Bantu like, vote dan follow ya sebelum baca part ini
...Happy reading ❤🩹❤🩹...
...•••••••...
Darren menarik nafasnya pelan mencoba untuk menenangkan kegugupannya, "saya ingin pernikahan kita dipercepat."
"Hah?"
"Saya ingin pernikahan kita dipercepat Ara.." ulang Darren.
"Kak tapi kenapa? bukannya harus nunggu aku lulus dulu."
Ara jadi bingung sendiri tentang jalan pikiran Darren, dirinya masih sekolah dan menunggu tiga bulan bukan waktu yang lama kan, kenapa terburu-buru sekali.
"Saya hanya takut melakukan hal tidak - tidak ke kamu Ara."
Darren pernah membawa Ara ke Apartement miliknya, bahkan sekarang dia mendatangi Ara saat ayahnya tidak ada. Darren itu pria dewasa jadi dia takut melakukan hal yang tidak di inginkan kepada gadis itu.
Ara menatap Darren dalam, "aku percaya sama kakak, kak Darren gak mungkin ngelakuin hal seperti itu."
Ara cukup mengerti apa yang dikhawatirkan pria itu, tapi dirinya tidak mau mengorbankan sekolahnya yang tinggal sebentar lagi.
"Nafsu pria itu sangat kuat Ara, mau sehebat apapun pendirian seorang pria, jika sudah berdekatan dengan perempuan itu semua akan kalah," jelas Darren mencoba memberi pengertian kepada gadis itu.
Darren kembali melanjutkan ucapannya, "dan kamu tidak perlu khawatir, saya siap untuk menikahi kamu, berarti saya siap juga untuk menerima kamu di hati saya."
Perkataan Darren membuat Ara sedikit salah tingkah, tapi ini bukan waktu yang pas, kini dirinya kembali memasang wajah ragu.
"Tapi kak sekolah aku gimana? aku takut temen - temen semua tau,"cemas Ara.
"Kamu tidak perlu khawatir, kita bisa melakukan pernikahan secara tertutup."
Dalam artian mereka melaksanakan pernikahan hanya mengundang keluarga dekat dan tanpa melibatkan media.
Darren melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah terlalu lama ia di sini. "Saya akan berbicara ke Ayah kamu dan orang tua saya besok, sekarang kamu tidur ini sudah malam."
"Kakak mau tidur sini?" tanya Ara memasang tampang bodoh.
Darren mendesah lelah, "saya pulang Ara."
Ara dengan langkah kecilnya sedikit berlari memutari meja untuk menahan Darren yang ingin berdiri dari tempat duduknya.
"Kak Darren jangan pulang dulu," cegah gadis itu.
Darren berdiri tepat di depan gadis itu, Ara mengulurkan tangan mungilnya untuk menyentuh dahi Darren, karena perbedaan tinggi yang cukup jauh membuat Ara sedikit kesusahan, Darren yang peka sedikit membungkukkan badan.
"Masih pusing kak?" tanya Ara.
"Sudah mendingan."
Ara mengulas senyum tipis, "langsung istirahat ya kak, pulangnya juga hati - hati."
"Iya... kamu jaga diri baik - baik," ucap Darren dengan nada lirih.
"Saya pulang dulu," imbuhnya.
Ara mengangguk dengan senyuman.
Darren melangkah pergi, Ara mengamati punggung lebar pria itu hingga sosok Darren tidak terlihat lagi, tak lama mobil Darren sudah hilang dari pekarangan rumahnya.
......................
Devina menjatuhkan punggungnya di sofa kamar milik Feby, sepulang sekolah tadi mereka berencana untuk belajar bersama untuk persiapan ujian kelulusan, apalagi mereka akan segera masuk di perguruan tinggi jadi butuh persiapan juga.
"Kita mau belajar apa dulu nih?" tanya Feby.
Ara mengangkat sebelah alisnya berfikir, "Matematika aja."
"Gila di sekolah aja udah matematika tadi, apa lo gak kasihan sama otak gue yang cuman seberapa ini raa..." protes Devina memasang muka sedih.
"Mending kita order makanan dulu, pada laper kan?" usul Feby.
Kedua gadis itu mengangguk antusias.
"Pada mau apa? biar gue yang pesenin," ucap Feby, lalu mengambil benda canggih miliknya yang berada di samping Ara.
Ketiga gadis itu sibuk memilih - milih makanan yang akan dipesan, hampir lima menit waktu yang mereka habiskan tapi tak kunjung dapat juga.
Bingung, semua makanan terlihat sangat enak di mata mereka.
"Mie gacoan aja gimana?" Feby mengalihkan tatapan dari Handphone, beralih memandang Devina dan Ara. "Udah lama kan kita gak makan itu."
Ara mengangguk setuju," iya juga ya..gue mau deh yang level 2."
Lalu Feby beralih menatap Devina, mengerti apa yang dimaksud Feby, Devina mengangguk, "gue samain aja kaya Ara."
"Oke."
Sambil menunggu pesanan mereka datang, ketiga gadis itu memilih untuk membahas materi yang di ajarkan oleh Pak Trisno tadi.
Mereka memiliki kemampuan di bidang masing-masing, Ara sangat pintar melukis dan memasak, Devina suka memainkan alat musik dan Feby sangat pintar di bidang pelajaran apalagi matematika.
Akhirnya pesanan mereka datang setelah menunggu hampir beberapa menit, Feby keluar dari kamar mengambil mie gacoan yang di antar oleh GrabFood , sedangkan Devina dan Ara menunggu kedatangan Feby.
......................
Kedatangan Dira di Smith group, kantor milik keluarga Darren yang awalnya tenang berubah kacau, pasalnya perempuan itu mengamuk meminta di izinkan masuk keruangan CEO tanpa persetujuan dari Darren.
Bahkan satpam dan Angel, sekertaris Darren sudah sangat kewalahan.
"LEPASIN!" teriak dira mencoba melepaskan cekalan Angel di tangannya."SAYA CUMAN MAU KETEMU DARREN," lanjut dira.
"Pak Darren tidak mau bertemu seseorang...jika belum memiliki jadwal pertemuan dengannya mbak," jelas Angel, sebenarnya dia ingin mencakar wajah menyebalkan Dira, tapi ini masih di kantor jadi dia harus menjaga nama baiknya.
Wajah Dira merah padam, pertanda dia benar-benar sangat marah."SAYA BUKAN MBAK KAMU!"
"Terserah saya dong, jika mbak gak mau pergi...saya suruh pak satpam buat nyeret mbak,"usir Angel, ikut tersulut emosi karena Dira.
Semua karyawan hanya diam takut, ada yang tidak perduli, dan ada juga yang menonton, jarang - jarang kan kantor yang dulunya tidak pernah terjadi kericuhan karena kedatangan sosok Dira berubah gaduh.
"Kamu gak usah sok ikut campur ya!"
Angel melotot tidak terima,"saya ini sekertaris pak Darren loh mbak, jadi ini tanggung jawab saya juga."
"UDAH BEBERAPA KALI SAYA BILANG, JANGAN PANGGIL SAYA MBAK."
Cekalan tangan Angel semakin kuat apa lagi satpam juga ikut menarik tangannya, membuat Dira kewalahan sendiri.
Tapi ia tidak akan menyerah karena ini jalan satu - satunya untuk bertemu Darren. Terakhir bertemu saat di Cafe tapi hanya sebentar dan itu belum puas untuk Dira, karena dirinya belum mendapatkan maaf dari Darren.
Dira menginjak kaki satpam membuatnya terlepas dari cekalan pria paruh baya itu, hampir saja Dira juga terlepas dari cengkraman Angel, tapi untungnya dia masih kuat menahan, Angel terus menarik Dira untuk keluar hingga perempuan itu mau tidak mau mengikuti langkah sekertaris Darren.
Baru saja Dira dan Angel keluar dari lobby kantor, tapi ucapan seseorang dengan suara baritonnya membuat kedua perempuan itu menghentikan langkah.
"Ada apa ini?"
......................
Darren cuek cuek begitu tapi masih mikirin Ara yaa, gimana Ara ga baper coba
Jadi gak sabar deh Darren jadi bucin mampus sama Ara, buat Dira pergi jauh - jauh deh lo haha.
Btw Halo semuanya👋🏻👋🏻
Terimakasih tetep stay di cerita ini. bantu aku buat ngembangin cerita pertamaku yaa
bye.. sampai ketemu lagi di part selanjutnya ❤️🩹❤️🩹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments