DIA SIAPA?

Happy reading ❤‍🩹

Saat ini Darren dan Ara tengah berada di teras depan rumah gadis itu, karena permintaan kedua orang tua yang meminta mereka saling mengobrol untuk pendekatan, katanya.

Mereka saling diam, menatap keindahan langit malam. Ara beralih menatap Darren, memandang wajah tampan pria itu membuat Ara mengulas senyum lembut.

"Kak."

Panggilan itu membuat Darren sedikit menunduk memandang wajah Ara yang tengah tersenyum.

"Kak Darren kenapa menerima perjodohan ini?" tanya Ara, sebernarnya gadis itu ingin tahu alasan Darren menerimanya.

Darren terdiam sejenak, "wasiat kakek."

Ara memutar bola matanya jengah, "ish.. Ara juga tahu, tapi pasti ada alasan lain kan kak,"--- Ara menjeda ucapannya-- " masa langsung diterima aja... apalagi kakak gak suka sama aku."

"Bukannya kamu yang menyuruh saya untuk membalas perasaan saya untuk kamu?"

Dahi Ara berkerut, mencoba untuk berfikir keras. Namun hasilnya nihil, Ara tidak menemukan ingatan itu sama sekali.

Darren melirik wajah kebingungan gadis itu, terlihat lucu, sebisa mungkin dirinya menahan senyum.

"Aku gak inget sama sekali... kayanya aku cuman nyatain perasaan aku aja deh, gak sampai nyuruh kakak buat bales, " jelas Ara.

"Waktu saya tidur kamu pernah bilang seperti itu."

Sekejap gadis itu diam, mencoba untuk berfikir, sekelebat ingatan Ara muncul, membuat gadis itu memalingkan wajahnya menahan malu.

Sedangkan Darren tak kuasa menahan senyumannya, hanya senyum tipis, sangat tipis hampir tidak terlihat.

"Ara... ada apa?" sebenarnya Darren sudah tahu alasan Ara malu, tapi dia tetap saja ingin menggoda gadis itu.

"Gak papa kak."

Masih ingat kejadian di Apartemen Darren waktu itu? saat Ara berbicara pada Darren yang tengah tertidur pulas. Ara pikir pria itu benar-benar tertidur terlihat wajah Darren yang begitu meyakinkan.

Ara merutuki dirinya sendiri, bisa - bisa dia tertipu.

"Saya tidak suka gadis agresif yang dengan berani mengatakan ingin mencium saya saat tertidur, "sindir Darren.

Apa yang Ara khawatirkan terjadi, mencoba menormalkan wajahnya. Dirinya terlihat seperti orang yang tertangkap basah tengah melakukan hal yang diluar nalar.

"Kak itu aku cuman bercanda kok." Ara tertawa kikuk.

Gadis itu menatap wajah Darren yang tidak menampilkan ekpresi apapun, membuat dirinya merasa ingin pergi begitu saja.

"Tapi kalau beneran juga gak papa," batin gadis itu.

"Apa saya harus percaya sama kamu?"

"Harus," jawab Ara, Mengangguk mantap.

"Tapi saya tidak melihat keseriusan di diri kamu,"

"Kak Darren indigo? kok bisa tahu... kan waktu itu kakak nutup mata, " selidik Ara.

"Saya bisa merasakannya."

"Jangan - jangan kak Darren adiknya Roy kiyo--"

"Berhenti Ara." Suara tegas dari Darren membuat gadis itu seketika menutup mulutnya, pria itu sudah lelah menghadapi ucapan tidak jelas Ara.

Keheningan melanda mereka, membuat kedua insan itu bingung harus melakukan apa. Ara memandangi langit dan Darren hanya diam menatap lurus, berperang dengan isi pikirannya.

"Kak Darren bintangnya ada yang jatuh!" seru Ara.

Darren sedikit terlonjak kaget karena pekikan gadis itu, kepalanya mengadah ke atas menatap bintang yang di tunjuk Ara.

"Ayo kak kita make a wish." Memulai menggenggam kedua tangannya, mata lentik Ara mulai tertutup.

Pandangan Darren terpusat pada gadis itu, menunggu Ara menyelesaikan tugasnya, terbukalah mata cantik Ara perlahan, genggaman tangannya terlepas, bibirnya tersungging kembali menatap Darren.

"Kak Darren gak minta permohonan?"

Gelengan kepala Darren membuat Ara mengangguk mengerti, gadis itu tidak bertanya lagi, lebih memilih diam mendongakkan wajahnya menatap langit.

Tiba-tiba wajah Ara berubah cerah, matanya menyipit guna memperjelas penglihatannya.

Darren yang menyadari pun mengikuti arah pandangan gadis itu.

"Ada apa?" tanya Darren.

"Itu bunda kak." Ara menunjuk salah satu bintang yang paling bersinar dari pada bintang yang lain.

Darren mengerutkan dahinya tanda tidak mengerti, "maksud kamu?"

"Aku berharap bahwa di salah satu bintang itu ada bunda yang masih bisa liat aku," --- gadis itu menjeda ucapannya guna menghela nafas panjang---"bunda juga pernah bilang sama Ara, kalau kita kangen seseorang yang sudah tidak ada didunia, kita bisa ibaratkan bintang itu mendiang mereka..begitu jauh dan sulit di gapai," jelas Ara membalas tatapan pria disampingnya.

Darren tidak mengatakan apapun, pria itu hanya mengulas senyum tipis, membuat Ara terteguh sejenak, Darren tersenyum padanya? itu adalah hal yang Ara harapkan dari lama, dan sekarang dia mendapatkannya.

Perlakuan kecil dari Darren sangat berdampak besar untuk gadis itu.

......................

Hari ini hari libur, Ara, Devina dan Feby tengah berada di Cafe paling hits di jakarta, masih dekat dari rumah Devina.

Ara beranjak pergi setelah mendapat izin dari dua gadis itu, melangkah kakinya menuju wastafel.

Mengoleskan liptint cherry ke bibir mungilnya, membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

Samar - Samar dia mendengar suara wanita yang tengah menelpon, Ara mengedikkan bahunya acuh, tidak peduli.

Dia memilih untuk pergi dari tempat itu, menjalankan kakinya menuju pintu keluar, seketika pandangannya beralih kepada wanita cantik yang tengah mengangkat telepon.

"kayanya yang teleponan tadi dia deh," batin Ara.

Ara kembali memfokuskan jalannya, menuju meja yang Devina dan Feby duduki.

"Lama banget.. berak lo?" tuduh Feby.

"Mana Ada gak ya..." Ara mencoba mengelak.

"Bukan berak dia, tidur di toilet," Devina ikut menyaut, membuat Feby tertawa sedangkan Ara menatap sebal kedua gadis itu.

Cafe lumayan sepi, hanya ada beberapa orang saja, membuat mereka mulai terganggu oleh tiga gadis itu yang tengah tertawa, Devina yang menyadari pandangan tidak suka dari beberapa orang mulai menghentikan tawanya.

"Ara, Feby diam.. orang-orang pada liatin kita," lirih Devina. Ara dan Feby mulai meredakan tawanya, dua gadis itu menatap sekeliling banyak orang - orang yang menatap mereka membuat Feby tertawa canggung.

Setelah menunggu lumayan lama, pesanan yang mereka nantikan datang juga.

Kedua gadis itu memesan menu utama dan Dessert yang paling terkenal disini.

Mata ke tiga gadis itu berbinar menatap hidangan di depannya, Ara, Devina dan Feby memilih untuk memotret sebelum memakannya.

Tapi pandangan Ara terganggu oleh kedatangan sosok pria, yang gadis itu sangat kenal, karena tempat duduk Ara berhadapan langsung dengan pintu, jadi otomatis dia dapat melihat wajah pria itu, Ara mengikuti langkah sosok yang dikenal lewat pandangan matanya.

" Kak Darren, ada perlu apa dia kesini?"

Yang membuat gadis itu heran, Darren menemui wanita yang Ara temui di toilet tadi, matanya melotot seketika saat wanita itu dengan berani memeluk lengan kekar Darren.

"Dia siapa?"

......................

Halo semua apa kabar?

Akhirnya aku bisa Update lagii, makasi untuk kalian yang masih setia sama cerita aku...

Dan tolong banget buat kalian yang baca, tolong buat vote, komen dan likenya biar aku makin semangat.

komen next dong kalo kalian selalu nunggu cerita aku

oh ya.. follow akunku juga ya terimakasih❤‍🩹❤‍🩹

Terpopuler

Comments

Efvi Ulyaniek

Efvi Ulyaniek

lha Daren mau"nya diglendotin cewek sembarang an.. pasti mantan nya tuh..mau"nya

2024-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!