happy reading ❤🩹
•
•
•
"Kita mau kemana kak?"
"Mau ke apartment saya? " tanya Darren. Pria itu menatap wajah Ara sekilas.
"Mau!" jawab Ara cepat.
Tawaran Darren tentu menggiurkan bagi Ara, gadis itu tidak akan menolak, kapan lagi kan dia diajak Darren ke Apartment miliknya.
Darren tersenyum miring menanggapi, dia kira gadis itu akan menolak tawarannya tapi jawaban dari Ara sangat di luar dugaannya.
Setelah hampir beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya Ara dan Darren sampai di apartment milik pria itu. Darren naik ke lantai 7 diikuti Ara, membuka ruangan setelah menekan password.
Apartment Darren benar - benar mewah, bersih dan juga luas, pria itu sangat pintar menjaganya.
"Mau minum apa?" tanya Darren.
"Em.. terserah kak Darren."
"Tidak ada minuman terserah Ara," sahut Darren, dia tidak suka jawaban yang bertele-tele, menurutnya itu sangat membuang waktu.
"Air putih aja," pinta Ara.
Darren segera melenggang pergi, sedangkan Ara duduk di kursi mini bar dapur menunggu pria itu.
Apapun yang dilakukan Darren sangat seksi di mata Ara, cara Darren menyugar rambutnya kebelakang, lalu mencoba membuka penutup kaleng minuman hingga terbuka.
Dan Ara dapat melihat bagaimana pria itu meneguk minuman dingin membuat jakunnya naik turun. Ara sangat menikmati pemandangan di hadapannya, dia tidak akan melewatkan sedetik pun.
"Kak Darren ganteng banget ya," ucap Ara blak-blakan.
Darren yang sedang meneguk minuman, membuatnya tersedak karena ucapan Ara.
Ara segera turun dari kursinya dengan panik, menghampiri Darren, menepuk - nepuk punggung pria itu dari belakang.
Darren yang sudah tenang, mencoba menormalkan nafasnya. Membalikkan badannya untuk menatap Ara, wajah gadis itu terlihat sangat cemas.
"Saya tidak papa Ara,"ucap Darren mencoba menenangkan, ketika melihat mata Ara berkaca - kaca.
"Maafin aku kak..." lirih Ara. Ara merutuki dirinya sendiri gara-gara ucapannya Darren jadi tersedak minuman.
Darren hanya mengangguk sebagai jawaban.
Sungguh Ara sangat khawatir, mungkin sifatnya terlihat berlebihan tapi dirinya benar-benar merasa sangat bersalah.
"Yah baju kak Darren jadi kotor," lanjut gadis itu.
Ara melihat sekeliling guna mencari tisu, setelah menemukannya, tanpa diminta, Ara membersihkan pada bagian kemeja yang terlihat sedikit noda minuman, hingga tangan gadis itu tidak sengaja menyentuh dada bidang Darren.
Darren menarik lembut tangan Ara,"tidak papa, saya bisa sendiri."
Pria itu tidak bisa menormalkan nafasnya ketika Ara menyentuh tubuhnya tadi, wajar Darren pria normal, hanya sentuhan dari Ara sangat berefek besar bagi Darren.
Jemari Darren mencoba membuka kancing kemejanya satu - persatu dengan tatapannya yang terkunci pada sosok mungil di hadapannya, setelah terbuka semua kancing, Darren segera melepas kemeja hingga tubuh toplesnya terlihat jelas di hadapan Ara.
Berganti Ara yang tidak bisa menormalkan nafasnya melihat perut Darren yang terpahat indah. Gadis itu gugup setengah mati, bukan pertama kali bagi Ara melihat tubuh toples seorang pria, itupun hanya di foto saja.
"Blushing, hm?" goda Darren, melihat wajah Ara yang memerah membuatnya terlihat lucu.
"Apasih...enggak ya kak,"elak Ara. Gadis itu mencoba menutupi wajahnya, dia malu.
Ara berdiri kikuk,"ih..cepetan pakai baju kak."
"Saya mau sekalian mandi. Kamu tunggu disini."
Ara mengangguk setuju. Gadis itu menuju sofa, mendaratkan pantatnya dengan pelan.
Ara yang bosan, meraih benda pipih di tas kecil miliknya. Men scroll sosial media dan membalas pesan dari Devina dan Feby.
Ara cekikikan membaca pesan dari kedua sahabatnya yang sangat ingin tahu Darren membawa dirinya kemana.
Langkah kaki seseorang membuat Ara mengalihkan pandangan dari handphone. Darren datang dengan kaos hitam dan celana pendek cream, tidak memudarkan ketampanannya.
"Eh kak... udah selesai mandinya?"
"Menurutmu?"
Ara menyengir, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, padahal Ara hanya basa - basi saja.
"Mau makan apa?"
"Hah?"
Darren mendesah pelan, mencoba untuk sabar menahan kelemotan gadis itu.
"Kamu mau makan apa..saya coba buatkan untuk kamu?"
"Ka Darren bisa masak?" tanya Ara hati - hati.
"Hanya masakan simple saja... saya lebih suka makanan instant."
"Heh kak..gak boleh tau terlalu sering makan makanan instant,"ucap Ara yang sedikit meninggi.
Darren yang mendengar nada bicara gadis itu, membelalakkan matanya.
Ara bergerak gusar karena panik,"maaf kak, aku gak sengaja bentak bentak kak Darren tadi."
"Biar aku aja yang masak kak," lanjut Ara.
"Kamu bisa masak?"
"Bisa dong kak, aku setiap pagi selalu bikin sarapan buat ayah sebelum aku berangkat sekolah, dan untuk makan malam juga. Ayah selalu puji masakan aku tahu kak, kata ayah..masakan aku paling enak di seluruh dunia, bahkan chef - chef terkenal aja masih kalah sama masakan aku," ucap Ara dengan nada senang.
Ara menepuk dadanya berulang kali, merasa bangga. Darren yang memperhatikan mimik wajah gadis itu, tidak bisa menahan senyumannya. Kenapa Darren baru menyadari gadis di hadapannya sangat lucu, kemana saja dia dulu.
"Yasudah, sekarang kamu masakin saya ya.."pinta Darren.
"Oke kak!"
Ara dengan semangat penuh menuju dapur milik Darren, menatap bingung bahan makanan yang ada di dalam kulkas. Hanya Ada daging, kentang, sayuran dan beberapa makanan instant saja.
Beef steak adalah menu yang muncul di otak gadis itu, segera Ara mengambil bahan - bahannya dari kulkas, mencuci dan memotong daging menjadi 2 bagian.
Membaluri daging dengan bumbu - bumbu marinade.
Sambil menunggu, gadis itu mencuci wortel, kentang dan memotongnya dadu.
Sedangkan Darren, menyenderkan tubuhnya ditembok dapur, matanya terpusat pada satu titik, yaitu Ara. Aroma saus yang Ara buat masuk ke indra penciuman pria itu, membuat Darren melangkah maju, berdiri disamping Ara.
Ara memanggang steak, membolak - balikan daging dengan lihai.
"Kakak nunggu di meja aja.. sebentar lagi mau jadi," ucap Ara disela gadis itu menyiapkan steak miliknya dan Darren.
"Saya ingin di sini."
"Yaudah terserah kakak aja."
Hampir 20 menit gadis itu berkutat di dapur, akhirnya beef steak Ara sudah tersaji di meja pantry.
"Silakan tuan Darren makanannya," ucap Ara bak seorang pelayan, gadis itu menyengir menatap Darren, pria yang ditatap hanya menggeleng wajahnya tidak habis pikir kepada gadis di depannya.
"Gimana enak gak?" tanya Ara, setelah Darren memasukkan potongan steak di mulutnya.
"Enak," jawab pria itu singkat. Darren tidak berbohong steak buatan Ara memang enak.
Ara tersenyum senang menanggapi, dirinya juga mulai memotong steak dan memakannya, mengecap rasanya lalu menggelengkan kepalanya kekiri kekanan berulang kali pertanda steak buatannya sangat enak.
Kelakuan Ara tidak terlepas dari tatapan pria di hadapannya.
......................
halo semuanya...
jangan lupa untuk like, vote dan komen yaa, biar aku semangat terus buat update.
Mohon dukungannya yaa
terimakasih❤🩹❤🩹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments