Xavier terperanjat saat mendengar suara pintu terbuka. Hampir saja Xavier terlelap, tapi suara pintu membuatnya terbangun.
Xavier melihat Namira keluar kamar dengan muka bantalnya, perempuan itu pergi ke dapur seperti tidak menyadari keberadaan Xavier disana.
"Namira baru bangun tidur?" tanya Xavier pada dirinya sendiri. Xavier dari tadi khawatir, tapi ternyata istrinya tidur lelap di dalam kamar.
Tidak lama, Namira kembali dengan membawa susu pisang di tangannya. Tanpa sengaja, tatapan mereka bertemu dan mereka menatap satu sama lain untuk beberapa saat sebelum Namira lebih dulu mengalihkan pandangannya.
"Baru bangun?" tanya Xavier memecah keheningan diantara mereka. Menatap Namira membuatnya sedikit salah tingkah, untungnya Xavier bisa dengan baik mengendalikan ekspresi wajahnya supaya tidak terlihat salah tingkah.
"Hem," Namira melanjutkan langkahnya setelah menjawab pertanyaan Xavier. Masih sekaku itu mereka, padahal sudah menjadi pasangan suami istri.
"Gue laper," Xavier spontan mengatakan itu dan membuat langkah Namira terhenti.
Xavier ingin bicara lebih lama dengan Namira, tapi tidak bisa membuat topik sehingga mengatakan bahwa dirinya lapar.
"Tolong buatin makanan, gue laper banget dari tadi," meskipun ketua geng, tapi Xavier tidak lupa mengucapkan tolong saat meminta bantuan seseorang.
Sebenarnya itu kebiasaan Namira yang tanpa sadar Xavier tiru karena Xavier sering memperhatikan Namira selama ini. Namira sangat luar biasa dalam beretika, bahkan terhadap pelayan di rumah keluarganya.
Namira baik dan ramah pada orang-orang terdekatnya, sampai Xavier saja heran Namira dipandang buruk oleh teman-temannya di kampus. Hey, Namira baik dan ramah kalau orang lain berusaha dekat dengannya.
Tapi masalahnya, orang lain lebih dulu berpikiran buruk tentang Namira. Hanya karena mereka berpikir orang kaya seperti Namira tidak akan mau berteman dengan orang miskin seperti mereka.
Pikiran buruk itu berasal dari mereka sendiri, tapi Namira juga yang dipandang buruk oleh mereka. Mengherankan, tapi begitulah realita kehidupan.
"Bentar, gue cuci muka dulu," Namira pergi ke kamarnya untuk mencuci muka sebelum memasak untuk suaminya.
Namira benar-benar tidak ingin membuat kakeknya kecewa, makanya Namira berperan menjadi istri yang baik dan melayani suaminya.
Namira memang meminta Xavier merahasiakan pernikahan mereka, tapi Namira tetap melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Kecuali dalam hal melayani suaminya di ranjang.
"Lo mau makan apa?" tanya Namira pada Xavier setelah kembali dan selesai mencuci mukanya.
"Apa aja," jawab Xavier tidak ingin membebani istrinya dengan menentukan menu yang diinginkan.
Asalkan Namira yang memasak, Xavier pasti akan menyukainya dan memakannya.
"Lo gak punya alergi sama makanan, kan?" tanya Namira memastikan.
Meskipun Xavier mengatakan apa saja, tapi Namira tidak mungkin memasak makanan yang membuat Xavier alergi. Namira harus memastikan Xavier tidak memiliki alergi sebelum menentukan masakannya.
Namira dan Xavier belum sempat mengenal satu sama lain, Namira tidak tahu Xavier memiliki alergi atau tidak. Namira hanya tahu dari mertuanya kalau Xavier suka sekali memakan steak burger, tapi hal lainnya Namira tidak tahu.
"Gue gak punya alergi," jawab Xavier memandangi wajah istrinya.
Betapa beruntungnya Xavier dijodohkan dengan Namira. Selain Namira perempuan yang Xavier sukai, Namira juga perempuan baik. Perempuan lain apalagi yang latar belakangnya dari keluarga kaya belum tentu melayaninya sebaik Namira.
"Oke, gue masak dulu sebentar," kemudian Namira pergi ke dapur membuatkan makanan untuk Xavier.
Sambil menunggu Namira selesai memasak, Xavier pergi ke kamarnya untuk mandi supaya masakan Namira juga bisa lebih enak disantap.
Xavier masih belum mendapat kabar dari Calvin mengenai apa yang terjadi pada Namira di kampus dan belum sempat untuk bertanya.
Xavier memutuskan menunggu kabar dari Calvin, daripada nanti pernikahannya dengan Namira harus terbongkar dan diketahui oleh orang lain.
"Apa mungkin Namira galau gara-gara Daffa?" entah kenapa pikiran itu tiba-tiba terlintas dibenak Xavier.
Mungkin saja kan kalau Namira sebenarnya masih mencintai Daffa dan sekarang Namira sedang galau karena mengingat tentang Daffa?
"Gak, gue yakin bukan itu alesannya," Xavier dengan cepat menyangkal pikirannya sendiri.
"Gue yakin ada hal lain yang merusak mood Namira dan bukan Daffa alesannya," tambah Xavier berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Xavier tidak ingin memiliki pikiran bahwa istrinya masih belum move on dari mantan.
"Tapi awas aja kalau bener-bener Daffa alesannya, bisa-bisanya Namira badmood gara-gara cowok padahal udah nikah sama gue," Xavier sepertinya tidak terima kalau benar laki-laki lain yang menjadi alasan mood Namira buruk.
Tidak, Xavier benar-benar tidak terima kalau ternyata dugaannya benar. Xavier tidak akan pernah terima kenyataan itu. Namira sudah menikah dengan Xavier, seharusnya tidak ada laki-laki lain di hati dan pikiran Namira.
Namira seharusnya mulai berusaha membuka hatinya untuk Xavier, bukan malah memikirkan laki-laki lain yang merupakan mantannya.
~ Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kalo udah tau gitu,bersikap baik lah,dan coba ambil hatinya, Sekeras-kerasnya cewek akan luluh apabila di perlakukan dgn manis oleh pasangannya..
2024-08-03
0