Bantu komen, vote dan like sebelum baca cerita ini..
...* Happy reading *...
...•...
...•...
...•...
"Udah woy... kasian noh mukanya pak ketu,"ucap salah satu murid laki-laki yang mencoba melerai kedua gadis itu.
"Iya nih, Gina juga mau bilang apa tadi,"Tutur Ara.
Gina menatap wajah Ara, hampir saja Gina melupakan berita yang dia dapatkan tadi, untung saja Ara mengingatkannya. Sedangkan Farhan bernafas lega, akhirnya dia bisa lepas dari dua gadis itu.
Gina menyuruh anak- anak untuk berkumpul, karena penasaran mereka semua pun mengikuti kata gadis itu.
"Jadi gue tadi gak sengaja nguping ke ruangan guru, sekolahan kita bakal kedatangan guru baru buat gantiin pak Darmo, katanya sih masih muda terus ganteng lagi," seru Gina senang tapi tidak lama wajah gadis itu berubah sedih.
"Tapi yang buat gue sedih pak Darmo pensiunnya masih beberapa bulan lagi huhu.." lanjut Gina.
"Anjir gue kira berita apaan tadi," kesal Aldo.
Feby memutar bola matanya malas," berita gak penting,"ucap gadis itu lirih.
Semua orang menatap Gina datar, ada beberapa yang langsung membubarkan diri. Gadis itu masih mempertahankan wajah melasnya, menatap semua orang yang kembali melanjutkan aktifitasnya.
......................
Kedatangan sosok pria di rumahnya membuat Ara bingung, Pasalnya ini sudah malam bahkan di luar tengah hujan deras, Aditama juga tak kunjung pulang dari kantor.
Kini Darren tengah duduk di sofa ruang tamu, kemejanya yang sedikit basah membuat tubuhnya terasa dingin. Ara datang membawa handuk kecil yang dia sampiran di bahunya, dan kedua tangannya membawa nampan berisi teh hangat.
Ara duduk di samping pria itu, memberikan segelas teh hangat kepada sosok pria di sampingnya, tanpa penolakkan Darren langsung meminumnya.
"Kemeja kakak basah," lirih Ara.
"Tidak masalah bagi saya Ara."
"Nanti kakak bisa sakit, Pakai baju Ayah dulu ya."
Tanpa menunggu persetujuan dari Darren, Ara segera melenggang pergi menuju kamar Ayahnya.
Darren masih setia menunggu kedatangan Ara, gadis yang dia tunggu - tunggu akhirnya muncul dengan baju yang dia bawa, mata Darren mengikuti langkah kaki Ara yang menghampirinya.
"Bajunya belum pernah Ayah pakai kok." Ara menyerahkan baju yang dia bawa kepada Darren.
Ara mengambil handuk yang dia letakan di meja tadi, dengan hati - hati Ara berdiri di hadapan Darren yang tengah duduk.
"Boleh aku keringin rambut kakak?" izin Ara, Darren hanya mengangguk, membuka lebar paha agar Ara lebih mudah menyentuh rambutnya.
Ara berdiri di antara paha Darren membuat mereka terlihat lebih intim, Darren hanya sebatas leher Ara membuat dirinya harus mendongak untuk menatap wajah cantik Ara, sementara perasaan keduanya sudah tidak bisa di jelaskan lagi.
Ara mengulur tangannya, mengusap lembut rambut basah Darren dengan sedikit pijatan, jarak wajah mereka hanya beberapa senti, membuat Darren dapat mencium Aroma manis dari gadis itu.
Darren memejamkan mata, menikmati setiap pijatan lembut Ara, kepalanya yang pusing mulai sedikit terobati.
"Kakak jangan sampai sakit ya," lirih Ara di sela kegiatannya.
Mata Darren yang awalnya terpejam terbuka seketika, kepalanya mendongak menatap wajah cemas gadis itu. Ara membalas tatapan tajam pria di bawahnya, tangannya terulur mengelus wajah Darren, pria itu tidak menolak sama sekali.
"Aku sayang sama kakak, tolong jangan buat aku khawatir," ungkap Ara, tangannya masih setia berada diwajah Darren, mengelus rahang tegas dengan lembut.
"Bantu saya Ara, saya akan coba untuk mencintai kamu."
Permintaan tiba-tiba membuat Ara kaget, dirinya tidak menyangka Darren akan mengatakan hal yang dia nantikan selama ini, gadis itu mengerjap beberapa kali, menatap lekat wajah tampan Darren.
"Itu yang aku tunggu dari lama kak," mata Ara berkaca - kaca, tapi bibirnya mengembang membentuk senyuman tulus, Ara teramat sangat bahagia.
Darren yang melihatnya, membalas senyum tipis sangat tipis, ketulusan Ara membuat dirinya nyaman, bahkan mungkin dia sudah mulai bergantung kepada Ara.
"Ara kepala saya pusing," Adunya.
Wajah Ara berubah khawatir, tangannya menyentuh kening Darren, suhu tubuhnya sedikit tidak normal, kenapa dirinya baru menyadari sekarang.
"Badan kak Darren anget, kakak udah makan?"
"Udah di kantor tadi."
"Aku buatin bubur dulu ya, kakak tunggu sini,"ucap Ara, sebelum beranjak pergi, Darren lebih dulu menahan tangan Ara.
"Saya ikut."
"Tapi kakak ganti baju dulu ya," pintanya, langsung pria itu setujui.
Tubuh jangkung Darren beranjak dari tempat mengikuti langkah kecil Ara, gadis itu sangat imut dengan dress tidur lengan pendek, sangat cocok ditubuh mungilnya.
Darren masuk ke kamar mandi yang ditunjukkan Ara, mengganti kemejanya dengan baju simple milik Aditama.
Tidak menunggu lama, kini Darren sudah keluar, menghampiri sosok gadis yang tengah berada di dapur.
Dapur dengan nuansa hijau sage dipandukan dengan warna putih menyapu pandangan Darren, menatap sekeliling banyak sekali bahan makanan dan alat dapur, gadis itu benar - benar suka memasak.
"Kak Darren duduk aja disitu, buburnya cuman sebentar kok dibuatnya."
Darren mendudukkan pantat di kursi dapur menunggu Ara.
"Ayah kamu tidak pulang hari ini?" tanya Darren.
"Biasanya Ayah kalau lembur gak pulang kak, Ayah tidur di kantor," jawabannya.
Aditama kini tengah mengurus perusahaan tekstil milik peninggalan Ayahnya, meskipun tidak sebesar milik keluarga Darren.
"Aku udah biasa di rumah sendiri. Sebenarnya dulu ada yang bantu - bantu, tapi sekarang udah gak lagi," lanjut Ara.
Tatapan Darren tidak lepas dari Ara, pria itu akui Ara sangat mandiri, Ara harus mengatur rumah dan sekolah, itu sangat sulit untuk gadis seusianya.
Sebenarnya Aditama sudah pernah membawa orang untuk membantu Ara meringankan pekerjaan rumah, tapi karena sesuatu hal membuat Aditama memecatnya, untung saja pria paruh baya itu memilih rumah yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk mereka tinggal, jadi Ara bisa menanganinya semua. Tapi ketika gadis itu kewalahan Aditama akan menggunakan pembantu rumah tangga sementara.
"Kak Darren dulu pernah suka sama orang?"
"Pernah."
"Pasti beruntung banget di sukai sama kakak," ucap Ara di sertai kekehan.
Darren tersenyum miris, nyatanya ucapan gadis itu salah besar.
Ara menghampiri Darren dengan membawa mangkuk berisi bubur, meletakkannya di meja, bubur simple yang di buat Ara terlihat sangat enak.
"Dimakan dulu kak, tapi di tiup ya panas soalnya."
"Iya."
Darren menyendok bubur itu, meniup sebentar lalu melahapnya. Sesuai dugaan Darren bubur buatan Ara sangat enak.
Ara yang melihat pria itu menikmati buburnya, tersenyum senang, dengan sabar gadis itu menunggu.
Darren menyelesaikan acara makannya, menerima gelas berisi air hangat dari Ara, menenggaknya hingga tandas.
"Masih pusing?" tanya Ara lembut.
"Sudah mendingan."
"Ara," panggilan Darren membuat Ara menatapnya, Darren hanya diam dirinya bingung harus memulai untuk mengutarakan isi pikirannya.
Darren menarik nafasnya pelan mencoba untuk menenangkan kegugupannya, "saya ingin pernikahan kita dipercepat."
"Hah?"
......................
Halo semua akhirnya aku bisa up lagi.
Terimakasih untuk kalian yang udah ngasih dukungan buat cerita ini, semoga kalian semua suka ya..
Sekian Terima vote❤🩹❤🩹❤🩹
Bye sampai ketemu lagi di cerita selanjutnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments