...Rindu terberat adalah ketika kita merindukan seseorang yang sudah tidak ada di dunia ini....
......................
Happy reading!
•
•
•
Setelah menghabiskan waktu sekitar 1 jam lebih untuk menonton bioskop, Ara dan Devina berniat untuk mengelilingi Mall terlebih dahulu.
Hari ini adalah Hari weekend jadi mereka berdua menyempatkan untuk menghabiskan waktu bersama.
Dengan tiba - tiba Devina sedikit memperlambat langkahnya,terdengar deringan ponsel milik gadis itu.
Dengan segera Devina mengambil benda pipih di dalam tas kecil miliknya.
Tertera nama "mama👹👹" disana.
Devina menggeser tombol hijau dan menjawab panggilan dari sang ibu.
"Halo ma... ada apa?" tanya Devina.
"Halo sayang kamu dimana sekarang? bisa ke apartemen abangmu, dia gak bisa dihubungi dari tadi...mama juga udah nyoba hubungi kantor tapi abangmu belum datang...mama takut dia kenapa - napa Devina."
Terdengar nada khawatir dari sebrang sana membuat dua gadis itu panik ditempat. meskipun Devina sedikit kesal dengan Darren tapi dia tidak bisa menolak permintaan dari sang mama.
"Iya ma aku kesana sekarang."
Setelah mendapat jawaban iya dari sang putri, Rania yang awalnya panik sedikit lega. Rania dan David belum juga pulang karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan mereka, untung saja ada sang putra yang sudah bisa dipercaya untuk memegang perusahaan miliknya di jakarta.
" Dev gue ikut lo ya?" pinta Ara cemas,Terlihat wajah khawatir dari gadis itu.
Devina mengangguk setuju, dengan segera dua gadis itu meninggalkan mall menuju apartemen milik Darren.
......................
Dengan terburu-buru Devina menekan sandi apartemen milik Darren. Setelah mereka masuk,dengan segera mencari sosok yang dua gadis itu khawatirkan.
Setelah menemukannya, Devina mengela nafasnya kasar dan berdecak, tapi berbeda Dengan Ara, gadis itu menghampiri Darren yang meringkuk bak bayi yang sedang tidur.
Ara duduk di pinggir kasur menatap sosok pria yang ia kagumi, memandangi wajah tampan Darren. Alis yang tebal, bulu mata lentik, hidung kokoh, dan bibir tebal merah alami.Sebenarnya masih banyak lagi tapi sangat sulit gadis itu mendeskripsikan pria sempurna didepannya.
"Kayanya abang gue kecapean deh." ucap Devina. Bagaimana pria itu tidak kelelahan hampir semua perusahaan disini Darren yang menghandle.
" Em..Dev gue mau disini sebentar boleh gak?" pinta Ara dengan pelan.Takut mengganggu pria dihadapannya.
"Boleh...tapi jangan lama - lama, "jawab Devina lalu beranjak pergi meninggalkan kedua insan di hadapannya.
Sementara itu, Ara mengalihkan pandangannya kembali,dengan sedikit keberanian mengelus lembut rambut milik Darren.
"Kak Darren kalau tidur gini bikin gemes..rasanya pengen cium, "Lirihnya pelan diiringi cekikikan lucu dari Ara.
"Kak jangan lama - lama dong bales perasaan aku."
Masih banyak lagi curhatan Ara pada Darren. Gadis itu menceritakan banyak hal kepada pria yang tetap pulas dengan tidurnya, mungkin efek karena Ara masih setia membelai lembut rambut Darren yang membuat sang empu merasa nyaman.
Kalau bukan karena panggilan maut dari Devina, mungkin Ara masih setia menunggu pujaan hatinya tertidur. Dengan tidak rela gadis itu meninggalkan Darren yang sama sekali tidak terganggu oleh pekikan keras adiknya.
......................
Semilir angin malam menyapu wajah gadis cantik itu, memberikan sensasi dingin yang membuat sang empu merasa nyaman dengan kesendiriannya.
Pandangannya tertuju pada 1 Bintang yang paling bersinar. ia merasa di sini kedamaian yang ia cari.
Setitik air mata membasahi pipi mulus Ara, memeluk erat bingkai foto yang ia genggam. Ada kerinduan di dalam hati kecil gadis itu.
Lamunannya buyar disaat kedatangan sosok pria paruh baya yang menghampiri dirinya.
Dengan segera Gadis itu menghapus sisa-sisa air mata di pipinya, mengulas senyum tulus untuk sosok itu. Aditama, ayah Ara.
"Sayang Ini sudah malam...Kenapa masih di sini?" Tanya Aditama Menatap Ara dan duduk disamping sang putri.
"Ara lagi lihat bunda ayah." Ara tersenyum lembut menatap bintang yang paling bersinar dari bintang lainnya, membuat Aditama mengikuti arah pandangan putrinya.
Dara, ibunda Ara sudah meninggal sejak gadis itu ber usia 12 tahun, karena penyakit yang ia derita. Meninggalkan putri semata wayangnya dan sang suami. Dara adalah sosok wanita yang cantik, ceria,berhati lembut seperti Ara.
"Bintangnya cantik sekali seperti Bunda," gumam Ara lirih.
"Ara lagi kangen sama bunda?" Tanya Aditama lembut.
Membelai rambut lembut sang putri.
"Ara pengen dipeluk Bunda lagi seperti waktu kecil...Ara kangen masakan bunda.., Ara kangen suara bunda Ayah..." Ucap Ara disela isak tangis. Aditama yang ikut merasakan apa yang dirasakan putri kecilnya, membawa tubuh ringkih gadis itu kedalam dekapannya.
Tubuh Ara bergetar hebat, merasakan sakit yang amat terdalam. kehilangan seseorang yang kita sayangi sungguh menyakitkan apalagi seseorang yang sudah tidak ada di dunia.
"Ara hidup itu perihal menerima dan mengikhlaskan, menerima yang sudah ditakdirkan dan mengikhlaskan yang sudah hilang dari hidup kita." Nasihat untuk mencoba menenangkan putrinya.
"Ara boleh sedih.. tapi jangan berlarut-larut sayang." Lanjut Aditama.
"Ara mengerti maksud ayah?" Tanya Aditama.
Ara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, menyetujui ucapan ayahnya.
" Yasudah sekarang kita masuk.. ini sudah malam"
......................
Hi guys terimakasih yang masih nungguin cerita akuu.
Sebenarnya aku bikin part ini agak takut,, karena ngerasa feel sedihnya ga dapet, dan mungkin rangkaian katanya sedikit aneh.
Terimakasih yaa untuk kalian yang sudah komen,like dan vote ... dengan itu aku jadi semangat terus buat up❤🩹❤🩹❤🩹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Mas Tista
semangat tor
2024-05-23
0
💞Amie🍂🍃
Bahaya nih si Ara🤣🤣
2023-11-17
1
Rimuru Tempest
Ngga bisa move on!
2023-10-09
2