bisa ke manapun yang kamu inginkan di sekitar vila ini. Tapi, jangan pernah pergi ke vila kecil yang ada di belakang sana ya. Ini larang yang aku buat untuk siapapun kecuali orang yang paling aku percaya di sisiku. Mengerti?"

Sebagai seorang manusia yang punya rasa penasaran yang tinggi, tentu saja Bia merasa sangat amat ingin tahu kenapa dia di larang ke vila indah di belakang vila yang mereka huni. Tapi, sebagai orang asing yang baru datang ke kehidupan Viar, dia sekuat tenaga berusaha untuk menutupi rasa penasaran itu.

Bia hanya mengangguk pelan akan larangan yang Viar ucapkan padanya. Namun, sebelum mereka berpisah setelah turun dari mobil, Bia sempatkan untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya.

"Maaf, mas Viar. Aku tidak ingin fasilitas apapun. Bisa tinggal di rumah ini dengan nyaman dan tenang saja sudah aku anggap anugerah terbaik yang Tuhan berikan padaku. Ditambah, kamu juga sudah berjanji untuk menjaga satu hal yang paling aku anggap penting. Dengan begitu, aku sudah merasa sangat cukup."

Ketulusan dari ucapan Bia barusan membuat Viar merasa sangat ingin menarik Bia ke dalam dekapannya. Sayang, Viar masih sadar akan siapa dirinya sekarang. Hubungan mereka masih punya jarak yang cukup jauh. Tidak mungkin bagi Viar menarik Bia ke dalam pelukannya buat saat ini. Karena itu terlalu berlebihan. Bia pasti akan merasa sangat tidak nyaman.

'Tuhan. Semakin hari aku semakin merindukan Meisya. Jika Meisya tidak bisa aku dekap lagi, maka izinkan Bia yang tetap menjadi milikku. Aku ingin sekali menyentuh, lalu memiliki Bia seutuhnya. Meski sekarang dia istriku, tapi tangan ini masih terasa berat untuk mendekap dirinya. Karena dia, masih belum terbiasa berada di sisiku.'

Tatapan Viar yang menatap lekat ke arahnya, membuat Bia merasa sangat amat tidak nyaman. Dia pun ingin seketika menghilang dari pandangan Viar dengan cara turun dari mobil secepatnya. Tapi Viar, tidak akan membiarkan itu terjadi. Dengan cepat tangannya menahan tangan Bia yang ingin segera beranjak menjauh.

"Tunggu, Bia! Aku belum selesai bicara dengan mu. Kenapa kamu begitu terburu-buru untuk meninggalkan aku?"

"Ak-- aku .... "

"Jangan bicara dengan gagap, Bia. Aku tidak suka."

"Maaf, mas Viar. Aku ingin segera ke kamar," ucap Bia berbohong tanpa memikirkan arti dari ucapannya barusan.

"Ke kamar?"

"Anu .... " Wajah Bia seketika berubah memerah. Bagaimanapun, ia paham dengan apa yang saat ini Viar pikirkan.

Sementara Viar sendiri, dia malah tersenyum setelah melihat ekspresi takut bercampur malu yang Bia perlihatkan padanya saat ini. Wajah itu terlihat sangat amat lucu. Sedikit merah seperti buah tomat yang baru berubah warna.

"Kamu lucu, Bia. Aku hanya bercanda saja. Tidak perlu merasa sangat ketakutan seperti ini. Tidak akan ada yang terjadi di antara aku dan kamu. Jadi, jangan terlalu banyak berpikir."

"A-- aku ... tidak berpikir yang macam-macam. Sama sekali tidak." Bia menyanggah dengan cepat seraya mengalihkan pandangannya dari Viar.

Viar yang merasa semakin geli hati, tapi tak tega untuk terus mengerjai Bia. Akhirnya, ia pun segera mengizinkan Bia meninggalkan mobil sekarang.

"Penuhi semua keinginan Bia mulai dari sekarang, Fahri. Apapun yang ia inginkan, selagi itu tidak berlebihan dan masih bisa aku berikan, maka kamu berikan saja tanpa meminta izin padaku terlebih dahulu."

"Baik, tuan Viar. Akan saya ingat apa yang tuan katakan. Oh iya, hasil penyelidikan tentang keluarga tuan Riyan juga sudah saya dapatkan. Semuanya ada di dalam amplop ini." Fahri yang duduk di depan langsung menyerahkan amplop coklat ke tangan Viar.

Viar pun menerima, lalu membuka amplop itu dengan cepat. Reaksi Viar setelah melihat semua laporan dari semua berkas yang ia baca, masih datar tanpa sedikitpun rasa kaget. Fahri yang ada di depan merasa sedikit tidak nyaman.

"Maafkan saya karena sedikit terlambat memberikan laporan ini, tuan Viar. Jadi .... "

"Tidak, Fahri. Sejujurnya, yang aku inginkan memang dia, bukan anak yang keluarga Riyan anggap sah. Dan aku yakin, kamu tahu apa alasannya, bukan?"

Fahri tidak menjawab dengan kata-kata. Hanya anggukan pelan saja yang ia berikan untuk menjawab apa yang majikannya katakan. Pria muda yang baru berusia dua puluh lima tahun itu sudah mengikuti Viar selama hampir sepuluh tahun. Dia bekerja di sisi Viar sejak usia remaja. Anak yatim piatu yang terbuang karena ditinggalkan oleh orang tuanya. Lalu, di selamatkan oleh Viar atas rasa kasihan yang ia miliki. Sayangnya, tidak ada yang tahu akan cerita itu. Karena Viar menutupnya rapat-rapat atas permintaan Fahri yang tidak ingin masa lalunya diketahui oleh orang lain.

Sebenarnya, Viar juga yatim piatu sejak berusia dua puluh tahun. Tapi, dia punya mama tiri yang sekarang tinggal di luar negeri bersama dengan nenek dan juga adik tirinya. Feby. Adik tiri Viar yang pernah Fahri sebutkan namanya waktu itu. Dia yang akan datang bersama nenek kembali ke tanah air beberapa hari lagi.

"Masalah nenek dan Feby, apa kamu bisa mengurus semuanya dengan baik, Fahri?"

Pertanyaan itu seketika membuat wajah Fahri tidak nyaman. "Itu ... maaf, tuan Viar. Nona Feby tetap datang bersama nenek tuan nantinya. Karena nenek sendiri yang mengizinkan nona Feby ikut. Saya tidak bisa menggagalkan niat nona Feby untuk pulang bersama nyonya besar, tuan Viar. Sekali lagi, maafkan saya."

Viar mendengus kesal. "Heh ... tidak masalah. Jika sudah nenek yang mengizinkannya, jangankan kamu, aku sendiri saja belum tentu bisa menggagalkan rencana itu."

"Tapi ... jika Feby kembali, maka kerjaan mu akan bertambah dua kali lipat, Fahri. Kamu mengerti bukan apa yang aku maksud?"

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

cakeepp

2023-11-24

0

Liswati Angelina

Liswati Angelina

mungkin feby jatuh cinta sama vier

2023-10-12

1

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2023-10-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!