"Dia tidak akan menolak untuk kalian siapkan. Karena jika ia menolak, maka dia tidak akan pernah melihat makam mamanya lagi. Aku serius akan ancaman ku itu. Tidak main-main."
Mati rasa. Itulah yang Salbia rasakan saat ini. Demi makam sang mama yang tidak boleh ia biarkan dibongkar, maka Salbia terpaksa bersikap rela meskipun pada kenyataannya, dia tidak pernah bersedia.
Dua pelayan itu menyiapkan dirinya seperti yang majikan mereka inginkan. Meskipun keduanya terlihat enggan melakukan hal tersebut, tapi tugas harus mereka lakukan dengan sebaik mungkin.
Satu jam kemudian, tugas yang pelayan itu lakukan selesai. Salbia yang di dandan sedemikian rumah dibawa keluar dari kamar dengan sedikit dipaksa.
Gadis itu terlihat cukup cantik dengan dandan menor yang cukup menonjol. Lipstik merah merona, make-up sedikit tebal, juga berbarengan dengan pakaian yang agak terbuka. Salbia terlihat sangat dewasa dan sangat menggoda untuk para pria.
Sebenarnya, pakaian itu sangat tidak Salbia sukai. Tapi, dua pelayan itu mengancam dengan ancaman yang sama untuk ia memakaikan pakaian tersebut. Apalagi kalau bukan, ancaman yang sebelumnya papa Salbia lontarkan. Membongkar makam sang mama yang sangat Salbia cintai selama ia hidup.
'Demi bakti ku pada mama. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuknya. Mama maaf, anakmu tidak bisa memberikan kebanggan buat mama yang sudah pergi jauh. Hanya pengorbanan yang mungkin akan sangat mama sesali saja. Sekali lagi maaf, Ma.'
Begitulah kata-kata dalam hati yang bisa Salbia ucapkan hingga mobil memasuki sebuah rumah mewah dengan halaman yang sangat indah. Rumah dengan tiga lantai, taman bunga, juga terdapat kolam renang di sampingnya. Itu adalah pemandangan indah nan asri untuk sebuah hunian.
Tuan Viar memang sangat amat kaya. Dia pemegang saham terbesar di kota tersebut. Namanya sangat terkenal di mana-mana. Tapi sayangnya, dia pria yang cukup misterius. Keberadaannya sulit untuk dilihat. Yang selalu bergerak hanya tangan kanannya saja. Yaitu, Fahri yang terkenal cukup pintar dan setia. Dia juga sangat tampan sampai jadi idola.
Namun, untuk Tuan Viar, ada banyak kabar buruk yang beredar tentang dia. Dikabarkan, kalau dirinya adalah pria dewasa yang sangat buas di atas ranjang. Dia juga berwajah jelek dan bersifat kasar. Dua istrinya meninggal karena siksaan yang ia berikan.
Kabar buruk yang sangat menakutkan. Bukan hanya Sinta yang sudah mendengar kabar itu, Bia juga pernah mendengarnya. Karena kabar itu seperti musik pengiring untuk seorang penari. Seperti itulah kabar itu muncul ketika nama Viar Adimarta di sebut oleh seseorang.
Dan, karena alasan ini juga Sinta menolak keras dirinya untuk di sunting oleh tuan Viar. Bukan hanya Sinta, gadis lainnya juga melakukan hal yang sama. Tepatnya, setelah kematian istri kedua tuan Viar, kamar itu semakin marak. Dan sejak itu pula, Viar Adimarta tidak memiliki seorang perempuan pun di sampingnya.
"Silahkan ikut saya! Tuan kami sudah menunggu di ruang atas," ucap seorang pria yang tak lain adalah kepala pelayan dari Viar villa.
"Oh, ba-- baiklah."
"Tapi tunggu! Hanya kamu dan putrimu saja yang diizinkan masuk. Yang lain, tidak."
"Tapi, kami juga keluarganya. Kami juga ingin masuk ke dalam." Mama Sinta dengan kesal berucap.
"Kalian semua bisa pulang dan segera melunasi hutang jika tidak bisa mematuhi apa yang tuan Viar katakan."
Tentu saja mama Siska langsung panik. Ditambah, plototan mata yang suaminya berikan, semakin tidak nyaman lagi dia untuk berucap.
"Ah, iy-- iya maaf. Saya ... saya tidak akan melanggar apa yang tuan Viar katakan."
Mama Siska terpaksa kembali masuk ke dalam mobil. Sementara Bia dan papanya beranjak untuk mengikuti kepala pelayan tersebut masuk ke dalam kediaman yang mewah dan indah.
"Dengar Salbia. Jangan bikin kesalahan sedikitpun. Jika nego kali ini gagal, maka makam mama mu akan aku bongkar. Dan, akan aku pindahkan ke tempat yang sangat jauh. Yang tidak bisa kamu temukan di manapun keberadaannya. Mengerti kamu?" Papa Bia berbisik pelan sambil menggandeng enggan tangan anaknya.
Salbia hanya diam. Tapi dalam hati ia berkata, 'haruskah aku mengikuti apa yang papa katakan? Tapi, aku sungguh tidak ingin menikah. Namun, bagaimana jika aku membangkang? Makam mama akan jadi taruhan. Dan, hidupku sudah bisa dipastikan akan semakin menderita lagi di rumah papa.'
Mereka akhirnya tiba ke lantai dua. Di sana, mereka harus berjalan beberapa langkah lagi baru bisa tiba ke ruangan di mana pintunya masih tertutup rapat.
Kepala pelayan yang berjalan di depan tetap diam tanpa bicara. Hingga akhirnya, dia membuka pintu ruangan yang ada di depan mereka dengan lihai.
"Permisi, tuan Viar. Mereka sudah ada di sini."
"Kamu bisa pergi!" ucap seseorang yang duduk membelakangi pintu.
"Baik, tuan. Permisi."
Di dalam ruangan tersebut hanya ada satu orang. Namun, dari balik pintu lain yang ada di ruangan tersebut muncul seorang pria muda yang bisa dikatakan sangat tampan.
Saat Salbia masih mencoba untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Papanya sudah duluan menyapa pria yang baru saja muncul dari balik pintu yang ada di dalam kamar tersebut.
"Tuan Fahri."
"Oh, hai." Pria itu hanya menyapa sesaat saja. Tidak menganggap indah papa Bia sedikitpun.
"Tuan Viar. Ini berkas yang tuan minta saya siapkan. Semuanya sudah selesai," ucap Fahri pada pria yang masih saja tidak menunjukkan wajahnya meski sudah tahu kalau tamu yang ingin bertemu dengannya sudah datang.
"Berikan pada tuan Riyan. Minta ia menandatangani berkas itu. Dengan begitu, utang yang ia miliki terhadapku telah lunas."
"E ... maaf tuan Viar. Apakah tuan tidak ingin melihat anak saya sekarang?" Dengan berani, papa Bia melontarkan pertanyaan.
Sebenarnya, dia juga sangat ingin melihat bagaimana wajah pria misterius itu sekarang. Sebelumnya, ia pikir bisa langsung melihat wajah dari pria tersebut setelah ia masuk ke dalam ruangan ini. Tapi kenyataannya, hal itu cukup sulit untuk terjadi.
"Untuk apa aku melihatnya? Dia adalah gadis pelunas hutang yang kamu serahkan padaku. Aku yakin, dia sangat pantas untuk kamu tukar dengan hutang besar yang kamu punya. Karena jika tidak, kamu pasti tahu apa akibatnya, bukan?"
Bergetar seketika tubuh papa Bia. Dia merasa sangat takut dengan ucapan yang tersiratkan ancaman tuan Viar ucapkan tidak secara langsung.
'Ya Tuhan. Semoga saja tidak ada masalah jika tuan Viar tahu kalau aku memberikan Bia untuknya. Bukan Siska yang ia minta. Karena gadis ini juga tak kalah cantik dari Siska. Semoga tidak ada masalah besar.'
'Dan lagi, tuan Viar juga tidak bilang harus anak yang mana. Dia hanya minta anak aku saja kemarin. Tidak bilang kalau itu Siska, bukan? Bia dan Siska juga anak yang sama-sama aku besarkan di rumah yang sama meski dengan cara yang berbeda.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ciru
cakep. Ayah durhaka!
2023-11-24
0
Lisa Halik
kesian
2023-10-31
1
Cahaya_nur
semangat thor
2023-10-08
2