NASIB FARHAN

Happy reading

Sejak pulang dari apartment Darren, Ara tidak pernah melunturkan senyumannya, hingga sang ayah menatap putrinya heran.

"Seneng banget, kasih tau ayah juga dong."

Keduanya tengah mengobrol santai di teras rumah, udara malam yang sejuk membuat Ara dan Ayahnya semakin ingin berlama-lama di luar.

"Kayanya Ara biasa aja deh," ucap gadis itu mencoba menyembunyikan senyumannya.

Wajah Aditama memelas, "yah...Ayah kan juga pengen tau apa yang buat Ara seneng."

Ara berfikir keras, sepertinya memberitahu Aditama tentang perasaannya kepada Darren tidak terlalu buruk.

"Soal Kak Darren Ayah," lirih Ara.

Ara dapat melihat wajah kebingungan Ayahnya, gadis itu menghela nafas pelan.

"Ara suka sama kak Darren sudah hampir 3 tahun dan kak Darren tahu tentang perasaan Ara, tapi kak Darren selalu nolak Ara tanpa ngasih tau alasan apapun..."

"Tapi gapapa Ayah, Ara seneng banget tahu yang dijodohin dengan Ara itu kak Darren," lanjut gadis itu.

Ara menatap wajah cengo Aditama, sepertinya sedikit syok, putri semata wayangnya sudah mengenal apa itu cinta.

"Ayah ih..." gerutu Ara, menggoyang - goyangkan lengan Aditama agar tersadar dari lamunannya.

Bibir Aditama melengkung ke atas, tangannya terulur guna mengelus lembut surai gadis itu,"ternyata anak Ayah sudah besar."

"Kan emang Ara sudah besar Ayah..."

Tawa keras pria itu terdengar, membuat Ara yang di sampingnya mendengus.

"Oh iya... Ayah kenal kak Darren kapan?"

"Waktu Ayah pulang dari kantor, dan tidak sengaja bertemu dengan pak David, nak Darren juga ada di sana," jelas pria itu singkat.

Ara mengangguk pelan," menurut Ayah kak Darren gimana orangnya?"

"Dia pria yang baik, bertanggung jawab dan tegas... jadi Ayah sangat percaya nak Darren bisa jaga Ara,"tutur Aditama.

"Ayah..." rengek Ara manja, menarik lengan Aditama untuk dia peluk.

"Sebentar lagi Ara lulus, Itu berarti Ara harus ninggalin Ayah sendirinya."

Tiga bulan lagi gadis itu lulus dan sesuai perjanjian keluarga mereka, Darren dan Ara akan melangsungkan pernikahan. Ara jadi cemas sendiri, bagaimana ayahnya? apa Ara tega meninggalkan Ayahnya sendiri.

"Ayah gak papa sayang, lagian Ayah di sini gak sendiri."

Ara mengerutkan dahinya bingung,"maksudnya?"

"Oma sama opa bakal tinggal di sini."

"Hah.. beneran yah, terus rumah opa gimana?"

"Rumah opa bakal di tempatin sama tante ela," jelas Aditama.

Oma Ema dan opa Ferdy adalah orang tua dari Dira, ibunda Ara. Mereka berdua sudah setuju dengan perjodohan Ara, karena Aditama tinggal sendiri jadi mereka berdua memutuskan untuk menemani menantunya.

"Aku janji Ayah... aku pasti kesini terus buat jenguk Ayah, oma sama opa."

"Iya sayang."

Ara tersenyum lebar,"Ara sayang banget sama Ayah."

"Ayah juga sayang banget sama Ara." Aditama memeluk Putri semata wayangnya, mencium puncak kepala Ara.

Sungguh Ara sangat bersyukur memiliki Ayah seperti Aditama. Cinta pertamanya, sosok Ayah sekaligus pengganti peran ibu untuk Ara, sosok pria yang tidak pernah menyakiti dirinya, sosok yang selalu mencoba tersenyum walau beban berat yang ia tanggung.

......................

"Ra, ayolah bang Darren bawa lo kemana?" desak Devina.

Kelas mereka terlihat seperti pasar, berisik. Karena para guru sedang melakukan rapat penting jadi murid-murid di izinkan untuk bermain - main saja. Asalkan suara mereka tidak terdengar sampai ke ruang guru, Tapi sepertinya mustahil.

Kini Ara tengah di interogasi oleh kedua gadis itu, yang sangat ingin tahu tentang dirinya dan Darren.

"Em.. cuman jalan - jalan aja sih," ucap Ara berbohong, dirinya tidak akan jujur kepada kedua sahabatnya, pasti mereka akan sangat heboh jika mengetahui Ara mengunjungi apartment Darren.

Feby tersenyum penuh selidik,"emang iya?"

Ara menganggukkan kepala sebagai jawaban, mencoba untuk meyakinkan kedua sahabatnya.

"Tapi beneran ra, abis kelulusan lo langsung nikah?" lirih Feby.

Feby masih belum percaya, sahabatnya sebentar lagi akan menikah.Ya gadis itu memang sudah diberitahu oleh Devina atas izin Ara, tentang perjodohan sahabatnya dengan kakak kandung Devina.

"Iya gitu deh."

"Gue gak nyangka Ara jadi kakak ipar Devina."

"Itu yang gue dari dulu mau Feb...sahabat sekaligus kakak ipar gue." Terlihat wajah sumringah Devina, dirinya terlihat benar - benar bahagia.

"Tapi gue di undang kan?"tanya Feby.

"Hm..dipikir - pikir dulu deh, "ucap Ara, mencoba menggoda gadis itu.

Wajah Feby berubah datar, "dih gitu amat."

Melihat wajah Feby yang terlihat sangat lucu saat kesal, membuat kedua gadis itu sontak tertawa.

"GUYS GUE ADA BERITA HOT NIH.." Teriakan keras seseorang mengganggu mereka semua, tatapan kesal tertuju pada sosok gadis yang tengah duduk di kursi guru.

"Lo kalau ngomong gak bisa biasa ya Gin?"tanya Feby heran. Pasalnya suara Gina bisa sangat berbahaya untuk gendang telinga mereka semua, suaranya seperti kenalpot rusak.

"Gak bisa udah bawaan lahir gini," Balas Gina sewot.

Feby dan Gina itu seperti Tom and Jerry, selalu tidak bisa akur, ada saja bahan obrolan untuk kedua gadis itu saling bertengkar. Sebenarnya mereka hanya adu mulut tidak sampai saling menjambak atau pun adu jotos.

"Ya biasa aja dong muka lo, mirip monyet lo kalau begitu."

Gina melotot tidak terima,"heh nenek lampir, apa perlu gue beliin kaca buat lo."

"Gak perlu, kaca di rumah gue banyak," sahut Feby.

"Di pakai, gak cuman buat pajangan aja."

Feby dan Gina masih belum berhenti adu mulut, pemandangan ini sudah biasa bagi mereka, murid - murid yang di kelas hanya diam dan menonton, menurut mereka ini hiburan yang cukup menyenangkan.

Farhan yang sudah muak, mencoba melerai mereka.

"Kalian berdua kalau gak bisa diam gue lap---" sebelum Farhan menyelesaikan ucapannya, Feby dan Gina dengan kompak memotong.

"APA!"

Sontak Farhan menciut seketika, kedua singa betina itu menatap dirinya seperti ingin menerkam, Farhan hanya bisa menelan ludah, meratapi nasibnya.

Farhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "yaudah lanjutin aja hehe.."

Feby mendekatkan dirinya didepan Farhan,"lo mau laporin kita berdua?"

"Eh eng-ga siapa juga yang mau ngelaporin."

"Sebelum lo ngelaporin kita berdua, lo duluan yang kita makan," ucap Gina mencoba menakutin Farhan.

Bukannya merasa kasihan pada Farhan, mereka semua tengah menahan tawa melihat wajah melas laki-laki itu.

......................

halo semuanya

Aku mohon like, vote dan subscribenya yaa..

karna dengan dukungan kalian aku jadi semangat lagi untuk menulis. .

Terimakasih atas pengertiannya

See u❤‍🩹👋🏻👋🏻

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!